Siti Choirul Dwi Astuti
Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Gorontalo

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

IMPLEMENTASI GENTAS UNTUK MENCEGAH DIABETES PADA REMAJA SAAT PANDEMI Siti Choirul Dwi Astuti; Rabia Zakaria
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 3 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1455.738 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v6i3.8196

Abstract

Abstrak: Kebijakan yang diterapkan saat pandemi secara tidak langsung berdampak pada kesehatan remaja hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya diabetes melitus pada remaja.(1) Akan tetapi permasalahannya masih banyak remaja yang belum mengetahui faktor risiko diabetes melitus; (2) Tujuan pengabdian; mengetahui jumlah remaja yang mempunyai faktor risiko diabetes dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang faktor risiko diabetes; (3) Metode pelaksanaannya dengan melakukan implementasi program GENTAS dan penyuluhan tentang diabetes kepada 42 remaja: (4) Hasil yang telah dicapai 12 orang remaja mempunyai faktor risiko diabetes melitus dan pengetahuan remaja tentang diabetes meningkat 100%.Abstract: Policies implemented during the pandemic indirectly impact adolescent health, which can be seen in the increase in diabetes mellitus in adolescents. (1) However, the problem is that many teenagers still do not know the risk factors for diabetes mellitus; (2) Purpose of service; Knowing the number of adolescents who have diabetes risk factors and increasing adolescent knowledge about diabetes risk factors (3) The method of implementation by implementing the GENTAS program and counselling on diabetes to 42 adolescents; (4) The results that 12 adolescents have achieved have diabetes mellitus risk factors and adolescent knowledge about diabetes increased by 100%.
KADER PENDAMPING 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN Rabia Zakaria; Siti Choirul Dwi Astuti
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 4 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1104.83 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v6i4.9240

Abstract

Abstrak: Kader merupakan orang yang dekat dengan masyarakat sehingga dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan. Desa Huntu Utara dan Huntu Selatan merupakan lokasi fokus stunting yang belum memiliki kader pendamping untuk mencegah stunting. Tujuan kegiatan ini untuk mencegah terjadinya stunting dengan membentuk kader pendamping 1000 hari pertama kehidupan. Metode pelaksanaan kegiatan melakukan koordinasi dengan pemerintah desa, sosialisasi, pelatihan dan pendampingan pada ibu hamil. Dengan adanya kader pendamping 1000 hari pertama kehidupan diharapkan adanya peningkatan pengetahuan tentang 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting. Hasil 20 orang kader mempunyai ketrampilan melakukan pengisian instrumen pendampingan 1000 hari pertama dan pengetahuan kader tentang 1000 hari pertama kehidupan meningkat 100%. Monitoring dilakukan 1 bulan sekali setiap dengan melihat instrumen pendampingan yang diisi oleh kader pendamping. Luaran tersebut terpantaunya tumbuh kembang bayi dan balita sejak lahir sehingga stunting dapat dideteksi secara dini. Selain itu dengan adanya kader pendamping 1000 hari pertama kehidupan diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting.Abstract: Cadres are people close to the community, so they are needed to overcome health problems. North Huntu and South Huntu villages are stunting focus locations that do not yet have companion cadres to prevent stunting. This activity aims to prevent stunting by forming a cadre of fostering companions and implementing coordination activities with the village government, socialization, training and mentoring for pregnant women. With the companion cadres in the first 1000 days of life, it is hoped that there will be an increase in knowledge about parenting to prevent stunting. As a result, 20 cadres could fill out the mentoring instrument in the first 1000 days, and the cadres' knowledge about parenting increased by 100%. Monitoring is carried out once a month by looking at the assistance instruments filled out by the companion cadres. The outcome is monitoring the growth and development of infants and toddlers from birth so that stunting can be detected early. In addition, the presence of companion cadres in the first 1000 days of life is expected to prevent stunting.
PENINGKATAN IMUNITAS IBU HAMIL SELAMA PANDEMI Rabia Zakaria; Siti Choirul Dwi Astuti
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 5 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v6i5.10752

