Trinah Wati
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH PARAMETER CUACA TERHADAP PROSES EVAPORASI PADA INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA Trinah Wati; Hidayat Pawitan; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 3 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7943.338 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v16i3.286

Abstract

Evaluasi perbandingan, analisis korelasi dan regresi antara evaporasi panci dengan parameter cuaca dilakukan pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan untuk mempelajari ketergantungan evaporasi panci terhadap parameter cuaca dan untuk menduga evaporasi panci menggunakan parameter cuaca di stasiun Darmaga Bogor, Semarang dan Karangploso. Variasi lima faktor utama yang mengendalikan proses evaporasi antara lain radiasi matahari (lama penyinaran), defisit tekanan uap air, kelembaban relative, kecepatan angin dan suhu udara telah dibandingkan dengan variasi evaporasi panci pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Defisit tekanan uap air memiliki pengaruh dominan dengan evaporasi panci pada semua interval waktu di Darmaga dan Semarang, sedangkan di Karangploso pada interval waktu harian dan dasarian. Kecepatan angin juga memiliki pengaruh dominan dengan evaporasi panci di Karangploso pada interval waktu dasarian dan bulanan. Pemodelan evaporasi panci menggunakan parameter cuaca yang dominan berpengaruh terhadap proses evaporasi menghasilkan persamaan model yang cukup baik dengan nilai R2 > 0,50, berdasarkan validasi data model dengan observasi memiliki. secara keseluruhan kesalahan hasil validasi antara data model dengan data pengamatan kurang dari 12%.. Tren evaporasi panci di Darmaga menunjukkan peningkatan dengan koefisien determinansi > 0.5, sedangkan di Semarang dan Karangploso secara statistik belum mengalami kecenderungan perubahan evaporasi. Comparative evaluation, correlation and regression analysis of pan evaporation with other meteorological variables at daily, 10-daily and monthly time-scales were conducted to learn the dependence of pan evaporation to other meteorological variables and to estimate pan evaporation using other meteorological variables at Darmaga Bogor station, Semarang and Karangploso. Five major factors that control evaporation were solar radiation (sunshine duration), vapor pressure deficit, relative humidity, wind speed and air temperature, which were compared at the different time-scales. Vapour pressure deficit had a good correlation with pan evaporation at all time-scales in Darmaga Bogor and Semarang, while in Karangploso at daily and 10-daily time-scale. Wind speed also had a good correlation with pan evaporation in Karangploso at 10-daily and monthly time-scale. The variable that has the best correlation with pan evaporation in each station was chosen as a predictor for estimating pan evaporation. The Result of Pan evaporation estimation using a meteorological variable that had the best correlation was good with R2 > 0,50, and the result of validation to observation data showed errors less than 12% for all time scales. Trends of pan evaporation in Darmaga Bogor showed increasing while in Semarang and Karangploso statistically not yet showed a trend change.
ANALISIS INDEKS IKLIM UNTUK ASURANSI PERTANIAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN CIREBON DALAM RANGKA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Trinah Wati; Woro Estiningtyas; Fatkhuroyan Fatkhuroyan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15828.568 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.439

