p-Index From 2020 - 2025
1.573
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Interaksi Online
Sunarto Sunarto
Prodi S1 Ilmu Komunikasi

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Resistensi Pelecehan Seksual dalam Film Bombshell Fransisca Putri Kirana; Sunarto Sunarto
Interaksi Online Vol 10, No 3: Juli 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelecehan seksual sering menimpa kaum perempuan, tak terkecuali terjadi pada Negara yang sudah maju seperti Negara Amerika Serikat. Amerika Serikat telah memiliki undang-undang yang membahas tentang pelecehan seksual terhadap perempuan, yakni yang tertuang dalam Undang-Undang Hak Sipil 1991, Judul VII yakni memperluas hak-hak perempuan untuk menuntut dan mengumpulkan ganti rugi termasuk ganti rugi untuk perlakuan diskriminasi atau pelecehan seksual. Tercatat pada laporan yang dibuat pada tahun 2019 melalui gerakan #MeToo, sebanyak 81% kaum perempuan di Amerika Serikat mengalami pelecehan seksual. Walaupun, Amerika Serikat memiliki undang-undang yang telah mengatur tentang hokum pelecehan seksual, sayangnya masih banyak ditemukan pelecehan seksual terhadap perempuan. Baik pelecehan seksual secara verbal hingga kasus pemerkosaan. Hal tersebut dikarenakan, korban pelecehan seksual merasa takut untuk melaporkan pelaku, takut terancam keamanannya, dan masih jarang kasus pelecehan seksual terhadap perempuan yang dibahas oleh masyarakat. Film dirasa sebagai media massa yang memiliki peran untuk mempengaruhi masyarakat, karena di dalam alur ceritanya terdapat pesan yang ingin disampaikan. Penelitian yang berjudul “Resistensi terhadap Pelecehan Seksual dalam Film Bombshell” bertujuan untuk mendeskripsikan penggambaran pelecehan seksual terhadap perempuan dalam film Bombshell, dan melihat ideologi dominan didalamnya. Teori yang dipakai yakni teori Standpoint, guna melihat tindakan perlawanan yang dilakukan oleh perempuan, ketika mengalami pelecehan seksual. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif, menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resistensi perempuan terhadap pelecehan seksual dalam film “Bombshell” dapat dilihat melalui analisis semiotika Roland Barthes yakni leksia yang dipilih. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelecehan seksual, yakni faktor ideologi dominan yang masih berlaku di masyarakat, ideologi patriarki yang berlaku memberi kekuasaan pada pria untuk menindas perempuan yang dianggap sebagai kaum yang lemah. Rekomendasi dari penulis, agar kedepannya film banyak mengangkat isu pelecehan seksual untuk memberikan cara pandang baru bagi masyarakat untuk menanggapi pelecehan seksual merupakan hal yang serius dan pelaku harus dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
CAPTAIN MARVEL: DOMINASI MASKULIN DALAM KESETARAAN GENDER PEREMPUAN Rifka Safira; Sunarto Sunarto
Interaksi Online Vol 10, No 3: Juli 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai stereotip perempuan yang menjadi subordinat laki-laki dalam penampilannya di media mulai menunjukkan perubahan dimana posisi perempuan mulai ditampilkan lebih maskulin, dan dianggap mulai menghilangkan sifat-sifat feminin pada dirinya. Seperti yang ditampilkan pada film Captain Marvel, dimana film ini dengan jelas membalik ekspektasi peran dan identitas gender yang selama ini dianut oleh Hollywood karena sosok maskulin yang ditampilkan sebagai pahlawan bukan laki-laki melainkan seorang perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar dominasi karakter maskulin pada perempuan dalam mencapai kesetaraan gender pada film Captain Marvel. Dalam proses menganalisis, penelitian ini menggunakan Teori Standpoint dan juga Aliran Feminisme Liberal. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan tipe deskriptif kualitatif dan juga menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian didapatkan dengan melalui observasi pada dialog dan visualisasi pada film Captain Marvel, serta berdasarkan dokumentasi dari sejumlah informasi dalam literatur, jurnal, dan juga media online. Hasil penelitian menunjukkan bahawa tokoh Carol Danvers dalam film Captain Marvel secara keseluruhan ditampilkan sebagai sosok yang memiliki karakter maskulin yang dominan pada dirinya, seperti kompetitif, aktif, agresif, mandiri, percaya diri, perkasa, pemberani, mampu berfikir rasional dan juga menjadi pemimpin. Film ini menggambarkan bagaimana perempuan yang awalnya direndahkan kemampuannya namun pada akhirnya ia mampu mendapatkan kesetaraan gender dengan karakter maskulin yang ditonjolkannya, dimana terlihat masih adanya ideologi patriarki dalam film ini yang meyakini bahwa kualitas maskulinitas laki-laki lebih unggul atau superior dari kualitas feminitas perempuan, sehingga tingkat maskulinitas seseorang menjadi tolak ukur kesuksesan perempuan, dan membuat perempuan harus menghilangkan sisi feminin dalam dirinya untuk dapat setara dengan laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun film ini menjunjung nilai-nilai kesetaraan gender, namun perempuan tetap digambarkan masih terperangkap dalam budaya patriarki. Dalam artian, untuk setara dengan laki-laki perempuan tetap diharuskan menggunakan standarisasi parameter kelelakian.
PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK TUNA RUNGU DAN WICARA DALAM FILM SILENCED Audita Widya Pinasthika; Sunarto Sunarto
Interaksi Online Vol 10, No 3: Juli 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kekerasan seksual merupakan pelakuan kejahatan seksual yang dapat terjadi kepada lakilaki atau perempuan. Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih marak dalam pemberitaan, khususnya juga terhadap anak-anak penyandang disabilitas tuna rungu. Film merupakan salah satu bentuk media massa memiliki kemampuan membentuk persepsi khalayak. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberagaman pemaknaan khalayak aktif terhadap adegan kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak tuna rungu dan wicara yang ditampilkan dalam film Silenced. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis dan menggunakan teori dan metode analisis resepsi Stuart Hall. Selain itu, metode analisis semiotika John Fiske juga digunakan untuk kemudian dijelaskan kedalam tiga level analisis; level realitas, level representasi dan level ideologi. Penelitian melibatkan empat informan dari teknik pengumpulan data wawancara mendalam dengan metode kualitatif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah para informan bisa memaknai adegan kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak tuna rungu yang direpresentasikan dalam film Silenced. Pada kategori kekerasan seksual terhadap anak-anak tuna rungu di lingkungan sekolah dan sosial preferred reading yang muncul dari adegan film Silenced menunjukkan tipe pemaknaan posisi dominan dan negosiasi. Untuk korban kekerasan seksual yang cenderung tertutup preferred reading yang muncul dari adegan dimaknai secara dominan oleh semua informan pada posisi tipe dominan. Untuk pemaknaan perilaku korban kekerasan seksual, semua informan cukup berbeda dengan satu sama lain. Hasil seluruh pemaknaan, informan berada di posisi dominan dan negosiasi. Dari berbagai keragaman pemaknaan khalayak menunjukkan bahwa informan memaknai informasi yang ada sebagai khalayak aktif. Hasil pemaknaan terpengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman informan yang didapatkan sesuai dengan pengetahuan dan lingkup lingkungannya.
INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA DAN PEER GROUP SUPPORT TERHADAP TINGKAT KETERBUKAAN MENCERITAKAN PENGALMAAN CYBERBULLYING Tjen Maurilia Zerlina; Sunarto Sunarto; S. Rouli Manalu
Interaksi Online Vol 10, No 3: Juli 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Internet technology become something that cannot be avoided in the current era. Unfortunately, the existence of the internet and technology also creates a new problem, namely cyberbullying. Cyberbullying is a problem that has not been completely resolved. UNICEF itself even states that the impact of cyberbullying greatly affects the mental, emotional, and physical aspects of individuals. This is something that cannot be eliminated directly. However, this can be minimized by raising awareness by various parties. This study used social penetration theory to explain each variable. On the other hand, this study also used a schema of relationships within the family to support the main theory. The sampling technique was purposive-sampling. The sample was 150 people with characteristics of people aged 16-25 years who had been victims of cyberbullying, lived in Semarang and actively used social media.. Tests in this study used multiple linear regression. The results showed that the influence of the intensity of parental communication on the level of openness in telling the cyberbullying experience was 26.6%. Meanwhile, the intensity of peer group support on the level of openness tells about the experience of cyberbullying by 5.7%. The intensity of parental communication and peer group support on the level of openness tells of the cyberbullying experience of 29.1%. with all the significance of the three variables below 0.01. This means, this study had an influence with different strengths on each variable.