Abstract

Abstrak: Selama pandemi ibu hamil termasuk kelompok rentan terhadap COVID-19 karena mengalami penurunan sistem imun sehingga diperlukan upaya pencegahan COVID-19 dengan olahraga melakukan prenatal gentle yoga dan meningkatkan kualitas tidur. Hasil survei kasus COVID-19 pertama ditemukan di Puskesmas Kabila sehingga menyebabkan ibu hamil yang ada di Puskesmas Kabila mengalami kecemasan (1). Penyebabnya karena kurangnya pengetahuan tentang COVID-19. Selama pandemi kelas prenatal ditiadakan dan juga Puskesmas Kabila belum pernah melakukan kelas prenatal secara virtual sehingga ibu hamil tidak bisa melakukan olahraga. Ibu hamil di Puskesmas Kabila juga belum mengetahui tentang prenatal gentle yoga. Tujuannya untuk mengurangi kecemasan selama pandemi dengan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang COVID-19 dan meningkatkan imunitas melalui prenatal gentle yoga (2). Metodenya dengan pemberian materi dan praktik melalui kelas prenatal virtual pada 70 ibu hamil. Pencegahan COVID-19 juga dilakukan dengan memberikan masker, handshop, handsanitizer dan termometer digital (3). Hasil yang didapat berdasarkan evaluasi kuesioner tentang pengetahuan dan kualitas tidur 93% ibu hamil mempunyai pengetahuan yang baik tentang COVID-19 dan 97% ibu hamil mempunyai kualitas istirahat dengan waktu yang cukup (4).Abstract: During the pandemic, pregnant women are among the vulnerable groups to COVID-19 because they experience a decrease in the immune system, so efforts to prevent COVID-19 by doing gentle prenatal yoga and improving sleep quality are needed. The results of the first COVID-19 case survey were found at the Kabila Health Center, causing pregnant women in the Kabila Health Center to experience anxiety (1). The cause is due to lack of knowledge about COVID-19. During the pandemic, prenatal classes were abolished and also the Kabila Health Center had never conducted prenatal classes virtually so that pregnant women could not do sports. Pregnant women at the Kabila Health Center also do not know about prenatal gentle yoga. The goal is to reduce anxiety during the pandemic by increasing pregnant women's knowledge about COVID-19 and increasing immunity through gentle prenatal yoga (2). The method is by providing material and practice through virtual prenatal classes for 70 pregnant women. Prevention of COVID-19 is also carried out by providing masks, hand shops, hand sanitisers and digital thermometers (3). The results obtained based on the evaluation of the questionnaire about knowledge and sleep quality 93% of pregnant women have good knowledge about COVID-19 and 97% of pregnant women have quality rest with sufficient time (4).
UPAYA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI KONVERGENSI GERAKAN IJAB KABUL Rabia Zakaria; Siti Choirul Dwi Astuti; Rahma Dewi Agustini; Yazmin Armin Abdullah
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 6 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v6i5.10143

Abstract

Abstrak: Pencegahan stunting bisa dilakukan dengan mempersiapkan kesehatan reproduksi remaja putri namun sebaliknya apabila kesehatan reproduksi remaja putri tidak diperhatikan dapat menyebabkan beberapa penyakit termasuk melahirkan bayi stunting. Untuk memantau kesehatan reproduksi remaja putri setiap bulannya dapat dilakukan melalui Posyandu remaja (1) Dalam kegiatan ini melibatkan mitra sebanyak 83 orang yang terdiri dari ketua tim PKK, kepala Puskesmas, kepala desa, PLKB, dinas P&K, kepala sekolah, badan narkotika nasional, kepala kantor urusan agama, petugas pembantu pembina keluarga berencana desa dari kecamatan, bidan desa dan kader. Monitoring dilakukan dengan pemantauan status gizi menggunakan standar antropometri. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dengan melakukan konvergensi gerakan ijab Kabul; (2) Tujuan pengabdian mencegah stunting dengan mempersiapkan kesehatan reproduksi melalui konvergensi gerakan ijab Kabul; dan (3) Hasil yang telah sudah ada komitmen melakukan konvergensi gerakan ijab kabul untuk mencegah stunting. Selama kegiatan dilakukan ada penurunan prevalensi faktor risiko stunting pada remaja putri dari 12,7% turun menjadi 10,56%.Abstract: Prevention of stunting can be done by preparing the reproductive health of adolescent girls, but on the contrary if the reproductive health of adolescent girls is not considered, it can cause several diseases including giving birth to stunting babies. To monitor the reproductive health of young women every month it can be done through the youth Posyandu (1) This activity involves 83 partners consisting of the PKK team leader, the head of the Community Health Center, the village head, PLKB, P&K offices, school principals, the national narcotics agency, the head of the National Narcotics Agency. Office of religious affairs, assistant officers for village family planning from the sub-district, village midwives and cadres. Monitoring is done by monitoring nutritional status using anthropometric standards. One of the efforts to improve adolescent reproductive health is by converging the Kabul consent movement; (2) The purpose of the service is to prevent stunting by preparing for reproductive health through the convergence of the Kabul consent movement; and (3) the results of which there is a commitment to the convergence of the consent movement to prevent stunting. During the activity, there was a decrease in the prevalence of stunting risk factors in adolescent girls from 12.7% to 10.56%.
IMPLEMENTASI APLIKASI GO-YOGA UNTUK PENCEGAHAN GAWAT JANIN Siti Choirul Dwi Astuti; Hafni Van Gobel; Febri Dwi Yanti; Rizky Sribaya Suhedi
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 5 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i5.16667