Abstract

Analisis indeks iklim untuk asuransi pertanian tanaman padi telah dilakukan di empat kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon yaitu di kecamatan Gegesik, Susukan, Klangenan dan Babakan untuk mengurangi kerugian gagal panen akibat bencana iklim kekeringan. Analisis tersebut menggunakan dua metode yaitu metode Historical Burn Analysis (HBA) untuk kejadian kekeringan dan metode statistik korelasi antara curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi. Hasil analisis indeks iklim dengan parameter curah hujan berdasarkan metode HBA menghasilkan dua indeks yaitu indeks trigger dan indeks exit, indeks trigger merupakan besaran curah hujan sebagai batasan untuk pembayaran klaim asuransi yang dibayarkan sebagian dan indeks exit yaitu besaran curah hujan untuk pembayaran klaim asuransi dibayarkan penuh dengan indeks window (jendela waktu) bulan Juni hingga September. Indeks iklim berdasarkan korelasi curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi, diperoleh satu indeks exit yang merupakan batasan pembayaran klaim asuransi sepenuhnya dengan periode 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing sebesar 317 mm, 242 mm dan 180 mm di kecamatan Gegesik dengan indeks window bulan Maret-April-Mei, sedangkan kecamatan lainnya memiliki korelasi yang lemah sehingga tidak dapat ditentukan besaran indeks exitnya. Analysis of climate indices for paddy crop agricultural insurance was conducted for four subdistricts of Cirebon district namely Gegesik, Susukan, Klangenan and Babakan, to reduce crop failure due to drought as climate disaster. The analysis employed two methods : the Historical Burn Analysis (HBA) of drought and statistical method which analyzed the correlation between rainfall with paddy crop yield and harvest areas. The HBA method resulted in two kind of indices : trigger index and exit index. Trigger index is the treshold of rainfall for the insurance claim with partial payment while exit index is the rainfall treshold for full payment of the insurance claim with window indices during June to September. Another method resulted in only one index: exit indices values during 5, 10 and 20 years period of insurance that were 317 mm, 242 mm and 180 mm in Gegesik with window indices during March-April-May periods. Unfortunately, exit indices for other subdistricts could not be determined because of the weak correlation between its rainfall with yield and harvest areas of paddy crop.
SELEKSI PREDIKTOR DATA GLOBAL CLIMATE MODEL DENGAN TEKNIK SINGULAR VALUE DECOMPOTITION UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI PANTAI UTARA JAWA BARAT Trinah Wati; Aji Hamim Wigena
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 15, No 3 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2444.403 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v15i3.219

Abstract

Pemilihan prediktor terbaik untuk curah hujan di 18 pos hujan periode 1980-2005 di Wilayah Pantai Utara di kabupaten Karawang, Indramayu dan Subang dilakukan menggunakan Teknik Singular Value Decomposition (SVD) menggunakan data presipitasi bulanan luaran GPCP dan CMAP, serta data tekanan udara, sea level pressure, precipitable water, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin luaran NCEP/NCAR reanalisis sebagai input. Prediktor terbaik untuk memprediksi rata-rata curah hujan bulanan di 18 stasiun hujan di wilayah pantai utara adalah kecepatan angin luaran NCEP/NCAR reanalisis. Selanjutnya prediktor terbaik digunakan untuk memprediksi curah hujan bulanan tahun 2006-2007 menggunakan pemodelan Statistical Downscaling Multiple Linear Regression (MLR) dan Partial Least Square Regression (PLS). Hasil validasi curah hujan prediksi dengan aktual menggunakan PLS memiliki korelasi yang lebih tinggi dan RMSEP yang lebih kecil dibandingkan MLR. Selection for best predictor of 18 rain gauge stations from 1980 to 2005 in Northern Coastal Area in Karawang, Indramayu and Subang District has been investigated with The Singular Value Decomposition technique using monthly rainfall data from GPCP and CMAP, and air pressure, sea level pressure, precipitable water, relative humidity temperature, wind speed from NCEP/NCAR reanalysis as the input. The best predictor for monthly rainfall prediction of 18 rain gauges is wind speed from NCEP/NCAR reanalysis. Further, this best predictor was used to predict monthly rainfall from 2006 to 2007 using the Multiple Linear Regression (MLR) Statistical Downscaling model and Partial Least Square (PLS) Regression. These methods showed that the validation results using PLS have higher correlation and smaller RMSEP than the MLR method.
PENGARUH PARAMETER CUACA TERHADAP PROSES EVAPORASI PADA INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA Trinah Wati; Hidayat Pawitan; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 16 No. 3 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v16i3.286