Perlawanan Perempuan Terhadap Kekerasan di Dunia Maya (Sebuah Studi Fenomenologi Kritis Terhadap Pengguna Media Sosial) Aisya Nur Aziz; Sunarto Sunarto; Hedi Pudjo Santosa
Interaksi Online Vol 10, No 4: Oktober 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat saat pandemi Covid 19 menyebabkan meningkatnya jumlah kekerasan berbasis online yang banyak melibatkan perempuan sebagai korbannya. Kekerasan yang juga disebut sebagai Kekerasan Berbasis Gender Online sejatinya adalah kekerasan yang dilakukan secara daring dengan melibatkan tubuh dan seksualitas gender tertentu dalam hal ini adalah perempuan sebagai kelompok marjinal. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan esensi pengalaman perempuan korban kekerasan yang melakukan perlawanan dalam menghadapi kekerasan di media sosial. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kelompok bungkam yang menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan pendekatan fenomenologi kritis untuk memahami pengalaman perempuan yang pernah mengalami kekerasan dan juga perlawanan sekaligus. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perempuan yang kerap di stereotipisasi sebagai makhluk yang lemah justru berani mendobrak stereotip tersebut dengan melakukan perlawanan ketika dihadapkan pada kekerasan yang diterimanya untuk menolak diposisikan sebagai korban yang tak berdaya. Dalam kasus ini, perempuan melakukan dua bentuk tataran perlawanan yang digunakan perempuan ketika menjadi korban kekerasan yakni perlawanan secara terbuka dan perlawanan tertutup. Terbuka adalah perempuan melakukan kekerasan secara frontal dengan mengkonfrontasi pelaku sedangkan tertutup adalah dengan mencari bukti kekerasan dan mengabaikan pelaku dengan membuat aktivitas daring seperti menulis, menari dan menjalin relasi positif.
Representasi Objektifikasi Seksualitas Wanita Pada Iklan Kondom Sutra Versi “Mantap – Mantap Makin Mesra” Di Antv Pada Pukul 02.00 WIB Malam Ratih Siswanti; Sunarto Sunarto; Amida Yusriana
Interaksi Online Vol 10, No 4: Oktober 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selama ini banyak media yang mengeksploitasi perempuan sebagai objek seks yang pada akhirnya melahirkan masyarakat yang syarat dengan kekerasan terhadap perempuan. Sosok perempuan pada media dijadikan sebagai daya tarik, dan menggambarkan bahwa perempuan sebagai simbol seks, termasuk dalam Iklan. Objektifikasi gender, terutama objektifikasi perempuan adalah aspek paling suram dari iklan media massa. Perempuan yang di objektifikasi secara seksual untuk tujuan komersial salah satunya terlihat pada iklan Kondom Sutra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ideologi gender dominan, representasi objektifikasi seksualitas, dan mengetahui bentuk – bentuk objektifikasi seksualitas wanita pada iklan Kondom Sutra tersebut. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis dilakukan dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes 5 kode pembacaan. Representasi tersebut dilihat dari berbagai leksia yang muncul dalam iklan dan memasukan kedalam setiap kategori 5 kode pembacaan yaitu Kode Hermeneutika, Kode Proaretik, Kode Simbolik, Kode Kultural, dan Kode Semik. Iklan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah iklan Kondom Sutra versi “Mantap Mantap Makin Mesra” di ANTV pada pukul 02.00 WIB malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penggambaran komedi seksual di setiap adegan, dari setiap adegan menggambarkan adanya objektifikasi dan ideologi dominan. Ideologi dominan yang melandasi adalah ideologi patriarki dimana laki – laki lebih dominan dibanding perempuan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah muted group theory. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui representasi objektifikasi seksualitas wanita pada iklan yang ditayangan di televisi. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa di dalam iklan Kondom sutra versi “Mantap – Mantap Makin Mesra” bagaimana media merepresentasikan wanita sebagai objek seksualitas dan menggambarkan bagaimana laki – laki menjadi pihak yang mendominasi.
