Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pandangan Tokoh Agama dalam Upacara Adat Pernikahan Melayu Sambas, pada saat pra pernikahan, pada saat pelaksanaan pernikahan serta pada saat pasca pernikahan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode desktriptif. Dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung dan teknik studi dokumenter, sedangkan alat pengumpulan data adalah, wawancara dan dokumentasi. Analisis dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif dengan menggunkan informan sebanyak 6 Tokoh Agama Kecamtan Sambas. Pandangan Tokoh Agama dalam Upacara Adat Pernikahan Melayu Sambas yaitu Tokoh Agama sebagai penengah, meluruskan pemahaman masyarakat, dan memutuskan sebuah masalah terhadap adat dan agama dalam masyarakat. Pandangan Tokoh Agama pada saat pra pernikahan masih dalam kewajaran. Pandangan Tokoh Agama pada saat pelaksanaan banyak yang disederhanakan namun tidak menghilangkan adat aslinya. Pandangan Tokoh Agama pada saat pasca pernikahan ada beberapa yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Kata kunci: Pandangan Tokoh Agama, Upacara Adat Pernikahan, Melayu Sambas.  Abstract: The purpose of this research is to investigate Islamic missionary point of view about tradition of marriage ceremony toward Melayu Sambas, during pre-marriage ceremony, main process of marriage ceremony, and post-marriage ceremony. The method used in this research is descriptive research. The technique used in collecting data is direct observation, direct communication, and documentation technique, meanwhile the tools of collecting data are interview and documentation. The analysis is provided in form of descriptive qualitative with 6 interviewees of Islam Missionaries from Sambas district. The way point of view delivered by the missionaries toward the tradition of marriage ceremony of Melayu Sambas is to take place as an intermediary, to correct people’s misunderstanding, and to solve a problem related to aspect of tradition and religion. The missionaries claim that the traditions people do during pre-marriage ceremony is naturally tolerated to do. Then, they claim that the traditions people do during the main process of marriage has to be slightly restrained without putting away the value of the tradition. Furthermore, they also claim that most of traditions which people do during post-marriage ceremony are way against the teaching of Islam.  Key Words: Islamic missionary point of view, Traditions of marriage ceremony, Melayu Sambas