Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DELINIASI ENDAPAN TIMAH BERDASARKAN ANALISIS ANOMALI GAYABERAT DI DAERAH BANGKA SELATAN Tatang Padmawidjaja
Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 8 No. 3 (2013): Buletin Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2845.27 KB) | DOI: 10.47599/bsdg.v8i3.89

Abstract

Analisis data gayaberat untuk deliniasi endapan timah yang tersebar di Bangka Selatan telah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Anomali gayaberat di daerah Bangka Selatan berkisar antara 17 sampai 46 mgal, dengan anomali gayaberat residual antara -8,5 mgal sampai 5,0 mgal. Anomali gayaberat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu kelompok anomali rendah dan kelompok anomali tinggi sedangkan anomali gayaberat residual dibedakan menjadi anomali positif dan anomali negatif.Analisis kuantitatif dalam pemodelan geologi pada penampang anomali gayaberat residual menghasilkan lapisan batuan dengan rapat massa 2,69 gr/cc yang dapat ditafsirkan sebagai Batuan Komplek Pemali (CpP). Komplek Pemali merupakan batuan yang mendasari daerah tersebut. Komplek Pemali ini diterobos oleh batuan dengan rapat massa 2,58 gr/cc yang ditafsirkan sebagai batuan terobosan granit (T Jkg). Penerobosan ini diperkirakan melalui bidang lemah pada batuan Komplek Pemali yang ditafsirkan sebagai bidang sesar.Oleh karena itu kontak antara batuan  Komplek Pemali, Formasi Tanjunggenting (T t) dengan batuan terobosan granit diperkirakan sebagai kontak sesar, yang diduga sebagai kontak yang berpotensi untuk keterdapatan endapan timah di daerah Bangka Selatan.
Struktur Geologi Bawah Permukaan Cekungan Bintuni Berdasarkan Data Gaya Berat Accep Handyarso; Tatang Padmawidjaja
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 18 No. 2 (2017): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v18i2.125

Abstract

Bintuni Basin is one of the giant basins in Eastern Region of Indonesia (KTI). Until now there are only few oil and gas production fields in the Bintuni Basin. This case prompted the government to accelerate the discoveries of new oil and gas reserves in Eastern Region of Indonesia, particularly in the Bintuni Basin. Gravity method is one of geophysical method that is commonly used in preliminary studies of sedimentary basins. Bouguer anomaly obtained is reduced by using an average density based on the Nettleton method. Regional–residual anomaly separation is performed based on the spectral analysis. Residual anomaly showed anticline closures with a northwest–southeast directions, and also there are indication of some strike–slip faults which are expected as the result of the compression due to the Pacific Oceanic Plate and the Australian Continent Plate movement. The result from spectral analysis showed that the average depth of the bedrock is up to 6.5 km. Based on the 2.5D subsurface geological structures estimation indicates shallowing basement toward Mogoi and Kamundan district area with some fault structures that allows migration of the hydrocarbon from Pratertier source rocks to the Kais reservoir. Keywords: Bintuni Basin, Bouguer, Residual, SpectralAnalysis, Anticline  
KONDISI GEOLOGI DAERAH RUTENG DITAFSIR PADA DATA GAYA BERAT Tatang Padmawidjaja
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 5 (2010): Jurnal Sumber Daya Geologi
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v20i5.177

Abstract

Ruteng Area was occupied by the gravity anomaly values between 60 to 160 mgal, showing high anomaly between 100 to 160 mgal and basin anomaly indicated by gravity values between 60 to 100 mgal. The high anomalies are associated with a shallow or exposed basement consisting of Kiro Formation. Wuas Basin is interpreted as intermountain basin, meanwhile basins from Ruteng to the southern part are controlled by faults, and the high anomalies at the southern part is presumed to be granodiorite (Tmg). The sedimentary rocks filling the basins are Nangapanda and Bari Formations. Based on the lineament, there are some faults involving Ruteng, Ulumbu, Pocodedeng and Bajawa Faults. AB geological model of the gravity anomaly cross section shows two layer, consisting of lower layer (basement) with density of 2.71 gr/cm3, the second layer is sedimentary rocks with density of 2.6 gr/cm3. Ruteng, Ulumbu, and Pocodedeng faults controlled the swallowing magma of which can function as a heat source of the geothermal system at the studied area.Keywords : gravity anomaly, lithology, faults, geothermal, Ruteng area.
Konfigurasi Cekungan Tomori Berdasarkan Data Gayaberat Tatang Padmawidjaja
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 20 No. 1 (2019): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v20i1.402