Representasi Diskriminasi Kecantikan Perempuan Dalam Film “Imperfect” Rr. Maya Puspa Hapsari; Sunarto Sunarto
Interaksi Online Vol 11, No 1: Januari 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan dan menunjukkan representasi dari sebuah adegan sehingga pesan dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Diskriminasi kecantikan pada perempuan terjadi karena adanya sebuah mitos kecantikan, dimana perempuan dikendalikan oleh ideologi patriarki yang dibangun oleh media massa, kemudian membuat sebuah standar kecantikan yang akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial kepada perempuan akan kecantikannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya sebuah representasi diskriminasi kecantikan yang dialami oleh perempuan dengan menggunakan teori sudut pandang (Standpoint Theory) dan aliran feminisme radikal kultural. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah film “Imperfect” 2019 yang menunjukkan adanya sebuah diskriminasi kecantikan pada perempuan. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini merupakan 5 kode pembacaan Roland Barthes pada leksia yang telah dipilih. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada film “Imperfect” terdapat diskriminasi kecantikan perempuan yang terjadi secara individual maupun berkelompok. Film “Imperfect” sendiri juga memberikan hasil bahwa perempuan harus lebih menghargai diri sendiri dan melawan adanya sebuah standar kecantikan yang menyebabkan munculnya diskriminasi kecantikan pada perempuan. Meskipun demikian, dukungan dari pola pikir masyarakat dan media massa juga dibutuhkan untuk memberikan dampak dalam mengurangi standar kecantikan yang makin meluas.
Representasi Diskriminasi Terhadap Perempuan dalam Film Tall Girl Tiara Kristine; Sunarto Sunarto
Interaksi Online Vol 11, No 1: Januari 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cara pandang perempuan dalam melihat dirinya sendiri masih terpengaruh dan belum bisa lepas dengan mitos feminitas yang terbentuk karena budaya patriarki. Hal tersebut yang kemudian mengopresi perempuan secara fisik karena feminitas cenderung dilihat paling utama dari penampilan fisik. Adanya mitos feminitas yang terbentuk tersebut kemudian menimbulkan tindakan diskriminasi terjadi. Fenomena tersebut tercermin di dalam film yang diteliti yaitu Tall Girl. Tujuan dari penelitian untuk melihat bagaimana representasi diskriminasi terhadap perempuan ditunjukan dan melihat mitos yang terdapat di dalam film. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif dengan subjek penelitiannya yaitu film Tall Girl. Untuk mendukung penelitian ini digunakan paradigma kritis dengan dasar teorinya yaitu Standpoint Theory dan didukung teori feminisme multikultural. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis semiotika Roland Barthes yang menggunakan teknik analisis leksia dan 5 kode pembacaan. Melalui prosedur 5 kode pembacaan pada Film Tall Girl ditemukan adanya diskriminasi secara verbal dan diskriminasi interpersonal. Penggambaran bentuk fisik perempuan yang memiliki tubuh tinggi masih lekat dengan maskulinitas. Tindakan mendiskriminasi itu membuat perempuan merasa kurang dan menimbulkan rasa tidak suka terhadap dirinya sendiri. Maka dari itu hasil lain yang ditemukan di dalam film ini menyimpulkan bahwa perempuan bisa menghadapi tekanan seperti ini ketika ia mulai dapat menerima dirinya sendiri dan melihat dirinya sebagai pribadi yang berbeda, dengan tidak harus menjadi sama seperti standar yang ada.
