Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Bentuk-bentuk Stimulasi Pada Anak Dalam Perkembangan Motorik Anak Usia Dini di RA Alifia Sitta Ramadhani; Wafiq Azizah; Yunita Selpiyani; Khadijah Khadijah
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 3 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.002 KB) | DOI: 10.31004/jpdk.v4i3.5080

Abstract

Stimulasi merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan ASAH anak yang berbentuk permainan menantang pikiran yang berguna untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara guru dan anak. Stimulasi ini dapat diselenggarakan melalui program pendidikan anak usia dini (PAUD). PAUD ini dapat dilaksanakan melalui jalur formal (TK, RA atau bentuk lain yang sederajat), jalur non formal (kelompok bermain, taman penitipan anak, satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) sejenis), jalur informal (pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan). Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan program untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat permainan edukatif). APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik (kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna dll.), dan aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat). Bermain, mengajak anak berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’ yang penting untuk perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat gangguan perkembangan anak secara dini.