Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

RESPON AREAL DAN PRODUKTIVITAS USAHATANI KEDELAI DI NUSA TENGGARA BARAT Hirwan Hamidi; Farida Puspa
JURNAL AGRIMANSION Vol 1 No 2 (2001): Jurnal AGRIMANSION (AGRIBUSINESS MANAGEMENT & EXTENSION) MEI
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v1i2.60

Abstract

ABSTRAK Secara teoritis, keputusan petani untuk mengembangkan komoditi tertentu didasarkan atas pertimbangan harga input, output dan iklim. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut berespon terhadap areal pengembangan dan produktivitas kedelai di Nusa Tenggara Barat telah dilakukan penelitian dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga kedelai tahun sebelumnya dan besarnya curah hujan bulanan berespon secara nyata terhadap luas areal pengembangan kedelai. Sementara terhadap produktivitas hanya curah hujan bulanan yang berespon secara nyata. Oleh karena itu, untuk memacu pertumbuhan produksi kedelai melalui program perluasan areal maka kebijakan insentif harga kepada petani seyogyanya mendapat perhatian serius. ABSTRACT Theoritically, farmers decision to cultivate certain commodity is based on the consideration of input-output price and climate. To understand whether those variables have significant respons to the size of cultivation area and productivity of soybean in West Nusa Tenggara, this research was designed under descriptive method. The result shows that the soybean price per year recent monthly rainfall significantly were related to the size of soybean cultivation area. On the other hand, only monthly rainfall related to productivity. Therefore, to stimulate the improvement of soybean production through exetended areal program, the implementation of price incentive policy to the farmers should be concerned by goverment seriously.
2 PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Hirwan Hamidi
JURNAL AGRIMANSION Vol 3 No 1 (2002): JURNAL AGRIMANSION NOVEMBER 2002
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v3i1.85

Abstract

ABSTRAK Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi regional Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan harga konstan tahun 1993, sektor pertanian pada tahun 1999 menyumbang sekitar 35,85% dari total PDRB. Sementara pada tahun yang sama, sektor industri hanya menyumbang sekitar 4,86%. Demikian pula dengan perannya terhadap ekspor, terutama tahun 1998, meskipun terjadi krisis moneter pada tahun 1997, sumbangan sektor pertanian terhadap total ekspor melonjak tajam mencapai lebih dari dua pertiganya (81,79%). Dalam penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian mampu menyerap 2,56 kali lebih tinggi dari sektor non pertanian. Akan tetapi, dilihat dari nilai tukar yang diterima petani tahun 2000 yang mencapai 89,67%, maka petani berada pada posisi merugi yang berarti petani tidak mampu melakukan investasi untuk meningkatkan teknik produksinya. ABSTRACT Up to now, the agricultural sector has played a sinificant role in regional economic development of West Nusa Tenggara Province. Based on 1993 constant price, agricultural sector in 1999 contributed about 35,85% of total GRDP. Meanwhile in the same year, the industrial sector only contributed about 4.86%. Same as its role on export, particularly in 1998, although monetary cristis in 1997, contribution of the agricultural sector to total export significantly increased upto 81,79%. In employment, the agricultural sector enabled to employ more than twice higher than non agricultural sectors. However, in term of farmers, term of trade, specialy 2000, only reached 89,67 %, meaning that farmers are in lost position and had no financial power to invest for inceasing their production technology.
5. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian Pangan Terhadap Output dan Nilai Tambah Perekonomian Nusa Tenggara Barat: Suatu Pendekatan Input-Output Hirwan Hamidi
JURNAL AGRIMANSION Vol 9 No 1 (2008): Jurnal AGROMINSION APRIL 2008
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v9i1.189

