Penggunaan masker dalam kehidupan sehari-hari akibat wabah COVID-19 telah berjalan selama hampir tiga tahun. Akibat penggunaan masker dalam jangka waktu lebih dari 6 jam memunculkan reaksi kulit berupa jerawat. Kerusakan kulit tersebut dapat berujung pada kerusakan skin barrier. Kerusakan skin barrier dapat diatasi dengan mengaplikasikan hydrating toner pada kulit. Efektivitas hydrating toner dapat ditingkatkan dengan menggunakan kandungan bahan aktif. Rumput laut Kappaphycus alvarezii memiliki komponen biaoktif meliputi senyawa antioksidan, antibakteri, dan anti-inflamasi. Teh hijau merupakan tanaman yang kaya akan komponen bioaktif dan banyak digunakan dalam sediaan kosmetik untuk memperbaiki kondisi kulit. Penggunaan teh hijau dengan kombinasi ekstrak tanaman lain telah banyak digunakan dalam pembuatan kosmetika dan menghasilkan kosmetika dengan kandungan anti-inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dari sediaan hydrating toner yang dihasilkan dari rumput laut K. alvarezii dan teh hijau (C. sinensis). Pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi. Ekstrak K. alvarezii ditambahkan dalam formulasi dengan empat konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15%. Parameter pengujian yang dilakukan yaitu kapasitas antioksidan metode DPPH, aktivitas antibakteri, uji pH, uji homogenitas, uji waktu kering, dan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan persentase inhibisi DPPH sediaan hydrating toner berada pada kisaran 83,31±0,77-90,26±1,85%. Zona hambat yaitu 5,5±3,97-9,83±1,76 mm dengan daya antibakteri kuat sampai sedang. Nilai pH sediaan berada dalam kisaran 5,75-5,85 yang masih dalam rentang pH kulit normal. Seluruh sediaan hydrating toner tercampur dengan sempurna, menghasilkan aroma khas teh hijau, berwarna kuning kecoklatan, terkesan dingin, tidak lengket, dan terasa lembab. Lama waktu mengering sediaan yaitu 1 menit 2 detik sampai 1 menit 57 detik. Kata kunci: antiacne, makroalga, skin barrier