Abstract

Geophysical research in Tomori Basin, Kolonodale Bay using the gravity method was carried out to identified anticline structural trap in associated with hydrocarbon prospect. The occurence of hydrocarbon seepage in some places, indicate that hydrocarbon have been formed although its distribution is not clearly known. The gravity Bouguer anomaly resulted two groups of rock units: the group of 40 mGal up to 120 mGal gravity anomaly represent ultramafic rocks, and group of 30 mGal up to -80 mGal gravity anomaly reflected a sedimentary rocks basin. The subsurface modeling of the rock density can be grouped into three layers: the Cenozoic (2.5-2.55 gr/cm³ density), the Mesozoic (2.6-2.7 gr/cm³ density), and the Basement ( 2.8-2.9 gr/cm³ density). Elongated and vertical closure are reflected by anomaly 0-2 mGal with density 2.5 gr/cm3 to 2:55 mGal which is supposed to be oil and gas structures. The Source rock is characterized by  0  to -10 mGal anomaly  interpreted as oil kitchen at sub-basin area. Location of the reservoir rock is assumed in the Cenozoic layer on Salodik Group with density of 2.5 gr/cm³. The Basement is estimated at depth of 3.5-4 km, derived from the Group of metamorphic and volcanic rocks.Keyword: Gravity, basin, residual anomaly, fault, anticline. DOI:10.33332/jgsm.2019.v20.1.27-36
Delineasi Sub-Cekungan Sedimen di Pulau Misool dan Sekitarnya Berdasarkan Analisis Data Gaya Berat Tatang Padmawidjaja; Eddy Supriyana
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 21 No. 3 (2020): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v21i3.501

Abstract

Konfigurasi batuan alas di bagian utara Pulau Misool belum memberikan informasi adanya pola struktur geologi seperti yang berkembang di bagian selatan. Dengan demikian diperlukan adanya kajian yang bisa memperkirakan keberadaan struktur geologi yang diduga berkembang ke arah utara. Data gaya berat yang telah diperoleh di P. Misool diharapkan dapat memberikan informasi terkait keberadaan pola struktur geologi.Berdasarkan anomali gaya berat diperoleh adanya nilai tinggi di bagian selatan dan membentuk punggungan anomali berkorelasi terhadap jalur antiklin Missol-Onin. Anomali bernilai rendah membentuk cekungan anomali di bagian utara P. Misool dan merupakan bagian Cekungan Salawati. P. Missol di bagian utara ditempati oleh batuan Kuarter yang menutupi struktur geologi. Nilai anomali gaya berat berkisar antara 50 sampai 105,5 mGal membentuk zona punggungan dan rendah anomali. Analisis dengan metode SVD digunakan untuk mempertegas zona depocenter yang telah diperoleh. Model geologi berdasarkan penampang anomali gaya berat diperoleh tiga nilai rapat massa yang mendeskripsikan tiga lapisan batuan sedimen yang berbeda.Katakunci: Pulau Misool, SVD, sub-cekungan, anomali, gaya berat.
Aplikasi Geostatistik dalam Estimasi Nilai Sebaran Anomali Gayaberat: Studi Kasus Pemetaan Gayaberat Pulau Biak, Papua Barat Eddy Supriyana, M.Si.; Tatang Padmawidjaja
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 22 No. 2 (2021): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v22i2.578

Abstract

Uji geostatistik telah dilakukan untuk mengurangi tingkat kesalahan pada data anomali gayaberat yang mempunyai multivariabel, seperti variabel medan gayaberat, jarak dan parameter fisika batuan. Survei gayaberat yang akan digunakan untuk pemetaan gayaberat secara sistematik diperlukan adanya distribusi random atau distribusi Poisson, yaitu uji uniformitas (x2) dan analisis data terdekat. Hasil pengukuran gayaberat di Pulau Biak memperlihatkan adanya distribusi data yang tidak seragam sehingga menunjukan nilai test uniformitas lebih besar, sedangkan analisis data terdekat menunjukkan kerapatan titik data yang cukup baik. Hasil analisis berdasarkan uji uniformitas ini diharapkan akan membuat resolusi lebih baik sehingga mempermudah analisis data gayaberat untuk eksplorasi lebih lanjutKatakunci: Biak, medan gayaberat, analisis tetangga terdekat, uji uniformitas.