Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Studi Geologi di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah: Potensi Bahan Tambang dan Pemetaan Geologi Wahyu Budi Kusuma
Swara Patra Vol 8 No 3 (2018): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecamatan Sukolilo merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi bahan tambang berupa batugamping dan batulempung yang dibutuhkan oleh industri semen. Potensi ini menjadikan daerah Sukolilo sebagai incaran bagi industri semen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai potensi bahan tambang batugamping dan batulempung dengan memperhatikan faktor konservasi air tanah. Dari hasil pemetaan yang dilakukan maka terdapat potensi bahan tambang yang cukup besar. Potensi batugamping sebesar 303.420.000 m3 sedangkan potensi batulempung sebesar 350.500.000 m3. Perhitungan ini sudah mempertimbangkan faktor konservasi yang artinya tidak seluruh bahan tambang tersebut di ambil.
EVALUASI GEOLOGI TEKNIK UNTUK JALUR JALAN (Studi Kasus Jalur Jalan Rancabuaya-Cisela, Kabupaten Garut) Wahyu Budi Kusuma
Swara Patra Vol 6 No 3 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan infrastruktur jalan perlu didukung dengan data dan informasi geologi teknik. Data dan informasi ini dipergunakan sebagai landasan perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan.Jawa Barat bagian selatan mempunyai permasalahan gerakan tanah sehingga merupakan tantangan tersendiri jika akan mengembangkan jalur jalan lintas selatan Jawa Barat. Diperlukan adanya analisis kemantapan lereng (slope stability) dan daya dukung tanah guna mengantisipasi terjadinya proses gerakan tanah (landslide). Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa kondisi tanah pada jalur jalan Rancabuaya-Cisela mempunyai kerentanan gerakan tanah rendah-menengah jika dalam kondisi kering, tetapi meningkat menjadi menengah-tinggi jika kondisi jenuh. Pemotongan lereng stabil jika maksimum tinggi lereng 6 meter dan maksimum sudut lereng 400.Dayadukungpondasidangkaluntukkedalaman 1,00 m, berkisarantara 0,250 – 3,00 kg/cm2.Untuk pondasi dalam nilai daya dukung dengan kedalaman 5,00 m berkisar antara 47,033 - 75,330 ton/tiang.
PENGGUNAAN METODE RESISTIVITY DALAM PEMANTAUAN TANAH URUGAN Wahyu Budi Kusuma
Swara Patra Vol 7 No 1 (2017): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunaan pengukuran fisik pada permukaan atau bawah permukaan bumi. Metode resistivity merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi.Metode resistivity kali ini digunakan untuk memantau kondisi tanah urugan. Lokasi yang dipilih adalah tanggul lumpur sidoarjo (LUSI) untuk mengetahui kondisi kejenuhan air di dalam tanggul berdasarkan nilai tahanan jenisnya dan membuat model penampang dua dimensi dari nilai tahanan jenis tanah. Metode resitivity memudahkan proses monitoring. Kelebihan dari metode ini adalah dapat dilakukan dengan cepat dan relatif murah.Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa timbunan tanggul di lokasi pengukuran memiliki zona jenuh air pada kedalaman 7 hingga 11 m (sekitar 4 m), kondisi ini harus diwaspadai sebagai zona lemah tanggul.
Analisa Kuantitatif dan Kualitatif Potensi Likuifaksi Wahyu Budi Kusuma
Swara Patra Vol 10 No 2 (2020): Pendekatan Baru untuk Konservasi Energi
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37525/sp/2020-2/251

Abstract

In 2018, precisely on September 28, Indonesia was shocked by the phenomenon of movement and the collapse of everything on the surface in the form of buildings and plants in the Petobo and Balaroa regions, after an earthquake measuring 7.4 on the Richter scale shook Palu, Central Sulawesi. This phenomenon is known as liquefaction. What is the liquefaction? How did it happen? How is the process happening? How to overcome it? The question became a trending topic after the earthquake. This paper is compiled from various sources and opinions of experts in order to answer the questions above.Liquefaction is a natural phenomenon that usually occurs in areas with water-saturated soil conditions, shallow ground water levels and water saturation. Potential liquefaction can be predicted qualitatively and quantitatively. Qualitative analysis is used for regional scales while quantitative analysis is used for detailed scales. The compilation of potential zones of liquefaction can be done using the value of Liquefaction Potential Index (LPI), Liquefaction Severity Index (LSI) and Liquefaction Risk Index (LRI). Common methods for determining liquefaction potential are by calculating the strength of the ground to prevent liquefaction due to earthquake called cyclic resistance ratio (CRR) and shear stress due to earthquake called cyclic stress ratio (CSR). CRR and CSR are calculated from data obtained by conducting a self penetration test (SPT) or cone penetration test (CPT).
Studi Lingkungan Pengendapan dan Diagenesis Batuan Berdasarkan Analisis Petrografi di Daerah Sukolilo, Pati, Jawa-Tengah Wahyu Budi Kusuma; Kalimi
Jurnal Nasional Pengelolaan Energi MigasZoom Vol. 1 No. 1 (2019): Maksimalkan Potensi Konservasi Energi
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37525/mz/2019-1/182

Abstract

Sandstones of Ngrayong Formation are an important reservoir in the north-east Java basin while the Bulu Formation generally functions as an aquifer in the study area. The quality of aquifers and reservoirs in the form of porosity and permeability can be influenced by the diagenesis process. This study aims to determine the depositional environment and diagenesis processes that occur in rocks of Ngrayong Formation and Bulu Formation. Sandstones as sedimentary rocks generally undergo diagenetic processes consisting of compaction, cementation, and dissolution, while carbonate rocks diagenesis processes are very varied but the most important is the process of dissolving and fracturing as forming porosity. From the results of the petrographic analysis, it can be seen that the depositional environment of the Ngrayong Formation is inner-neritic to middle-neritic while the Bulu Formation is deposited in the inner shelf environment. The diagenesis process that occurs is compaction, cementation, dissolution and micritization.
Kajian Potensi Pembangkit Tenaga Listrik Mikrohidro (PLTMH) Indragiri Hulu Wahyu Budi Kusuma
Jurnal Nasional Pengelolaan Energi MigasZoom Vol. 2 No. 1 (2020): Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37525/mz/2020-1/255

Abstract

Power plants with small-capacity water energy sources (micro hydro with a capacity of <1 MW) are very precisely developed to reach the electrical energy needs in remote or difficult to reach areas. The potential of micro hydro power plants (MHP) in Indonesia until now has not been maximally utilized because of limited information about data and the potential of MHP. Under these conditions, the government is in accordance with the mandate of Law No. 30/2007 on energy has given special attention to the use of Micro Hydro Power Plants (MHP), especially aimed at remote / underdeveloped areas. This research aims to examine the potential of micro-hydro power plants in terms of potential power generation and slope stability. The results of this study indicate that the potential for power generation in the study area is a maximum of 38.11 kW and a minimum of 11.92 kW. Slope stability condition is very good with a safety factor above 1.3.