Woro Estiningtyas
Kementerian Pertanian (Kementan)

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Padi di Lahan Tadah Hujan Woro Estiningtyas; Muhammad Syakir
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 18, No 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4764.32 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v18i2.406

Abstract

Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap curah hujan menjadikan lahan sawah tadah hujan memiliki periode tanam yang terbatas. Sementara curah hujan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Makalah ini menyajikan hasil analisis tentang hubungan perubahan iklim yang dinyatakan dengan perubahan suhu, curah hujan dan konsentrasi CO2 terhadap produksi padi di lahan sawah tadah hujan dengan model simulasi tanaman DSSAT. Lokasi penelitian yaitu Jakenan, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah dan Ngale, Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur. Skenario perubahan iklim yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil analisis menggunakan model Coordinated Climate-Crop Modeling Program (C3MP) Sensitivity test Versi 2.0. Uji sensitivitas C3MP dilakukan dengan menyesuaikan kondisi iklim historis untuk mencerminkan perubahan suhu, presipitasi, dan CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim yang diindikasikan melalui perubahan suhu udara dan konsentrasi CO2 sampai tingkat tertentu meningkatkan hasil padi di lahan tadah hujan pada bulan-bulan tertentu, selebihnya berdampak menurunkan produksi.
Pengaruh Tenggang Waktu (Time Lag) Antara Curah Hujan Dengan Suhu Permukaan Laut Nino 3.4 Terhadap Performa Model Prediksi Hujan Woro Estiningtyas
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 8, No 1 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.085 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v8i1.8

Abstract

Dalam pengembangan model prediksi hujan, berbagai skenario dan  modifikasi input dilakukan untuk mendapatkan performa model yang lebih baik. Demikian juga dengan pengembangan model prediksi hujan dengan metode Filter Kalman. Dalam penyusunan modelnya, metode ini menggunakan suhu permukaan laut (SPL) Nino 3.4 sebagai inputnya. Skenario input dilakukan berdasarkan indikasi adanya hubungan beda waktu antara curah hujan dengan SPL Nino 3.4. Hasil analisis pewilayahan hujan di Propinsi Jawa Tengah menghasilkan 7 kelompok hujan, dengan sebaran rata-rata curah hujan tahunan pada setiap kelompok adalah : 1869 mm (kelompok 1), 1925 mm (kelompok 2), 1099 mm (kelompok 3), 3226 mm (kelompok 4), 2096 mm (kelompok 5), 2218 mm (kelompok 6) dan 2077 mm (kelompok 7). Berdasarkan sebaran pada setiap kelompok hujan, maka hasil validasi model pada umumnya memperlihatkan performa yang cukup baik. Hal ini ditandai oleh beberapa nilai parameter validasi yang cukup tinggi, seperti koefisien korelasi (r) validasi yang sebagian besar lebih dari 90%, r model lebih dari 69%, dan RMSE kurang dari 47%. Demikian juga rata-rata dari setiap stasiun menghasilkan r validasi lebih dari 94%, r model lebih dari 75%, dan RMSE kurang dari 36%. Perlakuan skenario time lag 0, 1 dan 2 bulan untuk Jawa Tengah sebagian besar  memberikan pengaruh positif terhadap performa model prediksi hujan. Berdasarkan frekuensi kontribusi nilai koefisien korelasi validasi tertinggi serta persentase kontribusi nilai r validasi tertinggi terutama pada setiap stasiun hujan maupun pada setiap kelompok hujan, maka skenario time lag yang dominan untuk Jawa Tengah adalah 2 bulan.
IDENTIFIKASI DAN DELINEASI WILAYAH ENDEMIK KEKERINGAN UNTUK PENGELOLAAN RISIKO IKLIM DI KABUPATEN INDRAMAYU Woro Estiningtyas; Rizaldi Boer; Irsal Las; Agus Buono
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.575 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v13i1.114

