Penelitian menjelaskan praktik kebudayaan di Desa Plunturan Ponorogo dan menemukan arena produksi kultural dalam transformasi perubahan sistem perangkat desa. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi dengan unsur-unsur: epoche: pengurungan prasangka (2) intensionalitas: keterarahan kesadaran-penghayatan (verstehen) (3) noema: merumuskan bentuk subjek atau objek yang diteliti (3) noesis: menangkap abstraksi subjek (4) reduksi fenomenologis: menyaring informasi-fenomena (5) reduksi Eidetik: menemukan hakikat tersembunyi (6) bracketing, membandingkan dengan persepsi orang lain mengenai fenomena yang diamati. Adapun hasil penelitian ini meliputi (1) adanya peran sesepuh di level front stage sebagai referensi utama dalam menempatkan sesepuh di level aktor (2) peran sesepuh di level back stage berkaitan dengan wilayah di mana sesepuh memainkan peran sentral dan mempersiapkan segala tata-cara, atribut dan simbol-simbol yang menjadi jangkar bagi dramaturgi kebudayaan yang dimainkan yang menjadikan sesepuh sebagai penyedia (3) arena produksi kultural meliputi audiens, yaitu masyarakat atau seluruh warga lokal yang mengkonsumsi penampilan sesepuh dan menjadikannya rujukan penting bagi praktik sosial yang menjadikan sesepuh sebagai penggali (4) pengelolaan kesan (impression management) dimainkan sesepuh dengan mengkondisikan adrenalin masyarakat dalam mengkonsumsi pesan menjadikan sesepuh berperan pengawal nilai-nilai kultural bagi masyarakat desa.