Abstract

Abstrak: Rendahnya partispasi ibu hamil dalam kelas antenatal menjadi penyebab kematian bayi sehingga perlu pendekatan personal. Tahun 2021 masih terjadi 3 kematian bayi baru lahir di Desa Tanggilingo sehingga diperlukan upaya pencegahan dengan melakukan yoga secara rutin. Penggunaan aplikasi go-yoga selama kehamilan dapat mencegah gawat janin sehingga tidak terjadi kematian bayi baru lahir. Tujuan kegiatan ini untuk mencegah gawat janin melalui penggunaan aplikasi go-yoga pada ibu hamil yang tidak aktif dalam kelas antenatal. Metode pelaksanaan melalui penyuluhan dan pemberian buku untuk meningkatkan pengetahuan tentang gawat janin dan implemmentasi aplikasi go-yoga pada ibu hamil trimester III, pendampingan yoga secara personal selama 3 bulan, pemeriksaan tanda-tanda vital dan detak jantung janin sebelum dan sesudah menggunakan aplikasi go-yoga. Hasilnya 30 ibu hamil mengalami peningkatan pengetahuan tentang gawat janin dari 70% berpengetahuan cukup menjadi 100% berpengetahuan baik. Monitoring dilakukan 3 kali seminggu selama 3 bulan. Luaran kegiatan selama monitoring tidak terjadi kematian bayi baru lahir yang disebabkan oleh gawat janin.Abstract: The low participation of pregnant women in antenatal classes is the cause of infant mortality so a personal approach is needed. In 2021, there are still 3 newborn deaths in Tanggilingo Village, so prevention efforts are needed by doing yoga regularly. The use of the go-yoga application during pregnancy can prevent fetal distress so that newborn death does not occur. The purpose of this activity is to prevent fetal distress through the use of the go-yoga application for pregnant women who are not active in antenatal classes. The implementation method is through counseling and giving books to increase knowledge about fetal distress and implementation of the go-yoga application in third trimester pregnant women, personal yoga assistance for 3 months, examination of vital signs and fetal heart rate before and after using the go-yoga application. As a result, 30 pregnant women experienced an increase in knowledge about fetal distress from 70% sufficient knowledge to 100% good knowledge. Monitoring is carried out 3 times a week for 3 months. The output of activities during monitoring did not occur newborn deaths caused by fetal distress.
PENCEGAHAN DAN RUJUKAN HIPERTENSI KEHAMILAN MELALUI OPTIMALISASI APLIKASI GO-YOGA SERTA PROGRAM MUTIARA BERLIAN Rabia Zakaria; Rahma Dewi Agustini; Siti Choirul Dwi Astuti
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 5 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i5.16727