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil analisis, survey dan wawancara dengan petani di Kabupaten Indramayu terkait dengan kejadian kekeringan. Klasifikasi dan peta  tingkat endemik kekeringan dianalisis berdasarkan plot antara anomali luas kekeringan dan anomali frekuensi kejadian kekeringan. Berdasarkan survey di Kabupaten Indramayu, kekeringan menjadi penyebab utama gagal panen (79,8%). Kekeringan paling sering terjadi selama 6 bulan dan bulan Juni adalah bulan yang dominan terjadi kekeringan. Sebaran rata-rata luas kekeringan per kecamatan adalah 26 Ha sampai dengan 1602,5 Ha, dengan rata-rata 406 Ha/per kecamatan. Jumlah kejadian kekeringan berkisar antara 1-9 kejadian dan rata-rata 4 kejadian kekeringan dalam kurun waktu 2005-2011. Peta endemik kekeringan menghasilkan sebaran wilayah dengan klasifikasi endemik kekeringan tinggi, agak tinggi, agak rendah dan rendah. Beberapa pilihan teknologi untuk pengelolaan risiko iklim   diusulkan dalam penelitian ini   berdasarkan peta endemik kekeringan, karakteristik dan diskripsi setiap wilayah. Wilayah endemik tinggi merupakan prioritas pertama penanganan apabila terjadi bencana kekeringan. Pada wilayah ini dapat diterapkan teknik irigasi bergilir teratur, penggunaan varietas sangat genjah dan toleran kekeringan. Untuk sawah tadah hujan digunakan padi gogorancah pada MH dan walik jerami pada MK,  pergiliran varietas dan pengaturan pola tanam. This paper presents the results of analysis, surveys and interviews with farmers in Indramayu district. Drought becomes a major cause of crop failure (79,8%). Classification and map of drought were analysis based on anomaly drought area and frequency drought data.. Distribution of average drought in Indramayu district is 406 ha and 4 incidents in 2005-2011. Map of endemic drought is produce four classification : high, middle   high, middle low and low. Several technologies for managing climate risk in this research can be designed based on the map of endemic drought, the characteristics and description of each area. Highly endemic areas is the first priority handling in case of drought. In this irrigation techniques can be applied to regular rotation, the use of very early maturing varieties and drought tolerant. For rainfed land, gogorancah can be applied during wet season, and walik jerami in dry season, rotating varieties and cropping patterns. 
RESPON PERILAKU USAHATANI PADI TERHADAP RESIKO IKLIM EKSTRIM DAN SERANGAN OPT Woro Estiningtyas; Adang Hamdani
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18960.012 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v16i1.261

Abstract

Posisi Indonesia di antara dua benua dan samudera merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kondisi iklimnya sangat dinamis dan kompleks. Kejadian iklim ekstrim seperti banjir, kekeringan dan serangan OPT juga menjadi bagian yang harus dihadapi oleh petani dalam keseharian usahataninya. Survey dan wawancara dilakukan di Kecamatan Sliyeg dan Cantigi, Kabupaten Indramayu dalam rangka mengetahui dinamika iklim serta respon dan adaptasi petani pada kejadian iklim ekstrim. Diantara banjir, kekeirngan dan OPT, kejadian kekeringan masih menjadi penyebab utama (70%) kerugian dan gagal panen sebagian besar petani padi di Kabupaten Indramayu. Kekeringan pada umumnya berlangsung selama 1-6 bulan. Identifikasi tahun terburuk selama periode 1992-2012 sebagian besar berhubungan dengan kejadian El-Nino, banjir dan OPT. Empat tahun terburuk di Kecamatan Cantigi adalah tahun 2012, 2011, 2010 dan 2009 , sedangkan di Kecamatan Sliyeg tahun 2012, 2007, 2008 dan 2003. Respon dan adaptasi petani terhadap kejadian iklim ekstrim antara lain dengan pompanisasi, sumur bor dan penggantian tanaman. Sebagian besar Petani belum memiliki cara untuk mengetahui kondisi kekeringan ke depan. Kearifan lokal masih diandalkan oleh petani dalam melihat dan memperkirakan kejadian alam terkait dengan usahataninya selain juga informasi dari instansi terkait seperti BMKG, Dinas dan juga penyuluh. Indonesia's position between two continents and oceans is one of the factors that cause climate conditions very dynamic and complex. Extreme climate events such as floods, drought and pest attacks also become part of the situation that must be faced by farmers in farmer system. Surveys and interviews were conducted in Sliyeg and Cantigi Sub-district, Indramayu district to determine the dynamics of the climate as well as the response and adaptation of farmers to extreme climate events. Amongst floods, drought, and pests, it showed that drought event is still the main cause (70%) of harvest failure in Indramayu district. Drought generally lasts for 1-6 months. Identification of the worst year during the period 1992-2012 was largely due to El-Nino events, floods, and pests. Four worst extreme climate years in Cantigi are in 2012, 2011, 2010 and 2009, whilst in Sliyeg District are in 2012, 2007, 2008 and 2003. Response and adaptation of farmers to extreme climate events in those sub-districts were shown by pumping, drilling wells and replacement of the plants. Most of the farmers have not yet had a way to know the future drought conditions. Local wisdom is still relied upon by farmers to see and predict natural events associated with farming as well as information from relevant agencies such as BMKG, local Government and extension worker.
ANALISIS INDEKS IKLIM UNTUK ASURANSI PERTANIAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN CIREBON DALAM RANGKA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Trinah Wati; Woro Estiningtyas; Fatkhuroyan Fatkhuroyan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15828.568 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.439

