Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ETIKA PENGGUNAAN INSTAGRAM MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI UNTAG SURABAYA DALAM BERMEDIA SOSIAL Andia Jingga Langit Persada Timur; D. Jupriono D. Jupriono; Lukman Hakim
RELASI Vol 1 No 01 (2021): Jurnalisme
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (958.93 KB)

Abstract

Etika penggunaan instagram oleh mahasiswa ilmu komunikasi di Untag Surabaya dalam bermedia sosial. Terdapat segi positif pemanfaatan media baru khususnya Instagram dan segi negative. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya ekses buruk berupa pengabaian etika dalam penggunaan Instagram. Sebagai contoh pemalsuan identitas seseorang, penyebaran hoax, berkata tidak santun, mencaci, menghujat, memfirnah, dan sebagainya. Berangkat dari permasalahan itu maka dilakukan kajian isi pelanggaran etika media sosial dalam penggunaan Instagram di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi Untag Surabaya dengan menggunakan teori dari Thurlow: pelanggaran etika media sosial terjadi jika terdapat Copy-Paste (Hak Cipta), Cyberbullying (perundungan), Hoax (kebohongan), Illegal Content (isi melawan peraturan), Kejahatan Porografi, Hate Speech,(ujaran kebencian), dan adegan kekerasan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik telaah isi (content analisys) dengan dibatasi pada 6 account Instagram saja selaku subyek yang mengakses media sosial melalui Instagram dan dapat ditelaah isi postingnya. Dari hasil telaah isi terhadap 6 account tersebut diperoleh temuan bahwa terdapat pelanggaran etika media sosial dalam berkomunikasi meliputi, pelanggaran copy-paste atau Hak Cipta, pelanggaran cyberbullying, pelanggaran hoax, pelanggaran illegal content, pelanggaran pornografi, pelanggaran hate speech, dan pelanggaran adegan kekerasan.
HOAX DALAM ILUSTRASI JEAN BAUDRILLARD Lukman Hakim; Achluddin Ibnu Rochim; Banu Prasetyo
RELASI Vol 2 No 02 (2022): Komunikasi
Publisher : COMMUNITY OF RESEARCH LABORATORY SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan media digital yang semakin luas sebagai sarana komunikasi memberikan sisi positif dan negatif. Positif sebab betapa hebatnya perkembangan dunia digital di Indonesia menujukkan tingkat adaptif dan survival yang tinggi atas perubahan sosial, meski di sisi lain ada kekhawatiran terkait rawannya penyebaran berita palsu atau hoax membawa dampak negatif di berbagai aspek sosial. Penelitian ini bertujuan memberikan referensi dan ilustrasi bidang hoax yang paling berpengaruh di Indonesia selama kurang lebih lima tahun terakhir sehingga dapat ditemukan upaya paling akurat untuk mengurangi tingkat penyebaran hoax di Indonesia. Metode penelitian ini adalah kualitatif, dengan model analisis Miles and Huberman dengan berbagai teknik observasi, pustaka hingga verifikasi data. Penelitian ini menyimpulkan dengan kerangka teori simulacra dan hyperreality Jean Baudrillard ditemukan terdapat tiga bidang utama yang mudah dipercayai dan rentan ditunggangi oleh kepentingan dan motif penyebaran hoax, yaitu nuansa politik, agama dan inovasi (harapan). Pertama, nuansa poiltik yang seringkali diasosiasikan dengan semangat emosional daripada rasional. Kedua, nuansa agama yang mengusung semangat primordial dan persamaan identitas. Ketiga, adalah nuansa inovasi karena masyarakat Indonesia cenderung menginginkan perubahan instan dengan adanya penemuan-penemuan yang mutakhir, sehingga rawan menjadi ladang berita hoax. Penanggulangan hoax tidak dapat dilakukan hanya dengan upaya eksternal saja, misalnya dengan membentuk Undang-Undang ITE dan Satgas pemberantasan hoax mengingat informasi dan berita cepat sekali tersebar. Upaya paling efektif dalam pemberantasan hoax adalah menumbuhkan semangat literasi digital kepada masyarakat dengan meningkatkan rasionalitas pembaca agar tidak mudah menjadi mangsa berita-berita hoax.
DILEMA ABORSI DALAM TINJAUAN ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK lukman hakim; Putri Retnosari
DIA: Jurnal Administrasi Publik Vol 15 No 2 (2017): IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Publisher : Program Studi Doktor Ilmu Administrasi, FISIP, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.329 KB) | DOI: 10.30996/dia.v15i2.1899

