Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Inspeksi Performa Hook pada Pesawat Angkat untuk Menjamin Terpenuhinya Standar Keselamatan Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 8 No 4 (2018): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan industri minyak dan gas bumi di Indonesia yang semakin pesat serta untuk meningkatkan keselamatan dalam suatu pekerjaan yang dapat memaksimalkan hasil kerja dan aset pemerintah ditentukan oleh perawatan dan pemeriksaan rutin dengan cara inspeksi untuk menjamin peralatan yang bekerja selalu dalam kondisi aman pada saat digunakan dengan tidak mengurangi performa dari peralatan itu sendiri. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis terdorong untuk melakukan penelaahan laporan mengenai salah satu alat yang penting dalam industri migas yang dipergunakan sebagai alat bantu angkat hook pada pesawat angkat, jika tidak dilakukan pemeriksaan dengan benar maka alat tersebut tidak dapat mengangkut beban ataupun pada saat pengangkatan beban maka mulut hook tersebut terbuka, dan alat yang diangkat dapat menimpa pekerja yang pada saat itu ada dibawah. Metode penulisan yang digunakan adalah melalui studi literatur, dimana Penulis menyadur dari beberapa sumber yang berhubungan dengan hook pada pesawat angkat dan mencari referensi tata cara pemeriksaan alat bantu hook itu sendiri serta standar perbaikan atau penggantian sebelum melanjutkan untuk mengunakan hook yang berdasar ASME B.30.10 mengenai removal kriteria hook. Ketika persyaratan yang lebih ketat untuk hook dinyatakan dalam standar untuk peralatan khusus, maka harus memenuhi ketentuan klasifkasi pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin dan pemeriksaan berkala terutama di area kritis pada hook dengan metode uji visual dan uji non destructive test untuk menjaga performa dari alat tersebut.
Pneumatic Test Pipa Polyetylene pada Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga Ikhsan Kholis; Valentine Conny Putri Perdana
Swara Patra Vol 8 No 2 (2018): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pneumatic test adalah salah satu bagian dari kegiatan pengujian dengan cara memberikan atau memasukkan udara bertekanan dengan volume tertentu serta dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui kekuatan benda uji dalam menerima tekanan yang sesuai atau melebihi dari tekanan kerja yang diterima benda uji tersebut. Jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (jargas) merupakan kegiatan mengalirkan gas bumi melalui jaringan pipa hingga ke kompor gas rumah tangga. Sistem perpiaan tersebut dapat dikategorikan sebagai pipa penyalur yang wajib dilakukan pemeriksaan keselamatan kerja (Kepdirjen Migas No.84.K/38/ DJM/ 1998). Pipa polyethylene (PE) adalah pipa yang terbuat dari minyak mentah yang telah diproses secara fsis dan kimia sehingga memiliki karakteristik fleksibilitas yang tinggi, tahan akan temperatur rendah, ringan, tahan terhadap korosi dan abrasi dan memiliki life time s.d. 50 tahun. Jenis pipa PE yang karakteristiknya cocok digunakan untuk pipa jargas adalah Medium Density Polyethylene (MDPE). Sesuai dengan SNI No 13-3507-1994 tentang Konstruksi Pipa Polyethylene untuk Gas Bumi, pneumatic test merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui kebocoran serta kekuatan pipa dan sambungan – sambungannya dan merupakan hold point dalam penerbitan Sertifkat Kelayakan Penggunaan Peralatan (SKPP).
ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 2 No 1 (2012): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jaringan perpipaan banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi. Dalam pemasangannya tidak terlepas dari proses pengelasan. Dimana proses pengelasan merupakan salah satu proses yang dapat mempengaruhi umur material pipa. Masalah yang timbul adalah besarnya laju korosi yang timbul. Berdasarkan kenyataan tersebut, tulisan ini bertujuan mencari cara untuk memperpanjang umur (life time) jaringan pipa di daerah sambungan akibat proses pengelasan.Pengujian perlakuan panas PWHT pada material pipa API 5L PSL 1 Grade B menggunakan variasi temperatur 200°C, 250°C, 300°C, 350°C dan 400°C dengan holding time 30 menit serta dengan pendinginan udara. Untuk melengkapi data pengujian juga dilakukan pengujian foto mikro, pengujian laju korosi dan pengujian foto makro. Sel tiga elektroda dengan larutan elektrolit NaCl digunakan dalam pengujian laju korosi.Hasil pengujian foto mikro menunjukkan bahwa kandungan pearlite di daerah HAZ, base metal dan weld metal di setiap specimen uji mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan temperatur PWHT. Nilai laju korosi pada spesimen tanpa perlakuan panas (28 ºC) sebesar 0,091703 mmpy, perlakuan panas 200ºC sebesar 0,088025 mmpy, perlakuan panas 250ºC sebesar 0,087290 mmpy, perlakuan panas 300ºC sebesar 0,086589 mmpy, perlakuan panas 350°C sebesar 0,085802 mmpy dan perlakuan panas 400°C sebesar 0,084979 mmpy. Penambahan umur pada material pipa mulai terjadi pada spesimen dengan temperatur diatas 200 ºC. Temperatur 400ºC merupakan nilai yang paling ekonomis dari proses perlakuan panas. Hasil ini diperoleh berdasarkan jumlah kandungan pearlite, nilai laju korosi, serta perhitungan penambahan umur pipa sebesar 1 tahun 3 bulan.