Abstract

Abstrak: Hipertensi dalam kehamilan sering terjadi dan menjadi penyebab utama kematian ibu saat melahirkan. Namun, pencegahan dan rujukan untuk mengatasi hipertensi belum optimal, sehingga diperlukan langkah yang lebih efektif dengan menggunakan Aplikasi Go-Yoga dan mengoptimalkan program Mutiara Berlian untuk mencegah serta rujukan dini hipertensi dalam kehamilan. Kegiatan melibatkan 15 mitra, termasuk Kepala Puskesmas, Kepala Desa, Bidan Desa, Tim Mutiara Berlian, dan kader. Sebanyak 14 ibu hamil usia > 20 minggu menjadi peserta dengan dilakukan pemeriksaan dan sosialisasi penggunaan Go-Yoga. Hasilnya, sebanyak 3 ibu hamil (21%) mengalami hipertensi, dan 4 (29%) ditemukan protein urine, total 7 dari 14 ibu hamil (50%) mengalami tanda dan gejala hipertensi. Seluruh ibu hamil (100%) dengan tanda dan gejala hipertensi dimasukkan dalam program Mutiara Berlian dan dirujuk. Pemantauan berkala dilakukan oleh 5 kader (100%) yang telah terlatih dalam pengisian formulir di bawah koordinasi tim pengabmas. Terjadi penurunan jumlah ibu yang menderita hipertensi dari 21% menjadi 7%. Program ini berpotensi membantu menurunkan angka hipertensi yang menjadi penyebab utama kematian ibu.Abstract: Hypertension during pregnancy is a common occurrence and a leading cause of maternal mortality during childbirth. However, suboptimal prevention and referral measures necessitate more effective strategies like utilizing the Go-Yoga application and optimizing the Mutiara Berlian program. The activity involves 15 partners, including the Health Center Head, Village Head, Midwives, Mutiara Berlian Team, and cadres. Fourteen pregnant women aged > 20 weeks participated, with three (21%) identified with hypertension and four (29%) exhibiting proteinuria, totaling seven out of 14 (50%) showing hypertension signs. All were included in the Mutiara Berlian program and referred accordingly. Periodic monitoring by five trained volunteers (100%) using standardized forms resulted in decreased hypertensive cases from 21% to 7%. This program significantly contributes to reducing hypertension rates, a major cause of maternal mortality.
PENCEGAHAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA REMAJA PUTRI MELALUI PROGRAM BELIA BESTARI Puspita Sukmawaty Rasyid; Siti Choirul Dwi Astuti; Nurnaningsih Ali Abdul
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 8, No 6 (2024): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v8i6.27458

Abstract

Abstrak: Remaja putri banyak mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) sebanyak 0,04% karena kurangnya pengetahuan terkait gizi seimbang sehingga belum memiliki kemandirian dalam perilaku kesehatan. Untuk itu diperlukan program meningkatkan kemandirian remaja melalui program belia bestari. Dalam program belia bestari melakukan pendekatan dengan karang taruna dan kader untuk turut serta terlibat dalam pelaksanaan dan pengawasan. Tujuan kegiatan ini untuk menurunkan KEK melalui peningkatan keterampilan pengukuran lingkar lengan secara mandiri. Metode edukasi tentang KEK pada remaja putri, pelatihan pemeriksaan antropometri pada remaja putri, demonstrasi pengolahan bahan pangan lokal yang melibatkan mitra karang taruna dan kader sebanyak 9 orang serta mitra sasaran sebanyak 17 remaja putri. Evaluasi dilakukan dengan melakukan penilaian pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi, penilaian keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan dan demonstrasi. Hasilnya peningkatan pengetahuan remaja putri tentang KEK dari 70% baik menjadi 96% baik, peningkatan keterampilan remaja putri dalam pemantauan antropometri dari 0% menjadi 100% baik dan peningkatan keterampilan pengolahan bahan pangan lokal dari 0% menjadi 100% baik. Selama 7 bulan dilakukan monitoring sebanyak 3 kali menggunakan ceklis ketrampilan pengukuran lingkar lengan. Luaran kegiatan selama monitoring menurunnya kejadian KEK pada remaja putri.Abstract: Adolescent girls experience chronic energy deficiency (CED) as much as 0.04% due to lack of knowledge related to balanced nutrition so that they do not have independence in health behavior. For this reason, a program to increase the independence of adolescents is needed through the bestari youth program. In the youth program, bestari approaches youth organizations and cadres to participate in the implementation and supervision. The purpose of this activity is to reduce energy shortages through improving arm circumference measurement skills independently. Educational methods on CED in adolescent girls, anthropometric examination training for adolescent girls, demonstration of local food processing involving partners youth organizations and cadres of 9 people and target partners as many as 17 adolescent girls. Evaluation is carried out by conducting knowledge assessments before and after education, skills assessments before and after training and demonstrations. The results were an increase in the knowledge of adolescent girls about CED from 70% good to 96% good, an increase in adolescent girls' skills in anthropometric monitoring from 0% to 100% good and an increase in local food processing skills from 0% to 100% good. For 7 months, monitoring was carried out 3 times using the arm circumference measurement skill check. Activity outcomes during monitoring decreased incidence of chronic energy deficiency in adolescent girls.