Alfan Shafrizal
Institut Agama Islam Negeri Kediri

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Potret Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum : Problematika Yang Terjadi Serta Solusinya Ma'ma Mumajad; Farida Khilmiyah; Alfan Shafrizal; Moh. Khasan Azizi
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 3 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.874 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i3.4884

Abstract

Pendidikan agama Islam pada hakikatnya adalah upaya transfer nilai-nilai agama, pengetahuan dan budaya yang dilangsungkan secara berkesinambungan sehingga nilai-nilai itu dapat menjadi sumber motivasi dan aspirasi serta tolok ukur dalam perbuatan dan sikap maupun pola berpikir. Sementara tekad bangsa Indonesia yang selalu ingin kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sangat kuat. Berdasarkan tekad itu pulalah maka kehidupan beragama dan pendidikan agama khususnya semakin mendapat tempat yang kuat dalam organisasi dan struktur pemerintahan. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Hal yang mendasari penulis menggunakan metode ini adalah dari sekian banyak jurnal terkait problematika PAI di sekolah umum, namun jurnal tersebut belum sampai menganalisis pada akar permasalahannya seperti permasalahan mengenai minimnya jam pelajaran pendidikan agama islam di sekolah umum. Sehingga solusi yang ditawarkannyapun juga belum dapat menyelesaikan problematika yang ada, hasil dari penelitian ini menghasilkan solusi atau Cara yang bisa ditempuh guru dalam menambah pembelajaran pendidikan agama Islam adalah melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran ekstra kurikuler dapat dilaksanakan di sekolah, di kelas atau di mushala. Bisa pula di rumah atau tempat yang disetujui. Waktu belajarnya tentu di luar jam pelajaran formal. Cara ini memang membutuhkan tambahan fasilitas, waktu, dan tenaga guru, bahkan mungkin biaya, tapi itulah tantangan guru yang tidak hanya mengajar; tetapi memiliki semangat dakwah untuk menyebarkan ilmu agama di mana pun dan kapan pun. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tua siswa.
Merdeka Belajar Dalam Sudut Pandang Teori Belajar Konstruktivisme dan Pendidikan Agama Islam Moh Khasan Azizi; Alfan Shafrizal
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 4 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.476 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i4.5321

Abstract

 Secara konseptual teori belajar konstruktivisme dengan merdeka belajar merupakan suatu kerangka yang sangat baik sebagai upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Akan tetapi dalam prakteknya ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat pelaksanaan konsep merdeka belajar dan teori belajar konstruktivimse. Selain itu, pemahaman guru dan sekolah terkait konsep merdeka belajar dan teori belajar konstruktivisme juga belum terlalu jelas. artikel ini akan mencoba menjabarkan terkait dengan konsep merdeka belajar dalam pandangan teori belajar konstruktivisme dan pendidikan Agama Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian library research, atau kepustakaan. yakni penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber literatur terkait konsep merdeka belajar, teori belajar konstruktivisme dan pendidikan agama Islam. Dalam teori konstruktivisme pembelajaran tidak hanya guru memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuan yang ada di dalam memori otaknya. Merdeka belajar bukan hanya guru terbebas dari tugas kesehariannya akan tetapi siswa juga memiliki kebebasan dalam menentukan ilmu mana yang dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan hakikat pendidikan Agama Islam sendiri. Karena Rasulullah dalam mengajar dan mendidik para sahabat menerapkan pembelajaran yang fun dan membebaskan, fun dan bebas disini tidak boleh diartikan sebagai sebuah kesenangan dan kebebasan tanpa esensi, melainkan harus dijadikan sebagai sebuah spirit untuk menambah keilmuan. Kata Kunci: Merdeka belajar, Konstruktivisme, Pendidikan Agama Islam. Abstract: Conceptually, constructivism learning theory with independent learning is a very good framework as an effort to develop the potential of students. However, in practice, several problems were found that hindered the implementation of the concept of independent learning and constructivist learning theory. In addition, the understanding of teachers and schools regarding the concept of independent learning and constructivism learning theory is also not very clear. This article will try to explain related to the concept of independent learning in the view of constructivism learning theory and Islamic education. This research uses library research, or library research methods. namely the author collects data from various literary sources related to the concept of independent learning, constructivism learning theory and Islamic religious education. In the theory of constructivism learning, not only does the teacher provide knowledge to students, but students also have to play an active role in building their own knowledge that is in their brain memory. Freedom of learning is not only the teacher is free from his daily tasks but students also have the freedom to determine which knowledge is needed. This is in accordance with the nature of Islamic education itself. Because the Prophet in teaching and educating his companions applied learning that was fun and liberating, fun and free here should not be interpreted as a pleasure and freedom without essence, but must be used as a spirit to increase knowledge.Keywords: Freedom to learn, Constructivism, Islamic Religious Education.
Analysis of Attitude Assessment in Islamic Religious Education in Elementary Schools Siti Mahmudah; Alfan Shafrizal
Pedagogik Journal of Islamic Elementary School VOL 5 NO 2 OKTOBER 2022
Publisher : IAIN Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24256/pijies.v5i2.2940

Abstract

Learning Islamic religious education can not be separated from the results of learning or assessment. The assessment of Islamic religious education subjects did not describe students' attitudes. This study aims to assess attitudes toward Islamic religious education in elementary schools. This study used the descriptive qualitative method. Sources of data obtained from primary data and secondary data. Primary data are from 19th-grade and 5th-grade students.Meanwhile, secondary data includes principals, teachers, parents, and classmates. Data collection techniques used are observation, interviews, and documentation. The collected data will be processed using inductive qualitative analysis through data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The study results reveal that Islamic religious education is less successful because parents still view that schools only carry out the task of educating children. Parental attention to children is only in the form of fulfilling material needs such as clothing, food, and board needs. At the same time, the problem of moral formation and development is left entirely to the school. In addition, because it underestimates the existence of Islamic religious education lessons, it is a lesson that is not too important and easy to learn without having to think.