Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT IKAN PAYUS (Elops hawaiensis) SEBAGAI BAHAN BAKU GELATIN DENGAN PERENDAMAN HCL Sakinah Haryati; Indra Taruna Widodo; Bhatara Ayi Meata; Aris Munandar; Rifki Prayoga Aditia
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 1 (2022)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v12i1.14771

Abstract

Produk hasil perikanan yang dapat dijadikan sebagai produk unggulan dari Provinsi Banten adalah bontot. Terobosan baru perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan zero waste  dalam pemanfaatan limbah, salah satunya pemanfaatan limbah kulit ikan menjadi bahan baku gelatin. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah kulit ikan payus (Elops hawaiensis) sebagai bahan baku gelatin dengan perendaman HCl. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni – September 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi HCl terbaik. Pembuatan gelatin limbah kulit ikan payus dilakukan dengan menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor dengan 2 kali ulangan (duplo). Hasil penelitian menghasilkan gelatin terbaik dari proses perendaman HCl 6% yang menghasilkan nilai hedonik warna 3,62; nilai hedonik bau 3,23; rendemen 11,22%; kekuatan gel 282,74 g bloom; viskositas 17,2 cP; kadar air 6,12%; kadar abu 0,86%; dan nilai pH 5,62.
Waste Skin of Hawaiian Ladyfish (Elops hawaiensis) Utilization as Gelatin Raw Material With Immersion Solution Combination Devi Faustine Elvina Nuryadin; Sakinah Haryati; Indra Taruna Widodo; Aris Munandar; Dini Surilayani; Ginanjar Pratama; Afifah Nurazizatul Hasanah
Food ScienTech Journal Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : University of Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/fsj.v4i1.15148

Abstract

Bontot from Domas Village, Pontang District, Serang Regency is a fish jelly product. The manufacture of Bontot produces fish skin waste with a percentage of 10% of the whole weight of the fish. This waste can be reduced by applying the concept of zero waste in the processing of bontot which is reused as a raw material in the manufacture of gelatin. This research aims to determine the best NaOH concentration in the manufacture of gelatin from the skin of Hawaiian ladyfish (Elops hawaiensis) and to determine the effect of NaOH immersion on the organoleptic, chemical, and physical qualities of the gelatin. This study used an alkaline solution (NaOH) with a concentration of 0.1%; 0.3%; and 0.5%, which is then followed by a 6% acid solution immersion process. The production of gelatin from the skin of Hawaiian ladyfish was carried out using a one-factor completely randomized design (CRD) with 2 replications (duplo) accompanied by non-parametric analysis which was carried out for organoleptic testing with a hedonic scale using the Kruskal Wallis test. The results showed that the best combination was 0.1% NaOH and 6% HCl with a hedonic value of 3.7 with a whitish-yellow color; odor hedonic value 3.13; 11% yield; gel strength 280.43 g bloom; viscosity 36.95 cP; water content 8.75%; ash content 0.58%; and a pH value of 6.88
Karakteristik Mie Kering Dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Aisyah Rahma Setiawati; Sakinah Haryati; Dini Surilayani; Aris Munandar
Jurnal Fish Protech Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Fish Protech Vol. 6 No. 1 April 2023
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jfp.v6i1.30014

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik tepung tulang ikan bandeng untuk mendapatkan kualitas mie kering terbaik dan membuktikan pengaruh perbedaan konsentrasi tepung tulang ikan bandeng terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik pada produk mie kering. Penelitian ini menggunakan satu faktor perlakuan yaitu penambahan tepung tulang ikan bandeng dengan 2 kali ulangan. Konsentrasi penambahan tepung tulang ikan bandeng adalah : 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Karakteristik mie kering dengan nilai penambahan tepung tulang bandeng tertinggi adalah warna 6,52% (agak suka), aroma 6,48% (agak suka), tekstur 5,45% (netral), rasa 5,64% (agak suka), kadar air 5,05%, Kadar abu 9,85%, kadar protein 14,91%, kadar kalsium 2351,51 mg dan daya serap air 120,36%. Pada penelitian ini perlakuan yang menjadi pilihan adalah penambahan tepung tulang ikan bandeng sebanyak 20%, karena memiliki kandungan protein tertinggi pada mie kering.
Karakteristik Pemanfaatan Ekstrak Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) dan Teh Hijau (Camellia sinensis) sebagai Sediaan Hydrating Toner Intan Nadiya; Sakinah Haryati; Dini Surilayani; Afifah Nurazizatul Hasanah
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 13, No 2 (2023)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v13i2.22657

Abstract

Penggunaan masker dalam kehidupan sehari-hari akibat wabah COVID-19 telah berjalan selama hampir tiga tahun. Akibat penggunaan masker dalam jangka waktu lebih dari 6 jam memunculkan reaksi kulit berupa jerawat. Kerusakan kulit tersebut dapat berujung pada kerusakan skin barrier. Kerusakan skin barrier dapat diatasi dengan mengaplikasikan hydrating toner pada kulit. Efektivitas hydrating toner dapat ditingkatkan dengan menggunakan kandungan bahan aktif. Rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki komponen biaoktif meliputi senyawa antioksidan, antibakteri, dan anti-inflamasi. Teh hijau merupakan tanaman yang kaya akan komponen bioaktif dan banyak digunakan dalam sediaan kosmetik untuk memperbaiki kondisi kulit. Penggunaan teh hijau dengan kombinasi ekstrak tanaman lain telah banyak digunakan dalam pembuatan kosmetika dan menghasilkan kosmetika dengan kandungan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dari sediaan hydrating toner yang dihasilkan dari rumput laut K. alvarezii dan teh hijau (C. sinensis). Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Ekstrak K. alvarezii ditambahkan dalam formulasi dengan empat konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Parameter pengujian yang dilakukan yaitu kapasitas antioksidan metode DPPH, aktivitas antibakteri, uji pH, uji homogenitas, uji waktu kering, dan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan persentase inhibisi DPPH sediaan hydrating toner berada pada kisaran 83,31±0,77-90,26±1,85%. Zona hambat yaitu 5,5±3,97-9,83±1,76 mm dengan daya antibakteri kuat sampai sedang. Nilai pH sediaan berada dalam kisaran 5,75-5,85 yang masih dalam rentang pH kulit normal. Seluruh sediaan hydrating toner tercampur dengan sempurna, menghasilkan aroma khas teh hijau, berwarna kuning kecoklatan, terkesan dingin, tidak lengket, dan terasa lembab. Lama waktu mengering sediaan yaitu 1 menit 2 detik sampai 1 menit 57 detik.   Kata kunci: antiacne, makroalga, skin barrier