Soedwiwahjono Soedwiwahjono
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH AKTIVITAS PASAR TERHADAP KARAKTER LALU LINTAS: STUDI KASUS AREA PASAR GEDE SURAKARTA Muhammad Birawan Aulia Abshar; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.37984.175-185

Abstract

Aktivitas pasar mempengaruhi kondisi lalu lintas di sekitarnya. Karakteristik lalu lintas pada ruas jalan dan lingkungan yang pada kasus penelitian ini adalah interaksi pengendara dari pelaku aktivitas Pasar Gede yang kemudian mempengaruhi kondisi lalu lintas. Suatu karakteristik lalu lintas dipengaruhi oleh aktivitas yang ada pada ruas jalan dan lingkungan tersebut. Dengan letak pasar yang berada di pusat kota, Pasar Gede menjadi pusat kegiatan bagi pelaku aktivitas yang memunculkan sirkulasi kendaraan antara pengunjung pasar dengan pengguna jalan. Adanya sebuah aktivitas pasar pada ruas jalan tentunya memiliki dampak terhadap karakteristik lalu lintas di sekitarnya. Aktivitas Pasar Gede diidentifikasi berdasarkan variabel yang telah dijadikan indikator yaitu pelaku aktivitas (orang) yang bersirkulasi masuk pasar serta hambatan samping. Sementara, karakteristik lalu lintas pada kawasan Pasar Gede diidentifikasi berdasarkan variabel yang telah dijadikan indikator yaitu kapasitas dan volume lalu lintas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis regresi linier, kapasitas, derajat kejenuhan, dan deskriptif berdasarkan skoring. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi. Hasil analisis regresi menunjukkan pengaruh terbesar antara volume pengunjung pasar dengan volume lalu lintas pada kawasan Pasar Gede berada pada Jl. Urip Sumoharjo. Sementara hasil skoring menunjukan bahwa pengaruh aktivitas Pasar Gede berdampak pada karakteristik lalu lintas sekitarnya yang menjadi fluktuatif seperti: arus lalu lintas stabil dengan derajat kejenuhan sebesar 0,55 di Jl. Kapten Mulyadi, arus lalu lintas mendekati tidak stabil dengan derajat kejenuhan jalan sebesar 0,73 di Jl. Utara Pasar, arus lalu lintas berhenti, dan macet (mencapai titik jenuh jalan) dengan derajat kejenuhan 1,09 di Jl. RE Martadinata.
Kesiapan Aksesibilitas Jalur Pedestrian Kawasan Transit Terminal Tirtonadi, Kota Surakarta Berdasarkan Konsep Transit Oriented Development (TOD) Andindita Aulia Dewi; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.31548.31-44

Abstract

Transit Oriented Development (TOD) merupakan konsep ruang kota yang berorientasi pada pejalan kaki dan pengguna transportasi publik. Salah satu klasifikasi area TOD ialah kawasan transit, kawasan dengan stasiun transit dan penggunaan lahan yang mendorong aktivitas transit. Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menerapkan konsep TOD dalam pengembangan kawasan. Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI menetapkan Terminal Tirtonadi sebagai kawasan transit dengan konsep TOD. Konsep TOD menekankan pentingnya berjalan kaki yang ditunjang dengan adanya jalur pedestrian. Jalur pedestrian berguna untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan transit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit Kota Surakarta berdasarkan Konsep TOD. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menjabarkan variabel menjadi indikator-indikator terukur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis skoring dan deskriptif. Data dalam penelitian diperoleh melalui observasi. Hasil perhitungan skoring menunjukan bahwa tingkat kesiapan tiap variabel berbeda-beda dan menunjukan bahwa aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit Terminal Tirtonadi berdasarkan konsep TOD tergolong belum siap, dengan tiga kriteria kesiapan tergolong tidak siap, tiga kriteria lainnya tergolong belum siap dan dua kriteria tergolong siap. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan tersebut berasal dari aspek stakeholder dan rencana.
PERAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN PENATAAN KAMPUNG YANG BERKELANJUTAN (STUDI KASUS : KAMPUNG NGEMPLAK, JEBRES, KOTA SURAKARTA) Kusumastuti Kusumastuti; Nur Miladan; Tendra Istanabi; Lintang Suminar; Galing Yudana; Istijabatul Aliyah; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Rizon Pamardhi-Utomo; Ratri Werdiningtyas; Rama Permana Putra
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i2.45466.171-178

