Akhmad Fanani
Universitas Qamarul Huda Badaruddin Bagu

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KELENGKAPAN PENGINPUTAN DATA PELAYANAN PASIEN PADA SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS Akhmad Fanani; Sismulyanto -; L. Sulaiman
Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/jmiak.v5i1.2318

Abstract

Kualitas informasi yang dihasilkan selalu akurat apabila semua data diisi dengan tepat, namun kenyataannya menjadi tidak akurat dan tidak lengkap karena tidak memuat keseluruhan pelayanan puskesmas. Berdasarkan data laporan puskesmas di Kabupaten Lombok Barat tahun 2019 terdapat 3 puskesmas yang memiliki masalah kelengkapan penginputan data pelayanan pasien pada sistem informasi kesehatan, diantaranya adalah UPT BLUD Puskesmas Banyumulek. Penelitian ini bertujuan adalah untuk menganalisis faktor-faktor kelengkapan penginputan data pelayanan pasien pada system informasi kesehatan di UPT BLUD Puskesmas Banyumulek. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada 45 orang petugas Puskesmas Banyumulek Kabupaten Lombok Barat. Analisis hasil penelitian menggunakan regresi logistik. Hasil analisis statistik didapatkan p value pada faktor jenis kelamin (0,977), faktor umur (0,011), faktor pendidikan (0,029 ≤ 0,05), faktor pengetahuan (0,008), faktor budaya kerja (0,027), faktor beban kerja (0,019 ≤ 0,05). Hasil analisis regresi logistic menunjukkan faktor yang dominan adalah faktor pendidikan dan umur, dikarenakan nilai p value faktor pendidikan adalah 0,025 < 0,05 dan nilai p value faktor umur adalah 0,028<0,05. Faktor yang paling dominan dalam penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan Puskesmas Banyumulek sebagai salah satu kriteria disaat melakukan perekrutan pegawai baru.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKAKURATAN KODE DIAGNOSA TB (TUBERCULOSIS) PADA BERKAS REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PRAYA TAHUN 2022 akhmad fanani akhmadfanani
Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/jmiak.v5i2.2915

Abstract

Kecepatan dan keakuratan kode dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut seperti tenaga medis maupun tenaga non medis. Berdasarkan survey awal terdapat 74% yang behasil dikode akurat dan yang tidak akurat sebanyak 26%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis TB (Tuberculosis) di RSUD Praya Tahun 2022. Jenis penelitian menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif yang didukung dengan kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan check-list. Subjek penelitian yaitu dokter, koder, dan petugas laboratorium. Objek penelitian yaitu  BRM pasien RI diagnosis TB dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan didapatkan 36 berkas. Lokasi & Waktu penelitian di RSUD Praya tanggal 20 Juli s/d 20 Agustus 2022. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan persentase akurasi kode diagnosis TB di RSUD Praya adalah 24 (67%) akurat dan 12 (33%) tidak akurat, dari 12 diagnosis yang tidak akurat terdapat 5 (14%) diagnosis tidak spesifik dan 2 (6%) ketidaklengkapan hasil laboratorium. Faktor yang mempengaruhinya adalah koder kurang teliti, penulisan diagnosis tidak spesifik, dan ketidaklengkapan hasil laboratorium. Sebaiknya petugas lebih teliti dalam melakukan pengkodean, jika ditemukan kode diagnosis yang kurang jelas/tidak spesifik  maka melakukan konfirmasi, serta seluruh staff memperhatikan kelengkapan pengisian berkas rekam medis.
Faktor Obesitas dan Faktor Keturunan Dengan Kejadian Kasus Diabetes Mellitus akhmad fanani; Lalu Sulaiman
Riset Informasi Kesehatan Vol 10 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.01 KB) | DOI: 10.30644/rik.v10i1.464

Abstract

Latar Belakang: Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang substansi, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan disuatu daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan disuatu negara. Diabetes Mellitus adalah salah satu penyakit yang tidak menular. DM merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan kadar glukosa di dalam darah, dikarenakan tubuh tidak dapat melepaskan insulin secara adekuat. WHO memprediksi, Indonesia akan mengalami peningkatan kasus DM 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi 21.3 juta pada tahun 2030. NTB merupakan salah satu Provinsi yang memiliki angka DM cukup tinggi yakni 53.139 penderita DM pada tahun 2018.Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DM adalah faktor usia, genetik, obesitas, dan kebiasaan merokok. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor usia lebih banyak berperan pada kasus DM. 90% orang dewasa memiliki potensi terpapar DM. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa faktor penyebab DM yang dalam hal ini menitik beratkan pada obesitas dan genetik atau keturunan terhadap peningkatan kasus DM di Puskesmas Banyumulek Kabupten Lombok Barat, NTB. Metode: Rancang bangun penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan melakukan observasi dan pengumpulan data dengan sistem wawancara dan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor obesitas lebih dominan sebagai penyebab peningkatan kasus DM dibandingkan dengan faktor genetik atau keturunan. Faktor obesitas memiliki odd ratio (OR) sebesar 92.5, yang berarti obesitas memiliki tingkat resiko 92 kali lebih besar daripada yang tidak menderita obesitas. Kesimpulan: Terlihat bahwa obesitas erat kaitannya dengan peningkatan risiko DM. Intervensi seperti menurunkan berat badan, mencapai aktivitas sedang, dan menjaga pola hidup penting untuk diterapkan.
ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETIDAKTEPATAN KODE DIAGNOSA PADA KASUS DIABETES MELLITUS PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PRAYA TAHUN 2022 akhmad fanani akhmadfanani
Jurnal Manajemen Informasi dan Administrasi Kesehatan Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Perekam Medis & Informasi Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/jmiak.v6i1.3577

Abstract

Hasil studi kasus yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Praya pada bulan Juli 2022 jumlah pasien kasus diabetes mellitus di tahun 2022 berjumlah 48 pasien. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Faktor Penyebab Ketidaktepatan Kode Diagnosa pada Kasus Diabetes Mellitus Pasien Rawat Inap di RSUD Praya?”. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab ketidaktepatan kode diagnosa pada kasus diabetes mellitus di RSUD Praya, sedangkan tujuan khususnya untuk mengidentifikasi ketidaktepatan pemberian kode penyakit, khususnya kasus diabetes mellitus di RSUD Praya dan mengidentifikasi kendala atau masalah dalam menetapkan kode penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis pasien rawat inap di RSUD Praya pada tahun 2022. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 berkas. Diolah menggunakan analisa kuantitatif, dibantu dengan check list dan disajikan dalam bentuk grafik atau diagram pie. Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 25 Juli s/d 25 Agustus 2022 terhadap berkas rekam medis yang berjumlah 48, terdapat 33 diagnosa yang dikode dengan tepat dan 15 diagnosa yang dikode dengan tidak tepat. Dari kasus yang dikode tidak tepat dikategorikan menjadi kode kurang spesifik dan kode yang salah kode. Kesimpulan dari 48 diagnosa diabetes mellitus terdapat 69% yang dikode dengan tepat dan 31% yang dikode dengan tidak tepat. Sebaiknya petugas lebih teliti lagi dalam melakukan pengkodean. Jika ada diagnosa yang kurang jelas maka petugas koding berkonsultasi kepada petugas yang bisa memahami tulisan dokter tersebut, contohnya perawat.