KERUSAKAN CRANE WIRE ROPE DAN METODE PEMERIKSAANYA Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 4 No 2 (2014): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kegiatan industri tidak terkecuali industri migas, banyak memanfaatkan peralatan angkat dan angkut yang salah satunya adalah crane. Komponen utama dari peralatan tersebut adalah wire rope (tali baja). Dalam penggunaannya wire rope tentu saja mengalami penurunan kualitas meskipun wire rope tersebut sudah sesuai dalam perancangan dan pemeliharaannya. Secara umum penurunan kualitas pada wire rope disebabkan oleh external/intenal fatigue dan crushing. Kerusakan-kerusakan pada wire rope disebabkan beberapa faktor, antara lain adalah abrasi, korosi dan perubahan struktur dari wire rope itu sendiri. Kerusakan-kerusakan yang bisa terjadi pada wire rope adalah broken wire, pengurangan diameter, korosi, perubahan bentuk, dan kerusakan akibat panas. Untuk mendeteksi adanya kerusakan-kerusakan pada wire rope maka diperlukan suatu pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara rutin dan juga dapat dilakukan pemeriksaan secara periodik atau berkala. Sedangkan metode pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan visual dan pemeriksaan dengan metode elektromagnetik.
KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 2 No 3 (2012): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau juga juru lasbidang industri Migas perlu lebih banyak mengetahui bagaimana pengelasan yangbaik dan benar, serta perlu mengetahui tentang Welding Procedure Specification(WPS) atau kualifikasi prosedur las dan juru las (welder) berdasarkan standar ASMESection IX, yang bertujuan agar setiap production weld di industri migasmenghasilkan hasil pengelasan yang baik (soundness weld) serta memenuhi syaratsesuai standar yang digunakan.Dalam tulisan ini yang akan dibahas menyangkutproses pengelasan dan bagaimana mengkualifikasi WPS dan welder.BerdasarkanASME Section IX QW-490, definisi dari pengelasan adalah penyambunganterlokalisasi dari logam (metal) atau non logam yang dihasilkan denganmemanaskan material hingga temperatur las, dengan atau tanpa menggunakantekanan (pressure), atau hanya tekanan, dengan atau tanpa menggunakan logampengisi (filler metal). Diharapkan pada akhir makalah ini dapat memberikanpenjelasan mengenai proses pengelasan yang umum digunakan dalam industrimigas serta memberikan penjelasan tentang tata cara kualifikasi WPS dan kualifikasiwelder sesuai dengan standar ASME Section IX.
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENELITIAN ILMIAH KEDIKLATAN Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 6 No 1 (2016): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam Permenpan No.22 Tahun 2014, maka seorang Widyaiswara harus memiliki kompetensi atau kemampuan seperti tertuang dalam BAB V dalam peraturan tersebut, dimana secara umum terbagi atas Unsur Utama (pendidikan, pelaksanaan dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan diklat, dan pengembangan profesi) dan Unsur Penunjang. Selain dikjartih sebagai tugas utamanya seorang Widyaiswara juga dituntut untuk dapat membuat karya tulis ilmiah. Untuk mengembangkan profesionalismenya Widyaiswara dapat meningkatkan kemampuannya melalui penelitian ilmiah kediklatan. Dimana ruang lingkup penelitian ilmiah kediklatan berupa :Metode mengajar, Media pembelajaran, Jumlah jam ajar, Jumlah peserta diklat, Waktu belajar, Materi ajar, Kualifikasi Widyaiswara, Pengaruh antara kualitas Widyaiswara dengan kualitas peserta, Lokasi tempat belajar, dan Kurikulum diklat. Metode penelitian ilmiah kediklatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung kepada tujuan, sasaran, waktu, biaya, dan tenaga yang tersedia. Serta pengambilan data dengan cara metode wawancara, metode observasi, metode kajian pustaka, dan metode survei. Dengan kemampuan melakukan penelitian ilmiah kediklatan, diharapkan Widyaiswara mampu meningkatkan profesionalisme serta kapasitasnya tidak hanya sebagai seorang pengajar tetapi juga menghasilkan konsep-konsep ataupun pedoman-pedoman kediklatan yang lainnya.
PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104 Ikhsan Kholis
Swara Patra Vol 5 No 4 (2015): Swara Patra
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualifikasi prosedur pengelasan (Welding Procedure Specifiction/WPS) disiapkan untuk memberikan panduan bagi juru las atau operator las dalam melaksanakan pengelasan produksi yang memenuhi persyaratan standard dan code. Data-data hasil pengujian dan parameter dari pengelasan yang dilaksanakan berdasarkan WPS yang berisi variabelvariabel yang digunakan selama pengelasan dicatat sebagai Procedure Qualification Record (PQR).Tahapan kualifikasi WPS dan PQR adalah pembuatan test coupon, pengelasan test coupon, pengujian spesimen dari test coupon, serta pemeriksaan hasil pengujian. Kualifikasi dilakukan pada prosedur pengelasan SMAW pada pembuatan pipeline. Pemeriksaan hasil pengujian mekanik dilakukan berdasarkan API 1104 – 2013, yaitu Tension test, Bending test dan Nickbreak test.
Analisa Corrosion Rate dan Remaining Life Pada Storage Tank T-XYZ Berdasarkan API 653 di Kilang PPSDM Migas Ikhsan Kholis
Jurnal Nasional Pengelolaan Energi MigasZoom Vol. 2 No. 2 (2020): Evaluasi Pemanfaatan Teknologi untuk Energi Berkelanjutan
Publisher : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37525/mz/2020-2/259

Abstract

Salah satu peralatan yang banyak terdapat dalam industri migas adalah tangki penimbun. Keberadaan tangki penimbun sangat vital pada produksi industri perminyakan. Sering terjadi kecelakaan yang menimpa tangki timbun dalam industri migas yang menimbulkan kerugian besar. Pada tulisan ini dibahas tentang corrosion rate dan remaining life pada aboveground existing fixed cone roof tank dalam kondisi in-service dengan API Std 653 sebagai standar acuan.