Elza Sundhani
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Prospektif Potensi Interaksi Obat Golongan Antibiotik Pada Pasien Pediatri Di Rumah Sakit Ananda Purwokerto Much Ilham Novalisa Aji Wibowo; Rima Anggita Pratiwi; Elza Sundhani
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 15 No. 02 Desember 2018
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.648 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v15i2.3832

Abstract

Interaksi obat terjadi pada saat efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya suatu interaksi dengan obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Perubahan ini dapat berinteraksi menghasilkan efek yang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek sebaliknya yaitu tidak dikehendaki (Adverse Drug Interaction). Dilaporkan bahwa kejadian interaksi obat lebih banyak terjadi pada pasien dewasa, sedangkan laporan mengenai kejadian interaksi obat pada pasien anak masih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi interaksi obat golongan antibiotik yang terjadi pada resep pasien pediatri di Rumah Sakit Ananda, Purwokerto. Penelitian dilakukan secara deskriptif noneksperimental dengan pengambilan data prospektif dilakukan pada data rekam medik dan resep pasien pediatri pada bulan Februari – April 2018. Sampel diperoleh secara purposive sampling dengan kriteria inklusi pasien pediatri yang tergolong bayi (usia 28 hari–23 bulan), anak–anak (usia 2–11 tahun), dan remaja (usia 12–18 tahun), pasien pediatri yang mendapat resep obat yang mengandung antibiotik, pasien pediatri yang mendapat obat ≥2 macam obat secara bersamaan, pasien pediatri yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Ananda Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 kasus kombinasi obat yang diidentifikasi berpotensi menyebabkan interaksi obat. Jenis interaksi obat terjadi pada interaksi farmakokinetik (54,5%) dan farmakodinamik (45,5%). Potensi interaksi antibiotik dengan antibiotik maupun dengan obat lain terjadi pada kategori mayor (18,2%), moderat (72,7%), dan minor (9,1%). Kesimpulan penelitian yaitu terdapat interaksi antara antibiotik dengan antibiotik maupun dengan obat lain. Interaksi obat terjadi pada fase farmakokinetik dan farmakodinamik. Tingkat keparahan interaksi yang terjadi yaitu mayor, moderat, dan minor.
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ADAM HAWA (Rhoeo discolor) DAN DAUN PUCUK MERAH (Syzygium campanulatum Korth.) DALAM MENURUNKAN KADAR GULA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR DENGAN PEMBEBANAN GLUKOSA Elza Sundhani; Della Caya Nur Syarifah; Lita Ratriyana Zumrohani; Nunuk Aries Nurulita
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 13 No. 02 Desember 2016
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penderita diabetes melitus terus semakin meningkat seiring dengan pola hidup yang tidak seimbang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah di atas normal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek ekstrak etanol daun adam hawa (Rhoeo discolor) dan daun pucuk merah (Syzygium campanulatum Korth.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan galur wistar yang dibebankan glukosa. Pada penelitian ini tikus jantan galur wistar dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol normal, kontrol positif (glibenklamida 0,6 mg/kg bb), kontrol negatif (CMC-Na), tiga kelompok ekstrak etanol daun adam hawa (dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb) dan tiga kelompok ekstrak etanol daun pucuk merah (dosis 300, 600, dan 1200 mg/kg bb. Data diperoleh dengan mengukur kadar gula darah tikus 30 menit setelah pemberian glukosa dan pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah perlakuan. Hasil uji penelusuran kandungan senyawa kimia menggunakan Kromatografi Lapis Lipis (KLT) dan pereaksi semprot menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid pada ekstrak daun adam hawa, sedangkan ekstrak etanol daun pucuk merah hanya mengandung flavonoid dan terpenoid. Hasil uji statistika menggunakan Anova dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara ekstrak daun adam hawa (dosis 200 dan 400 mg/kg bb) dan ekstrak daun pucuk merah (300 dan 600 mg/kg bb) dengan glibenklamida (0,6 mg/kg bb) dalam aktivitasnya untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus. Dosis rendah (100 mg/kg bb) pada adam hawa dan dosis tinggi pada pucuk merah (1200 mg/kg bb) tidak menunjukkan efek hipoglikemik pada tikus. Ekstrak adam hawa dan pucuk merah diduga mempunyai aktivitas antidiabetik yang tergantung dosis (dose dependent). Patients with diabetes mellitus are increasing with the behavior of an unbalanced life. Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglycemic. This study aims to evaluate the effect of adam hawa (Rhoeo discolor) and pucuk merah (Syzygium campanulatum Korth.) ethanolic leaves extract to decrease blood sugar levels on male wistar rats induced by glucose. Rats were divided into 5 groups: the normal control group, positive control group (glibenclamide 0.6 mg/kg), negative control group (CMC-Na), ethanolic extract of adam hawa group with doses of 100, 200, and 400 mg/kg bw and ethanolic extract pucuk merah group with doses of 300, 600, and 1200 mg/kg bw. Blood glucose levels were measured 30 minutes before and 30, 60, 120 minutes after per oral glucose induction. The results of phytochemical screening using Thin Layer Chromatography (TLC) shown ethanolic extract of adam hawa contained alkaloids, flavonoids, and triterpenoid, while ethanolic extract of pucuk merah only contained flavonoids and terpenoids. Glucose blood levels and AUC datas were statistically analyzed using Oneway Anova and continued with LSD. The datas shown no significant difference between the ethanolic extract of adam hawa (200 and 400 mg/kg bw) and pucuk merah (300 and 600 mg/kg bw) compared with that of glibenclamide (0.6 mg/kg bw) (p>0.05). The ethanolic extract of adam hawa at lower dose (100 mg/kg bw) and pucuk merah at higher dose (1200 mg/kg bw) did not exhibit hipoglicemic effect on rats. Both extracts seems to have antidiabetic properties with dose dependent manner.
UJI INTERAKSI METFORMIN DAN GLIBENKLAMID DENGAN JAMU YANG MENGANDUNG Smallanthus sonchifolius DAN KOMBINASI Andrographis paniculata (Burm. F), Boesenbergia pandurata Roxb, Phyllanthus niruri L, Syzigii polyanthi Wight PADA PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TI Elza Sundhani; Diniatik; Zainur Rahman Hakim; Ika Nurzijah; Ardiasa Prakoso; Nur Fajrina; Muhamad Rifki; Zaenal Arifin Misgi Candra Dasa
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.708 KB) | DOI: 10.35617/jfionline.v12i1.31