Abstract

Analisis indeks iklim untuk asuransi pertanian tanaman padi telah dilakukan di empat kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon yaitu di kecamatan Gegesik, Susukan, Klangenan dan Babakan untuk mengurangi kerugian gagal panen akibat bencana iklim kekeringan. Analisis tersebut menggunakan dua metode yaitu metode Historical Burn Analysis (HBA) untuk kejadian kekeringan dan metode statistik korelasi antara curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi. Hasil analisis indeks iklim dengan parameter curah hujan berdasarkan metode HBA menghasilkan dua indeks yaitu indeks trigger dan indeks exit, indeks trigger merupakan besaran curah hujan sebagai batasan untuk pembayaran klaim asuransi yang dibayarkan sebagian dan indeks exit yaitu besaran curah hujan untuk pembayaran klaim asuransi dibayarkan penuh dengan indeks window (jendela waktu) bulan Juni hingga September. Indeks iklim berdasarkan korelasi curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi, diperoleh satu indeks exit yang merupakan batasan pembayaran klaim asuransi sepenuhnya dengan periode 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing sebesar 317 mm, 242 mm dan 180 mm di kecamatan Gegesik dengan indeks window bulan Maret-April-Mei, sedangkan kecamatan lainnya memiliki korelasi yang lemah sehingga tidak dapat ditentukan besaran indeks exitnya. Analysis of climate indices for paddy crop agricultural insurance was conducted for four subdistricts of Cirebon district namely Gegesik, Susukan, Klangenan and Babakan, to reduce crop failure due to drought as climate disaster. The analysis employed two methods : the Historical Burn Analysis (HBA) of drought and statistical method which analyzed the correlation between rainfall with paddy crop yield and harvest areas. The HBA method resulted in two kind of indices : trigger index and exit index. Trigger index is the treshold of rainfall for the insurance claim with partial payment while exit index is the rainfall treshold for full payment of the insurance claim with window indices during June to September. Another method resulted in only one index: exit indices values during 5, 10 and 20 years period of insurance that were 317 mm, 242 mm and 180 mm in Gegesik with window indices during March-April-May periods. Unfortunately, exit indices for other subdistricts could not be determined because of the weak correlation between its rainfall with yield and harvest areas of paddy crop.
TEKNIK STATISTICAL DOWNSCALING DENGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN PADA KONDISI EL NINO, LA NINA, DAN NORMAL Woro Estiningtyas; Aji Hamim Wigena
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 1 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4155.775 KB) | DOI: 10.31172/jmg.v12i1.87