Abstract

Evaluasi perbandingan, analisis korelasi dan regresi antara evaporasi panci dengan parameter cuaca dilakukan pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan untuk mempelajari ketergantungan evaporasi panci terhadap parameter cuaca dan untuk menduga evaporasi panci menggunakan parameter cuaca di stasiun Darmaga Bogor, Semarang dan Karangploso. Variasi lima faktor utama yang mengendalikan proses evaporasi antara lain radiasi matahari (lama penyinaran), defisit tekanan uap air, kelembaban relative, kecepatan angin dan suhu udara telah dibandingkan dengan variasi evaporasi panci pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Defisit tekanan uap air memiliki pengaruh dominan dengan evaporasi panci pada semua interval waktu di Darmaga dan Semarang, sedangkan di Karangploso pada interval waktu harian dan dasarian. Kecepatan angin juga memiliki pengaruh dominan dengan evaporasi panci di Karangploso pada interval waktu dasarian dan bulanan. Pemodelan evaporasi panci menggunakan parameter cuaca yang dominan berpengaruh terhadap proses evaporasi menghasilkan persamaan model yang cukup baik dengan nilai R2 > 0,50, berdasarkan validasi data model dengan observasi memiliki. secara keseluruhan kesalahan hasil validasi antara data model dengan data pengamatan kurang dari 12%.. Tren evaporasi panci di Darmaga menunjukkan peningkatan dengan koefisien determinansi > 0.5, sedangkan di Semarang dan Karangploso secara statistik belum mengalami kecenderungan perubahan evaporasi. Comparative evaluation, correlation and regression analysis of pan evaporation with other meteorological variables at daily, 10-daily and monthly time-scales were conducted to learn the dependence of pan evaporation to other meteorological variables and to estimate pan evaporation using other meteorological variables at Darmaga Bogor station, Semarang and Karangploso. Five major factors that control evaporation were solar radiation (sunshine duration), vapor pressure deficit, relative humidity, wind speed and air temperature, which were compared at the different time-scales. Vapour pressure deficit had a good correlation with pan evaporation at all time-scales in Darmaga Bogor and Semarang, while in Karangploso at daily and 10-daily time-scale. Wind speed also had a good correlation with pan evaporation in Karangploso at 10-daily and monthly time-scale. The variable that has the best correlation with pan evaporation in each station was chosen as a predictor for estimating pan evaporation. The Result of Pan evaporation estimation using a meteorological variable that had the best correlation was good with R2 > 0,50, and the result of validation to observation data showed errors less than 12% for all time scales. Trends of pan evaporation in Darmaga Bogor showed increasing while in Semarang and Karangploso statistically not yet showed a trend change.
ANALISIS INDEKS IKLIM UNTUK ASURANSI PERTANIAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN CIREBON DALAM RANGKA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Trinah Wati; Woro Estiningtyas; Fatkhuroyan Fatkhuroyan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 17 No. 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.439

Abstract

Analisis indeks iklim untuk asuransi pertanian tanaman padi telah dilakukan di empat kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon yaitu di kecamatan Gegesik, Susukan, Klangenan dan Babakan untuk mengurangi kerugian gagal panen akibat bencana iklim kekeringan. Analisis tersebut menggunakan dua metode yaitu metode Historical Burn Analysis (HBA) untuk kejadian kekeringan dan metode statistik korelasi antara curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi. Hasil analisis indeks iklim dengan parameter curah hujan berdasarkan metode HBA menghasilkan dua indeks yaitu indeks trigger dan indeks exit, indeks trigger merupakan besaran curah hujan sebagai batasan untuk pembayaran klaim asuransi yang dibayarkan sebagian dan indeks exit yaitu besaran curah hujan untuk pembayaran klaim asuransi dibayarkan penuh dengan indeks window (jendela waktu) bulan Juni hingga September. Indeks iklim berdasarkan korelasi curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi, diperoleh satu indeks exit yang merupakan batasan pembayaran klaim asuransi sepenuhnya dengan periode 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing sebesar 317 mm, 242 mm dan 180 mm di kecamatan Gegesik dengan indeks window bulan Maret-April-Mei, sedangkan kecamatan lainnya memiliki korelasi yang lemah sehingga tidak dapat ditentukan besaran indeks exitnya. Analysis of climate indices for paddy crop agricultural insurance was conducted for four subdistricts of Cirebon district namely Gegesik, Susukan, Klangenan and Babakan, to reduce crop failure due to drought as climate disaster. The analysis employed two methods : the Historical Burn Analysis (HBA) of drought and statistical method which analyzed the correlation between rainfall with paddy crop yield and harvest areas. The HBA method resulted in two kind of indices : trigger index and exit index. Trigger index is the treshold of rainfall for the insurance claim with partial payment while exit index is the rainfall treshold for full payment of the insurance claim with window indices during June to September. Another method resulted in only one index: exit indices values during 5, 10 and 20 years period of insurance that were 317 mm, 242 mm and 180 mm in Gegesik with window indices during March-April-May periods. Unfortunately, exit indices for other subdistricts could not be determined because of the weak correlation between its rainfall with yield and harvest areas of paddy crop.