Winny Astuti
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

JAYENGAN KAMPUNG PERMATA (JKP) SEBAGAI BAGIAN DARI PROGRAM WISATA KAMPUNG TEMATIK DI SURAKARTA Fistira Dini Elanissan; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.50747.38-52

Abstract

Kota Surakarta memiliki banyak kampung tematik yang berpotensi membentuk wisata kampung tematik. Jayengan Kampung Permata (JKP) merupakan salah kampung tematik yang berada dalam tahap pengembangan dari tujuh kampung tematik di Kota Surakarta. Pengembangan JKP memerlukan pelibatan dari banyak pihak dan kebijakan. Pihak dan kebijakan yang disusun harus diintegrasikan dengan JKP supaya bisa berkembang secara optimal sebagai wisata kampung tematik. Integrasi obyek daya tarik wisata adalah konsep totalitas produk wisata yang saling terkait untuk meningkatkan daya saing tiap klaster pariwisata, sehingga terjadi aglomerasi ekonomi serta memudahkan promosi pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis integrasi antara komponen wisata JKP sebagai kampung tematik dengan wisata kampung tematik yang ada di Surakarta. Integrasi komponen pariwisata JKP dengan wisata kampung tematik dilihat dari sisi dukungan kelembagaan, atraksi pariwisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan keterlibatan masyarakat lokal. Dengan menggunakan pendekatan penelitian deduktif, penelitian kuantitatif, teknik analisis skoring, dan metode perbandingan berpasangan, JKP dikatakan terintegrasi apabila mendapatkan total skor satu (1) dan dikatakan tidak terintegrasi apabila mendapatkan skor kurang dari 1  dari seluruh komponen yang diteliti. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa JKP tidak terintegrasi dengan wisata kampung tematik di Kota Surakarta karena mendapat total skor kurang dari 1. Skor kurang dari satu ini diperoleh  karena komponen yang tidak terintegrasi lebih dominan, yaitu dukungan kelembagaan, fasilitas pariwisata, dan aksesibilitas.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERTAHANAN PERMUKIMAN NELAYAN DI DESA BANYUTOWO KABUPATEN PATI Cinthya Rahmawati; Galing Yudana; Winny Astuti
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.54495.1-15

Abstract

Permukiman nelayan merupakan permukiman yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Permukiman nelayan Desa Banyutowo berlokasi di Kabupaten Pati. Desa Banyutowo ditinjau sebagai kampung nelayan nasional dikarenakan memiliki sumber daya kelautan yang melimpah dan menjadi pemasok retribusi lelang terbesar di Kabupaten Pati. Akan tetapi, di permukiman nelayan Desa Banyutowo dihuni oleh golongan nelayan kecil, dimana merupakan nelayan dari golongan rendah. Berdasarkan potensi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati. Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, pembagian kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati memiliki kebertahanan yang dilihat dari sistem sosial masyarakat dengan adanya ikatan spiritual dan memberikan dampak positif bagi ekonomi serta lingkungan. Sedangkan, ketidakbertahanan dilihat dari adanya nelayan yang tidak memiliki pekerjaan sampingan, tidak adanya peran pemerintah dalam pemeliharaan layanan dasar, tidak adanya peraturan yang memayungi habitat pesisir, sarana kesehatan, pendidikan, pemerintahan, ruang terbuka hijau tidak melayani kebutuhan masyarakat, tempat penjemuran ikan tidak memadai, drainase menggenang, tidak ada layanan kebutuhan air bersih, serta lokasi bangunan rumah berada pada area rentan.
POLA SPASIAL PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI PREMULUNG, KOTA SURAKARTA Rifqy Sasongko; Winny Astuti; Galing Yudana
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.59526.152-166

Abstract

Permukiman merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup dengan layak. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di perkotaan, kebutuhan akan penyediaan sarana prasarana penunjang permukiman semakin meningkat. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan bentuk atau pola permukiman pada suatu kawasan. Pola permukiman dibentuk dari karakteristik elemen pembentuk permukiman diantaranya alam, manusia, masyarakat, bangunan, dan jaringan. Kota Surakarta merupakan kota inti dari kota satelit di sekitarnya yang memiliki penduduk sekitar 517.887 jiwa pada tahun 2019. Bertambahnya jumlah penduduk membuat lahan Kota Surakarta menjadi lebih padat dan harga lahan semakin tinggi. Lokasi penelitian terletak di Kawasan Sondakan yang terdiri dari Kelurahan Sondakan dan Kelurahan Pajang. Kawasan ini memiliki karakteristik letak permukiman berbatasan dengan sungai dan kurang tertata, kepadatan bangunan tinggi, dan masyarakat berpenghasilan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola spasial permukiman berdasarkan karakteristik elemen pembentuk permukiman di tepi Sungai Premulung, khususnya di Kawasan Sondakan.Pendekatan penelitian ini menggunakan metode induktif dengan jenis penelitian gabungan atau campuran melalui strategi campuran penguatan dengan basis penelitian metode kualitatif deskriptif. Elemen pembentuk permukiman memiliki empat karakteristik, karakteristik kependudukan, karakteristik infrastruktur, karakteristik hunian, dan karakteristik sosial ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola permukiman tepi Sungai Premulung, Kawasan Sondakan membentuk pola mengelompok dengan infrastruktur yang merata dan menyebar serta berorientasi menghadap ke jalan.
STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG SENI DAN BUDAYA JELEKONG, KABUPATEN BANDUNG Muhammad Udhian Sidqi; Roisaten Nuril Choiriyah; Tania El Mahrunisa; Laily Nurhayati; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.62297.210-225

Abstract

Konsep kota kreatif merupakan konsep pengembangan wilayah yang berkembang sejak era pasca industri, dimana pusat industri dan manufaktur tidak lagi terletak di tengah kota. Konsep kota kreatif menyediakan ruang kota sebagai ruang ekspresi masyarakat sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya melalui ekonomi kreatif. Pada skala lebih kecil, konsep kota kreatif diaplikasikan pada kampung kota, sehingga muncul istilah kampung kreatif. Salah satu kampung kreatif yang berkembang di Indonesia adalah kampung Jelekong. Kampung Jelekong merupakan salah satu kampung wisata berbasis budaya yang terletak di kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Kampung Jelekong memiliki ciri khas yakni sebagai pusat budaya wayang dan seni lukis. Terdapat 200 kepala keluarga yang berprofesi sebagai pelukis. Ilmu seni melukis diberikan secara turun temurun oleh seniman Odin Rohidin. Selain itu, Kampung Jelekong merupakan rumah bagi seniman berbagai kebudayaan Sunda. Potensi Kampung Jelekong tersebut diidentifikasi lebih lanjut menggunakan analisis deskriptif terkait kondisi eksisting di Kampung Jelekong yang didasarkan pada dimensi desa wisata yang selanjutnya menjadi input dalam analisis SWOT. Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk menghasilkan strategi pengembangan Kampung Jelekong sebagai desa wisata berbasis budaya yang unggul di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, salah satu permasalahan yang ditemukan adalah fasilitas penunjang wisata di Kampung Jelekong masih belum sepenuhnya terpenuhi. Output dari analisis yang telah dilakukan adalah berupa strategi pengembangan, yang mana salah satu strategi yang dihasilkan adalah mengembangkan fasilitas yang ada di desa wisata sesuai dengan standar kebutuhan wisatawan dengan bantuan dari pemerintah kabupaten.