Abstract

Abstrak Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan sektor pertanian pangan terhadap output dan nilai tambah sektor pertanian pangan di Nusa Tenggara Barat. Sumber data dalam studi ini adalah Tabel Input-Output Nusa Tenggara Barat tahun 2005. Dengan menggunakan analisis dampak output dan nilai tambah disimpulkan bahwa (1) setiap satu rupiah peningkatan permintaan akhir sektor pertanian pangan akan berdampak terhadap peningkatan output seluruh sektor dalam perekonomian Nusa Tenggara Barat sebesar 1,29294 rupiah, (2) lebih dari separo (67,86%) nilai tambah sektor pertanian pangan merupakan dampak dari konsumsi rumahtangga, sisanya masing-masing 0,59%, 15,81%, dan 15,74% merupakan dampak dari konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Dalam upaya mempercepat peningkatan output disarankan untuk mengembangkan bawang merah dan bawang putih, sedangkan untuk nilai tambah diperlukan dorongan konsumsi rumahtangga dan ekspor. Dampak yang diharapkan terjadi dari pengembangan kedua komoditi tersebut adalah meningkatnya output sektor-sektor lain dalam perekonomian terutama perdagangan, angkutan darat, industri makanan, dan restoran. Abstract This study aims to analyse the effect of food-crop sector development on West Nusa Tenggara economic output and value added. Main source of data for this study is Input-Output Table of West Nusa Tenggara in 2005. By applying analysis output and value added effect, it was concluded that 1) Every Rp. 1 of last demand for food-crop sector give effect to total economic sector of West Nusa Tenggara in amount of Rp. 1.29294; 2) over a half (67.86%) value added food-crop sector is an effect from household consumption and the rest 0.59%, 15.18% and 15.74% were from government, investment and export consumption respectively. In the effort on accelerating the increase of output, it was suggested to cultivate onion and garlic, and for value added is increasing household consumption and export. Expected effect from cultivating those two commodities is increasing output from other sectors mainly trading, land transportation, food industries and restaurant.
1. Principal-Agent Problem Dalam Kemitraan Pertanian Hirwan Hamidi
JURNAL AGRIMANSION Vol 9 No 2 (2008): Jurnal AGROMINSION AGUSTUS 2008
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v9i2.192

Abstract

Abstrak Kemitraan antara petani pemilik lahan (principal) dengan petani lain yang bertindak sebagai penyakap dalam sistem bagi hasil atau penyewa (agent) telah lama berlangsung.Tulisan ini menelaah aspek teoritis dari hubungan tersebut dengan mengambil kasus kemitraan dalam agribisnis tembakau virginia yang transaksinya berada pada kondisi informasi tidak sempurna. Hasil studi empiris menunjukkan, bahwa kemitraan dalam agribisnis tembakau virginia di Pulau Lombok telah berdampak terhadap semakin berkembangnya kelembagaan penyewaan tanah sebagai konsekuensi dari luas kepemilikan lahan yang relatif sempit (0,56 ha) sementara kemitraan mempersyaratkan luas lahan minimal 1,75 hektar. Sesuai dengan teori agency, pilihan bagi para petani pemilik tanah (principal) dan petani tembakau yang bertindak sebagai penyewa (agent) merupakan alternatif terbaik karena masing-masing pihak mendapatkan penerimaan maksimum. Mengingat principal netral terhadap risiko maka ia tetap memperoleh penerimaan sebesar harga sewa yang telah disepakati meskipun hasil panen agent mengalami kegagalan karena faktor iklim. Demikian halnya dengan petani tembakau penyewa lahan (agent), mengingat adanya beban risiko yang ditanggung maka agent akan berusaha mencurahkan semua sumberdaya yang dimiliki untuk memaksimumkan penerimaannya karena semakin tinggi beban risiko yang ditanggung semakin besar insentif yang akan diterima dibanding tidak ada beban risiko yang hanya menerima upah tetap. Abstract Partnership between farmer owner (principal) and farmer sharecroper or leaser (agent) has been exist for long time. This paper studies theoritical aspect from their relationship with case of partnership in virginea tobacco farm industries with its transaction under imperfect information situation. The empirical study result shows that partenrship in virginea tobacco farm industries in Lombok Isalnd has given effect to increase land leasing because the size of land owned by farmers very low (0.56 ha) while the partnership system needs minimum size 1.75 ha for each. Based on Agecy Theory, the choice of principal and agent is a best alternative because each side earn maksimum benefit. Considering principals are neutral to risk, they always earn economic benefit in amount of the price of leasing their land although agent faced failure in harvesting. Similarly, agent will all out use their resource because they load with high risk. This is applied because theoritically the higher the risk the more benefit will earn compare to work for fixed wage only.