Abstract

Sustainable Development Goals (SDG’s) memiliki tujuan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, kesenjangan, dan melindungi lingkungan. Konsep Green City atau Kota Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang berkaitan dengan isu perkotaan. Kemudian konsep Green City diturunkan menjadi Green Community sebagai topik utama yang akan direalisasikan di Kampung Ngemplak RW 29 melalui pendampingan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe agar dapat mewujudkan penataan Kampung Bunga yang berkelanjutan. Terbentuknya Kampung Bunga merupakan tujuan besar yang dalam prosesnya membutuhkan partisipasi bersama masyarakat dengan digerakkan oleh KSM Kembangkoe. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui peran Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kembangkoe dalam usaha penataan kampung khususnya terbentuknya Kampung Bunga di Kampung Ngemplak RW 29. Metode yang digunakan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama proses pendampingan. Peran KSM Kembangkoe dapat dilihat sebagai fungsi kelembagaan, yaitu memperkuat internal dengan mengarahkan potensi sumberdaya yang dimiliki juga mencari sumberdaya eksternal yang mampu bekerja sama untuk membantu mencapai tujuan didirikannya KSM Kembangkoe.
FENOMENA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN: STUDI KASUS KAWASAN PERI-URBAN KECAMATAN COLOMADU Aditya Chrisma Pradana; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.37622.24-35

Abstract

Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kawasan pinggiran atau peri urban dari Kota Surakarta. Laju pertumbuhan penduduk Kota Surakarta yang selalu meningkat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan termpat tinggal merambat ke kawasan pinggiran kota contohnya di Kecamatan Colomadu. Kecamatan Colomadu mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dari segi fisik kota. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013, 2018), Kecamatan Colomadu mengalami penurunan luas penggunaan lahan pertanian sebesar 62,52 Ha antara tahun 2012 hingga 2017. Lalu pada tahun 2012, luas lahan pertanian di Provinsi Jawa Tengah berkurang seluas 300.000 Ha akibat alih fungsi lahan dan Kecamatan Colomadu mengalami alih fungsi lahan tertinggi di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan di kawasan peri urban Kecamatan Colomadu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis statistik deskriptif. Penilaian setiap jawaban dari responden dihitung menggunakan rumus deskriptif persentase. Data dalam penelitian diperoleh melalui wawancara kepada warga yang telah menjual lahan pertaniannya kepada pihak pengembang atau developer. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi penjualan lahan pertanian tersebut adalah harga lahan pertanian, status lahan yang merupakan tanah warisan, besarnya kebutuhan/pengeluaran, pendapatan dari hasil pertanian dan profesi di luar sektor pertanian. Sedangkan dari sisi pemilihan lokasi perumahan, konversi lahan pertanian dipengaruhi oleh aksesibilitas, fasilitas sosial ekonomi, lingkungan dan harga lahan.
Analisis perbandingan perubahan tutupan lahan menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kecamatan Tawangmangu Almadea Cherish Anissa; Erma Fitria Rini; Soedwiwahjono Soedwiwahjono
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 19, No 1 (2024)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v19i1.66929

Abstract

Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar di dataran tinggi yang menjadi daya tarik wisata. Banyaknya peluang pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata membuat wilayah tersebut banyak mengalami perubahan lahan yang signifikan. Informasi mengenai perubahan lahan di Kecamatan Tawangmangu dapat diamati dengan teknologi penginderaan jauh secara time series menggunakan citra satelit. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 8 tahun 2013, 2017, dan 2021 untuk diklasifikasikan menjadi data tutupan lahan dengan metode klasifikasi terbimbing. Untuk memperoleh peta tutupan lahan yang akurat maka dilakukan pengolahan dengan tahapan koreksi radiometrik, penajaman citra, klasifikasi terbimbing, dan uji akurasi. Pada metode klasifikasi terbimbing dilakukan pengambilan training area pada lokasi yang mewakili setiap jenis lahan dan dipastikan pada kondisi di lapangan. Hasil dari interpretasi citra berupa peta tutupan lahan Kecamatan Tawangmangu yang kemudian dianalisis dengan metode intersect untuk melihat perubahan tutupan lahan yang terjadi pada periode 2013-2017 dan periode 2017-2021. Penelitian in membandingkan perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Tawangmangu pada periode 2013-2017 dan periode 2017-2021. Temuan menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan lebih besar terjadi pada periode 2013-2017 seluas 1135,34 ha atau 18,5% dengan luas perubahan setiap jenis tutupan lahan, meliputi area terbangun (200,4 ha), hutan (299,16 ha), lahan pertanian (191,7 ha), kebun (314,48 ha), semak belukar (126,61 ha), dan lahan kosong (2,99 ha).