Abstract

Penggunaan jamu sebagai Complementary and Alternative Medicine untuk mengatasi Diabetes Mellitus banyak digunakan di Indonesia. Potensi munculnya interaksi obat-jamu dengan metformin dan glibenklamid dapat mempengaruhi efektivitas menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi farmakodinamika (aktivitas farmakologi) dari metformin dan glibenklamid yang dikombinasikan dengan jamu A (Smallanthus sonchifolius) dan jamu B (Andrographis paniculata (Burm. F), Boesenbergia pandurata Roxb, Phyllanthus niruri L, Syzigii polyanthi) dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan. Metode KLT-Densitometer digunakan untuk skrining fitokimia dengan membandingkan profil kromatogram (nilai Rf) dari jamu dan ekstrak etanol tanaman. Sebanyak 30 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 10 kelompok perlakuan dengan aloksan 175 mg/Kg BB. Pengamatan kadar glukosa darah diukur pada hari ke-0,-7,-14, dan -21 setelah tikus dipuasakan 12 jam. Hasil profil kromatogram menunjukkan bahwa terdapat nilai Rf yang sama antara jamu A dan B dengan tanaman pembanding. Hasil uji kombinasi Metformin dengan Jamu A dan B menunjukkan adanya penurunan aktivitas yang diduga oleh adanya penghambatan absorbsi metforminm, namun tidak signifikan dibandingkan perlakuan tunggal (p>0,05). Sedangkan kombinasi glibenklamid dengan jamu A dan B menunjukkan adanya penurunan aktivitas yang siginifikan (p<0,05) dibandingkan perlakuan tunggal. Pengaruh senyawa aktif dalam jamu dalam mempengaruhi aktivitas enzim CYP3A4 dan CYP2C9 (enzim pemetabolisme glibenklamid) atau efek entagonis diprediksi terjadi pada kombinasi tersebut. Penelitian lanjutan diperlukan untuk memastikan mekanisme interaksi obat-jamu, namun penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan potensi interaksi penggunaan jamu A dan B dengan metformin dan glibenklamid.