Abstract

Makalah ini menyajikan hasil validasi model prediksi curah hujan di Kabupaten Indramayu dengan pendekatan statistika untuk downscaling, yaitu Regresi Komponen Utama dan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial, pada kondisi El Nino, La Nina, dan Normal. Data curah hujan dari 6 stasiun hujan dan data presipitasi dari Global Circulation Model ECHAM3 digunakan dalam analisis ini dengan domain grid 8x8 (1.4°LU-18.1°LS; 98.4°-118.1°BT), di atas wilayah Indramayu. Data dibagi untuk setiap kondisi anomali iklim berdasarkan pada Oceanic Nino Index (ONI) yang menggunakan data suhu permukaan laut di Nino 3.4 dari hasil analisis NOAA. Rata- rata nilai RMSEP dan korelasi pada kondisi El Nino adalah 95.22 dan 0.66 untuk PCR serta 102.52 dan 0.62 untuk PLS, pada kondisi La Nina adalah 85.14 dan 0.65 untuk PCR, serta 98.43 dan 0.69 untuk PLS, sedangkan pada kondisi Normal diperoleh nilai rata-rata 91.41 dan 0.57 untuk PCR, serta 85.37 dan 0.63 untuk PLS. Secara umum pada kondisi El Nino PCR menunjukkan performa yang lebih baik daripada PLS, sedangkan pada kondisi La Nina dan Normal, PLS lebih baik daripada PCR. Pemilihan model tergantung pada cakupan wilayah yang dikaji, apakah mewakili daerah di sekitar stasiun hujan atau mewakili suatu wilayah kabupaten. This paper presents the results of validation of rainfall prediction models in Indramayu district using statistical approaches for downscaling, i.e. Principal Component Regression and Partial Least Square Regression, during El Nino, La Nina, and Normal conditions. Rainfall data from 6 stations and the precipitation data from Global Circulation Model ECHAM3 are used in this analysis with the domain size 8x8 (1.4°S-18.1°S; 98.4°-118.1°E), over the Indramayu region. Data are classified into each climatic anomaly condition based on the Oceanic Nino Index (ONI) which uses sea surface temperature data at the Nino 3.4 as the results of NOAA analysis. The average value of RMSEP and correlation in El Nino conditions are 95.22 and 0.66 for PCR and 102.52 and 0.62 for PLS,in La Nina conditions the values are 85.14 and 0.65 for the PCR, and 98.43 and 0.69 for the PLS, and in normal conditions the values are 91.41 and 0.57 for PCR, and 85.37 and 0.63 for PLS. In general PCR shows better performance than PLS in El Nino conditions, while in La Nina and Normal conditions the PLS performance is better than PCR. The selection model depends on the coverage areas studied, whether representing the area around the rainfall station or representing a district area.
PENGGUNAAN METODE FUZZY SIMILARITY DALAM PENENTUAN CAKUPAN WILAYAH INDEKS CURAH HUJAN Woro Estiningtyas; Agus Buono; Rizaldi Boer; Irsal Las
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 14, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v14i2.155

Abstract

Dalam pengembangan asuransi indeks iklim, diperlukan informasi berapa luas cakupan indeks iklim yang disusun dari suatu stasiun hujan yang dapat mewakili berlakunya suatu indeks. Penelitian ini menyajikan suatu pendekatan penentuan cakupan indeks hujan menggunakan metode Fuzzy Similarity (FS). Metode FS tergolong baru dalam aplikasi cakupan indeks hujan ini. Dalam analisisnya, metode FS tidak memerlukan periode data yang sama pada setiap stasiun hujan. Hal ini sangat membantu karena seringkali satu stasiun hujan hanya memiliki data yang pendek sementara ada stasiun lain yang cukup panjang datanya. Untuk analisis ini digunakan stasiun Cikedung, Lelea, Terisi dan Kandanghaur yang semuanya tercakup dalam wilayah administratif Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Masing-masing stasiun referensi dikorelasikan dengan 41 stasiun di seluruh Kabupaten Indramayu. Cakupan wilayah indeks hujan ditetapkan berdasarkan nilai korelasi lebih dari 0.45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan wilayah untuk stasiun pewakil Terisi adalah yang paling luas. Sekitar 53.8% dari seluruh stasiun di Kabupaten Indramayu memiliki kemiripan data dengan stasiun Terisi. Sebaliknya stasiun pewakil Kandanghaur, hanya berlaku untuk stasiun itu sendiri karena korelasinya yang sangat rendah terhadap stasiun lainnya. This research provides an option method of determining the coverage area of the rainfall station for the implementation of climate indices with Fuzzy Similarity (FS). Four rainfall station selected for each sub district as reference station is Cikedung, Lelea, Terisi and Kandanghaur, Indramayu District, West Java. Each reference station was correlated with 41 stations across the district Indramayu. The result shows that the coverage area for the Terisi station was the most extensive. Approximately 53.8% of all stations in Indramayu district have similarities with the Terisi rainfall station data. Whilst for Kandanghaur station, it only covers Kandanghaur because there is low correlation with another rainfall station.
PENYUSUNAN SKENARIO MASA TANAM BERDASARKAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN DI SENTRA PRODUKSI PANGAN Woro Estiningtyas; Elza Surmaini; Kharmila Sari Hariyanti
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 9, No 1 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v9i1.22