RESISTENSI PEREMPUAN TERHADAP DOMESTIFIKASI DALAM FILM YUNI (2021) Savira Kirana Putri; Sunarto Sunarto; Hedi Pudjo Santosa
Interaksi Online Vol 11, No 3: Juli 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yuni (2021) adalah film yang merepresentasikan karakter perempuan yang berani melakukan upaya perlawanan untuk melepaskan diri dari kuasa patriarki. Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mendeskripsikan upaya perlawanan yang dilakukan oleh tokoh perempuan terhadap isu domestifikasi serta mengetahui ideologi dominan yang dimuat dalam film Yuni (2021). Metode analisis semiotika John Fiske diaplikasikan dalam penelitian untuk menganalisis adegan berdasarkan tiga level pengkodean yakni level realitas, level representasi, dan level ideologi. Temuan penelitian membuktikan bahwa terdapat upaya resistensi yang dilakukan tokoh perempuan terhadap domestifikasi dalam film Yuni (2021). Upaya resistensi dilakukan tokoh perempuan melalui resistensi tertutup dan resistensi terbuka. Resistensi tertutup ditunjukkan dari tindakan bergosip, grumbling), dan leaving. Sedangkan resistensi terbuka digambarkan melalui upaya penolakan secara langsung dan mengajukan perceraian. Melalui penelitian ini, diketahui bahwa perempuan masih mengalami ketidakadilan gender yang disebabkan oleh langgengnya budaya patriarki. Oleh karena itu, diperlukan adanya keterlibatan atau peran laki- laki dalam melakukan pekerjaan di sektor domestik-reproduktif. Temuan yang menunjukkan dominannya resistensi tertutup yang dilakukan oleh tokoh perempuan menegaskan bahwa perempuan memerlukan ruang sosial untuk speak up dan melawan berbagai streotip yang diidentikkan masyarakat patriarki pada perempuan.
REPRESENTASI RASIONALITAS PEREMPUAN DALAM FILM ENOLA HOLMES (2020) Marsa Syifa Azzahra; Sunarto Sunarto; Muhammad Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 11, No 3: Juli 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rasionalitas merupakan hal yang kerap diremehkan pada perempuan. Pasalnya, hal itu dilandasi dari pemikiran masyarakat yang bias gender menganggap bahwa laki-laki lebih bisa berpikir (menggunakan otaknya) dibandingkan perempuan, sehingga melahirkan domestikasi perempuan, di mana perempuan kurang dihargai jika ada di ranah publik. Dalam film Enola Holmes (2020), rasionalitas perempuan tersebut direpresentasikan sebagai bentuk perlawanan terhadap bentuk diskriminasi dan opresi yang mereka dapatkan. Film sebagai media berperan untuk mentransmisikan maupun mematahkan gagasan atau ideologi tertentu, terutama ketika gagasan itu menyangkut keadilan, kesetaraan. Penelitian berjudul “Representasi Rasionalitas Perempuan dalam Film Enola Holmes (2020)” ini bertujuan untuk mendeskripsikan rasionalitas perempuan dan ideologi dominan dalam teks dengan bantuan feminist standpoint theory (teori sudut pandang feminis) yang membantu memperlihatkan bentuk perlawanan perempuan sebagai subordinat di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bantuan metode analisis teks media, tepatnya model semiotika John Fiske yang meliputi tiga level analisis, yakni level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aktualiasi rasionalitas perempuan dalam melawan rasionalitas yang maskulin. Pada level realitas, Enola digambarkan sebagai sosok yang berani melawan aturan patriarkal, dilihat dari penampilannya yang percaya diri dan ekspresi wajahnya yang serius ketika sedang berpikir atau berpendapat. Aspek tersebut juga didukung dengan perilaku Enola, Edith, dan Eudoria, terutama soal keengganan mereka untuk mengikuti aturan berpakaian yang mengekang perempuan. Hal itu sekaligus juga menunjukkan bentuk opresi terhadap perempuan atas kekuasaan kaum laki-laki. Analisis itu juga didukung dengan aspek teknis pada level representasi yang mendukung representasi rasionalitas perempuan dalam film, melalui tata kamera, cahaya, suara, dan teknik editing. Sementara itu, pada level ideologi, diperoleh hasil bahwa ideologi yang dominan dalam film Enola Holmes (2020) adalah ideologi patriarki, yang memicu lahirnya ideologi matriarki sebagai respons atau reaksi atas ideologi patriarki yang mengekang perempuan. Ideologi patriarki ditunjukkan terutama ketika opresi dan diskriminasi didapatkan perempuan atas dominasi dari kaum laki-laki. Rasionalitas perempuan ditunjukkan dalam film sebagai bentuk perlawanan terhadap ideologi patriarki itu dan dengan demikian, berkaitan juga dengan feminisme aliran liberal yang menekankan cita-cita pada tercapainya kebebasan hak tiap individu.