A. Wahyudi
Department of Animal Production , Faculty of Agriculture and Animal Science, Muhammadiyah University of Malang, Jl Raya Tlogomas 246 Malang 65144

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMANFAATAN “CASSAPRO” SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PERFORMAN SAPI POTONG Prihartini, Indah; Wahyudi, A.
Jurnal Dedikasi Vol 1, No 2 (2004): November
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.23 KB) | DOI: 10.22219/dedikasi.v1i2.889

Abstract

JawaTimur menipakan daerah penghasil sapi potong terbesar di Indonesia dengan jumlah populasi sekitar 3.851.204 atau 45% dan jumlah seluruh populasi di   Indonesia   (Deptan,   2001).   Tetapi   produktivitas  rendah   dengan  waktu pemeliharaan yang panjang karena sebagian besar menipakan peternakan rakyat dengan sistem pemeliharaan tradisional.    Hijauan dan limbah pertanian merupakan makanan utama sapi potong peternakan rakyat,  padahal kualitas umumnya rendah yaitu serat kasar tinggi dengan protein  rendah sehingga tidak memiliki kebutuhan ternaak.  Untuk menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi, periu diberikan makanan tambahan  bempa konsentrat dengan kandungan energi dan protein sesuai keblitlihan temak. Tetapi bahan-bahan penyusun konsentrat sebagian besar import dan bersaing dengan kebutuhan manusia yang menyebabkan harga masih terlalu tinggi bagi petemak tradisional. Sehingga perlu dicari altenatif pakan tambahan yang mudah dan murah.    Salah satu altematif pakan tambahan untuk sapi potong adalah “Cassapro”. Cassapro adalah pakan fermentasi yang menggunakan bahan dasar onggok yang  merupakan limbah pembliatan tapioka yang difermentasi kapang Aspergillusnifier. Cassapro tidak hanya mudah dan mudah membuatnya tetapi nilai gizinya tinggi yaitu dengan kandungan protein kasar 18% dan TDN 57% sehingga dapat digunakan sebagai pakan pengganti konsentrat untuk rnemenuhi kebutuhan ternak sapi potong.    Cassapro potensial dikembangkan untuk daerah sapi potong di Malang karena merupakan sentra perkebunan ubi kayu terbesar di Jawa Timur, terutama Malang selatan. Sehingga potensi produksi onggok cukup tinggi dan tersedia sepanjang tahun.Produksi  ubi  kayu di  Jawa  Timur sekitar 3.381.948  ton dan setiap pengolahan ubi kayu menghasilkan 22% tepung tapioka dan 6% berupa onggok sehingga produksi onggok mencapai 202.917 ton (Deptan, 1999).    Wajak dan Tumpang merupakan salah satu wilayah penghasil ubi kayu di Malang. produksi onggok basah berlimpah dan baunya mencemari lingkungan. Bila dikeringkan dan difermentasi menjadi Cassapro dapat dimanfaatkan sebagai pakan  ternak  berkulitas.  Disamping  itu  di  Wajak  dan  Tumpang juga dikembangkan peternakan sapi potong, selain iklim dan topografinya sesuai. Peternakan rakyat yang membentuk 
Competitiveness of Indonesian beef trading in Asean Sutawi, S.; Hendraningsih, L.; Wahyudi, A.
Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol 44, No 2 (2019): June
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitaa.44.2.213-219

Abstract

This research was aimed to analyze Indonesian beef trading competitive position and specialization in ASEAN countries. This research was conducted in Indonesia with nine other ASEAN members (Brunei, Cambodia, Laos PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, and Vietnam) as the comparison. The research used secondary data of beef export and import values, and export commodities from Indonesia and nine other ASEAN countries in 2013 to 2017. Beef competitive position was measured by using Revealed Comparative Advantage (RCA) method, while the development of beef commodity in international trading was measured by using Trading Specialization Index (TSI) method. RCA calculation result in 2013-2017 showed the lowest comparative advantage of Indonesian beef trading in ASEAN (RCA = 0.000). TSI calculation result in 2013-2017 showed that Indonesian beef trading commodity was in introduction stage in international trading (TSI=-1.000).
POTENCY OF LIGNOCELLULOSE DEGRADING BACTERIA ISOLATED FROM BUFFALO AND HORSE GASTROINTESTINAL TRACT AND ELEPHANT DUNG FOR FEED FIBER DEGRADATION Wahyudi, A.; Cahyanto, M.N.; Soejono, M.; Bachruddin, Z.
Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol 35, No 1 (2010): (March)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jitaa.35.1.34-41

Abstract

Lignin is limiting factor for cellulose and hemicellulose degradation in rumen. Isolation andselection bacteria from buffalo and horse gastrointestinal tract and elephant dung could be foundbacteria that have superiority to degrade lignin, xylan, and cellulose. Those animals were chosenbecause they were herbivores that consume low quality crude fiber as their main energy sources.Lignocellulose degrading bacteria were isolated by Hungate selective media, by using lignin (tannicacid), xylan, and cellulose as selective substrates. The morphological identification used an enrichmentmedia by measuring color, colony size, diffusion zone, clear zone, and biochemical identification usingproduction of ligninase, xylanase, and cellulase enzymes. The best lignocellulose degrading bacteriathen was determined by the morphological and biochemical character. This study showed thatlignocellulose degrading bacteria could be found in gastrointestinal tract of buffalo and horse, andelephant dung. Highest number colony was found in samples from buffalo's colon (376), followed byhorse's cecum (203), elephant’s dung (46), buffalo’s cecum (23), buffalo's rumen (9) and horse’s colon(7). The highest isolates activity of lignolytic, xylanolytic, and cellulolytic were reached by buffalo’scecum (7.64), horse's cecum (6.27), and buffalo’s colon (2.48). Meanwhile the highest enzymesproductivities were: buffalo’s cecum (0.0400 µmol), horse’s cecum (1.3912 µmol) and buffalo’s colon(0.1971 µmol). Based on morphologycal character and biochemical test, it could be concluded thatlignolytic from buffalo’s cecum, xylanolytic from horse’s cecum, and cellulolytic from buffalo’s colonwere the superior isolates and they were 99% analyzed as Enterococcus casseliflavus/gallinarumspecies.