Abstract

Using deterministic model to forecast rainfall in tropical region in which its determinants quite complicated, dynamic and random is unmanageable. Therefore, it needs statistical model renewable in real time. Kalman filter combines between physical and statistical model approach to be stochastic model that has been renewable anytime for objective on line forecasting. Model validation relate rainfall and sea surface temperature Nino 3.4 gives correlation coefficient value of more than 75%. It implies that predicting model using Kalman Filter is feasible to forecast montly rainfall to design cropping pattern. Crops water balance is computed using local rainfall pattern, but a long with increased intensity and frequency of climate anomaly the computed water balance needs to be renewed more frequently through cropping pattern setting based on forecast aspects. Rainfall prediction with Kalman filtering result coeficient correlation of validation 48-92%. Results of cropping pattern scenarios based on predicted rainfall show there are periods with harvest losses more than 20% especialy in the locations with unequel annual rainfall distribution. Thus, it is not recommended to plant seasonal crops. Sukamandi show the characteristic model better than Tamanbogo, Batang and Wonosari. Date of planting that have risk decreasing of yield are 1 and 11 November (Tamanbogo), 1 November-1 January, and 21 February (Sukamandi), 1 November-1 December (Batang) and  1 November, 11 and 21 February (Wonosari). For application of cropping patterns scenario, rainfall prediction model needs to be renewed spacial and temporal based on rainfall data prediction real time supported with soil and crops data. Cover area conditional from rainfall station (topography, wind ward, etc) need considered if we want to apply cropiing pattern scenario.  Penggunaan model deterministik untuk prediksi curah hujan di daerah tropik yang faktor determinannya sangat komplek, dinamis dan acak sangat rumit. Oleh karena itu diperlukan model statistik yang dapat diperbarui secara real time. Filter Kalman menggabungkan pendekatan model fisik dan statistik menjadi model stokastik yang dapat diperbarui setiap saat untuk tujuan peramalan segera (on line forecasting). Validasi model yang menghubungkan curah hujan dan suhu permukaan laut Nio 3.4 menghasilkan nilai koefisien korelasi lebih dari 75%. Artinya model prediksi dengan Filter Kalman ini dapat digunakan untuk memprakirakan curah hujan bulanan dan diaplikasikan untuk penyusunan masa tanam. Selama ini neraca air tanaman dihitung berdasarkan pola curah hujan setempat, namun dengan meningkatnya intensitas dan frekuensi anomali iklim akan menyebabkan hasil komputasi neraca air harus diperbarui setiap saat melalui penyusunan masa tanam yang memperhitungkan aspek prediksi. Prakiraan curah hujan dengan metode Filter Kalman menghasilkan nilai koefisien korelasi validasi 48-92%. Hasil skenario pola tanam berdasarkan data prediksi curah hujan memperlihatkan bahwa ditemukan periode-periode dengan persentase kehilangan hasil lebih dari 20%, terutama pada lokasi dengan distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Dengan demikian tidak disarankan untuk melakukan penanaman pada periode tersebut. Lokasi Sukamandi memperlihatkan karakteristik model yang lebih bagus dibandingkan Tamanbogo, Batang, Wonosari. Tanggal tanam yang diperkirakan beresiko menurunkan hasil adalah 1 dan 11 November (di Tamanbogo), 1 November-1 Januari, dan 21 Februari (di Sukamandi), 1 November-1 Desember (di Batang) dan  1 November, 11 dan 21 Februari (di Wonosari). Untuk aplikasi skenario masa tanam, model prakiraan hujan perlu di perbarui di setiap saat dan tempat berdasarkan data prakiraan curah hujan terbaru di dukung dengan data tanah dan tanaman. Selain itu perlu diperhatikan cakupan wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun hujan yang digunakan. Untuk itu perlu dipertimbangkan kondisi topografi, arah hadap angin dan sebagainya.
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Padi di Lahan Tadah Hujan Woro Estiningtyas; Muhammad Syakir
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 18 No. 2 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v18i2.406

