Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : BroadComm

MAKNA KERESAHAN TERHADAP KONDISI ALAM DALAM LIRIK LAGU (ANALISIS HERMENEUTIKA DALAM LIRIK LAGU “LAST ROAR” KARYA TUAN TIGABELAS) Jody Kurniawan; Karina Jayanti
BroadComm Vol. 1 No. 2 (2019)
Publisher : AKMRTV Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.98 KB) | DOI: 10.53856/bcomm.v1i2.190

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam teks lagu Tuan Tigabelas “Last Roar”, yang didasarkan pada Teori Hermeneutik Paul Ricoeur berdasarkan otonomi teks dan interpretasi pendengarnya. Dalam interpretasi pendengar, mereka dipandu oleh otonomi teks, yaitu situasi pembaca yang tenggelam dalam ide, plot, dan gambar penulis tanpa sempat mempertanyakan latar belakang penulis, bagaimana kondisi pada saat itu, waktu teks itu ditulis, apa motivasi penulis dalam membuat teks, atau bahkan melihat latar belakang pembacanya sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pendengar yang memiliki koneksi dalam mendengarkan lagu “Last Roar” dan juga observasi dalam penelitian ini dilakukan secara online dengan browsing artikel yang membahas tentang musisi Tuan Tiga Belas dan karyanya serta video wawancara, video musik, dan referensi lain yang berhubungan dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lagu “Last Roar” memiliki banyak makna yang saling terkait dari pendengarnya, mulai dari kritik sosial terhadap manusia hingga kondisi alam, peringatan atau pengingat kita sebagai manusia dalam melestarikan kondisi alam dan hewan, serta bentuk-bentuk keserakahan manusia untuk keuntungan mereka sendiri untuk pembukaan lahan kelapa sawit. Namun pada intinya lagu “Last Roar” menimbulkan keresahan tentang kondisi alam dan harimau sumatra, penciptanya berhasil membuat pendengarnya merasakan keresahannya. Sifat teks yang otonom, dalam penafsiran teks, saling terkait dengan maksud pengarang, situasi dan tempat teks itu dibuat, relasinya dengan teks lain, dan kondisi pendengar sebagai penafsir, sehingga jelaslah bahwa sebuah teks ketika berhadapan dengan penafsirnya memiliki karakter yang otonom.
PEMAKNAAN LAGU TERHADAP SELF ACCEPTANCE PENDENGAR (ANALISIS HERMENEUTIKA GADAMER DALAM LAGU “PELUKKU UNTUK PELIKMU” KARYA FIERSA BESARI) Karina Jayanti; Reni Fitriani
BroadComm Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : AKMRTV Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.065 KB) | DOI: 10.53856/bcomm.v3i2.227

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menelaah makna lagu pelukku untuk pelikmu karya Fiersa Besari bagi pendengarnya, agar dapat diketahui bagaimana sebuah lagu dapat menjadi salah satu hal untuk pendengarnya dalam menerima keadaan yang ada pada dirinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pendengar yang memiliki cerita tersendiri dengan lagu pelukku untuk pelikmu dan juga observasi yang dilakukan pada kolom komentar video klip lagu pelukku untuk pelikmu serta menggunakan teori hemeneutika karya Gadamer karena peneliti memahami lagu tersebut berdasarkan pemahaman pendengar lagu pelukku untuk pelikmu yang diarahkan oleh prasangka dari diri sendiri yakni sejumlah pengalaman serta pengetahuannya, yang dipengaruhi oleh cerita di balik pembuat karya dan juga proses pembuatan lagu itu sendiri. Hasil penelitian menunjukan lagu pelukku untuk pelikmu memiliki berbagai pemaknaan dari para pendengarnya, sebagai pengingat untuk menghargai perjuangan diri, menambah kepercayaan diri dan agar tidak pernah menyalahkan diri sendiri serta dapat menerima segala keadaan yang ada pada diri pendengarnya. Pada intinya, pelukku untuk pelikmu dapat menciptakan ketenangan pada pendengarnya karena dapat membuat pendengarnya membuang rasa cemas, rasa takut dan rasa bersalah yang ada dalam diri mereka.