Abstract

Abortion is the removal of a fetus conceived by a woman with certain actions before her pregnancy complete, either alive or dead before the fetus can live outside the womb. There are many factors that influence an abortion, such as the unfavorable condition of the fetus, sexual behavior outside of marriage, and the result of rape. Various views from religion, law, and health say that abortion is an act that is divided into two, namely; therapeutic abortion provocateurs and abortion provocateurs criminals. The difference is in the handling and awareness of national and state life. This research is a type of qualitative research. Research materials and materials were obtained through library research (library research) related to abortion. Through the implementation of policies and laws that have been made by the government, the public needs to consider the importance of using their public rights which are regulated based on adequate public administration ethics. The government needs to increase professionalism and responsiveness to issues of abortion and unwanted pregnancy. in order to fulfill the overall principle of social justice, by increasing socialization, counseling, and assistance for contraceptives as an initial step in post-abortion prevention and consultation.
OPTIMIZATION OF POKDARWIS COMMUNICATIONS TO INCREASE VISITORS' INTEREST IN PLUNTURAN CULTURAL TOURISM VILLAGE PULUNG DISTRICT, PONOROGO REGENCY Widiyatmo Ekoputro; Lukman Hakim
Jurnal Scientia Vol. 12 No. 02 (2023): Education, Sosial science and Planning technique, edition March-May 2023
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

At present, people in several villages in Indonesia are trying to provide alternative recreation and entertainment options as cheap and affordable tourist destinations . The tourism village object seeks to promise comfort and is environmentally friendly so that it requires the ability to manage and manage it in such a way that it can become a source of income and income for the village. Plunuran Village , Ponorogo Regency is part of a new tourist destination that requires concrete efforts to introduce this strategy to the wider community and become part of the Pokdarwis to be able to optimize it, so a general definition is needed regarding both elaborating and improving communication strategies . Communication strategy is essentially how to plan ideas ( planning ), delivery of messages ( massage ) and the accuracy of the targetthrough a combination of elementscommunication such as frequency, formality, content and communication channels so that the message conveyed is easily received and understood and can change attitudes or behavior in accordance with the purpose of communication, and this can be very broad depending on the interests within a particular community . Meanwhile, when talking about optimization , the end is how to come up with the best creative ideas in carrying out an effective and efficient activity with optimal results to be able to generate interest in visiting destinations in the Plunuran tourist village as a new tourist destination . Pokdarwis Plunuran village as a communication driver is expected to be able to attract visitor interest. Communication is an important element in carrying out the process of communicating to others so that the desired goals and objectives can be achieved. Efforts to attract visitors to attend the locationin a tourist village is a concrete way to package, manage, present and promise information that can be received and understood by the community. Because effective communication will occur if the message conveyed by the information provider (communicator) to the recipient of the message (communicant) in this case the visitor community does not cause misunderstandings (mis perceptions). Plunuran Village, Pulung sub-district, Ponorogo Regency as a research location is a special attraction for research because the potential of a cultural tourism village fulfills the requirements for research objects, especially the lives of its people who always get along in harmony and are attached to the arts, have a place to perform as well as a schedule for performances, culinary unique and different from other villages, beautiful natural scenery. These potentials and efforts should always be developed together and Pokdarwis can optimally mobilize all potentials so that the village's economy can increase which hopes that the results will be directly proportional to the welfare of the community.
MELACAK JEJAK KEARIFAN LOKAL: PERAN BIJAK SESEPUH DESA PLUNTURAN PONOROGO DALAM MENERUSKAN TRADISI BUDAYA Lukman Hakim; Widiyatmo Eko Putro; Putri Retnosari
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 7 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38043/jids.v7i2.4518

Abstract

Penelitian menjelaskan praktik kebudayaan di Desa Plunturan Ponorogo dan menemukan arena produksi kultural dalam transformasi perubahan sistem perangkat desa. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi dengan unsur-unsur: epoche: pengurungan prasangka (2) intensionalitas: keterarahan kesadaran-penghayatan (verstehen) (3) noema: merumuskan bentuk subjek atau objek yang diteliti (3) noesis: menangkap abstraksi subjek (4) reduksi fenomenologis: menyaring informasi-fenomena (5) reduksi Eidetik: menemukan hakikat tersembunyi (6) bracketing, membandingkan dengan persepsi orang lain mengenai fenomena yang diamati. Adapun hasil penelitian ini meliputi (1) adanya peran sesepuh di level front stage sebagai referensi utama dalam menempatkan sesepuh di level aktor (2) peran sesepuh di level back stage berkaitan dengan wilayah di mana sesepuh memainkan peran sentral dan mempersiapkan segala tata-cara, atribut dan simbol-simbol yang menjadi jangkar bagi dramaturgi kebudayaan yang dimainkan yang menjadikan sesepuh sebagai penyedia (3) arena produksi kultural meliputi audiens, yaitu masyarakat atau seluruh warga lokal yang mengkonsumsi penampilan sesepuh dan menjadikannya rujukan penting bagi praktik sosial yang menjadikan sesepuh sebagai penggali (4) pengelolaan kesan (impression management) dimainkan sesepuh dengan mengkondisikan adrenalin masyarakat dalam mengkonsumsi pesan menjadikan sesepuh berperan pengawal nilai-nilai kultural bagi masyarakat desa.