Abstract

Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap curah hujan menjadikan lahan sawah tadah hujan memiliki periode tanam yang terbatas. Sementara curah hujan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Makalah ini menyajikan hasil analisis tentang hubungan perubahan iklim yang dinyatakan dengan perubahan suhu, curah hujan dan konsentrasi CO2 terhadap produksi padi di lahan sawah tadah hujan dengan model simulasi tanaman DSSAT. Lokasi penelitian yaitu Jakenan, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah dan Ngale, Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur. Skenario perubahan iklim yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil analisis menggunakan model Coordinated Climate-Crop Modeling Program (C3MP) Sensitivity test Versi 2.0. Uji sensitivitas C3MP dilakukan dengan menyesuaikan kondisi iklim historis untuk mencerminkan perubahan suhu, presipitasi, dan CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim yang diindikasikan melalui perubahan suhu udara dan konsentrasi CO2 sampai tingkat tertentu meningkatkan hasil padi di lahan tadah hujan pada bulan-bulan tertentu, selebihnya berdampak menurunkan produksi.
ANALISIS INDEKS IKLIM UNTUK ASURANSI PERTANIAN TANAMAN PADI DI KABUPATEN CIREBON DALAM RANGKA ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Trinah Wati; Woro Estiningtyas; Fatkhuroyan Fatkhuroyan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 17 No. 2 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i2.439

Abstract

Analisis indeks iklim untuk asuransi pertanian tanaman padi telah dilakukan di empat kecamatan di wilayah Kabupaten Cirebon yaitu di kecamatan Gegesik, Susukan, Klangenan dan Babakan untuk mengurangi kerugian gagal panen akibat bencana iklim kekeringan. Analisis tersebut menggunakan dua metode yaitu metode Historical Burn Analysis (HBA) untuk kejadian kekeringan dan metode statistik korelasi antara curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi. Hasil analisis indeks iklim dengan parameter curah hujan berdasarkan metode HBA menghasilkan dua indeks yaitu indeks trigger dan indeks exit, indeks trigger merupakan besaran curah hujan sebagai batasan untuk pembayaran klaim asuransi yang dibayarkan sebagian dan indeks exit yaitu besaran curah hujan untuk pembayaran klaim asuransi dibayarkan penuh dengan indeks window (jendela waktu) bulan Juni hingga September. Indeks iklim berdasarkan korelasi curah hujan dengan produksi dan luas panen tanaman padi, diperoleh satu indeks exit yang merupakan batasan pembayaran klaim asuransi sepenuhnya dengan periode 5 tahun, 10 tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing sebesar 317 mm, 242 mm dan 180 mm di kecamatan Gegesik dengan indeks window bulan Maret-April-Mei, sedangkan kecamatan lainnya memiliki korelasi yang lemah sehingga tidak dapat ditentukan besaran indeks exitnya. Analysis of climate indices for paddy crop agricultural insurance was conducted for four subdistricts of Cirebon district namely Gegesik, Susukan, Klangenan and Babakan, to reduce crop failure due to drought as climate disaster. The analysis employed two methods : the Historical Burn Analysis (HBA) of drought and statistical method which analyzed the correlation between rainfall with paddy crop yield and harvest areas. The HBA method resulted in two kind of indices : trigger index and exit index. Trigger index is the treshold of rainfall for the insurance claim with partial payment while exit index is the rainfall treshold for full payment of the insurance claim with window indices during June to September. Another method resulted in only one index: exit indices values during 5, 10 and 20 years period of insurance that were 317 mm, 242 mm and 180 mm in Gegesik with window indices during March-April-May periods. Unfortunately, exit indices for other subdistricts could not be determined because of the weak correlation between its rainfall with yield and harvest areas of paddy crop.