Andang Iskandar
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANTROPOSENTRISME DALAM ANIMASI PRINCESS MONONOKE KARYA HAYAO MIYAZAKI Alisca Putri Dirgantari; Yanti Heriyawati; Andang Iskandar
Melayu Arts and Performance Journal Vol 4, No 2 (2021): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v4i2.2113

Abstract

This study analyzes the ethics of anthropocentrism contained in the animated film Princess Mononoke. The destruction of nature contained in the film is done by the antagonists, namely Miss Eboshi, Jiko-Bou, and their followers. The research method used is Roland Barthes' semiotic analysis which looks at three stages of significance, namely denotation, connotation, and myth. The stage of film analysis begins with identifying the form of oppression in the form of the selected scene, then the data is analyzed through the interpretation of denotative and connotative meanings to find myths. The results of this study indicate that this film represents the exploitation and ethics of anthropocentrism towards nature and the Shintoism gods who protect nature so that it triggers conflict between humans and the gods. The exploitation occurs because the antagonists want to conquer nature and the gods for personal interests and ambitions to gain profit and wealth without thinking about the ethics and moral status of nature, animals and non-humans in the film Princess Mononoke.Keywords: Anthropocentrism; Exploitation of nature; Animated Film; Princess Mononoke.ABSTRAKPenelitian ini menganalisis etika antroposentrisme yang terdapat dalam film animasi Princess Mononoke. Kerusakan alam yang terdapat dalam film dilakukan oleh para tokoh antagonis yaitu Nona Eboshi, Jiko-Bou, dan para pengikut mereka.  Metode penelitian yang digunakan analisis semiotika Roland Barthes yang melihat pada tiga tahapan signifikasi yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Tahapan analisis film dimulai dengan mengidentifikasi bentuk penindasan berupa scene yang telah dipilih, kemudian data tersebut dianalisismelalui interpretasi makna denotasi dan konotasi untuk menemukan mitos. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film ini merepresentasikan terjadinya eksploitasi dan etika antroposentrisme terhadap alam dan dewa-dewa Shintoisme yang menjaga alam sehingga memicu konflik antara manusia dan para dewa. Eksploitasi tersebut terjadi karena para tokoh antagonis ingin menaklukan alam dan dewa-dewa untuk kepentingan dan ambisi pribadi untuk mendapatkan keuntungan dan kekayaan tanpa memikirkan etika dan status moral alam, hewan dan yang non-manusia dalam film Princess Mononoke.Kata Kunci: Antroposentrisme; Eksploitasi alam; Film Animacasi; Princess Mononoke.
Potrait Fotografi Kehidupan Ma Ayu Shauma Silmi Faza; Andang Iskandar; Ismet Ruchimat
PANTUN Vol 7, No 1 (2022): Ritual, Seni, dan Rekayasa Budaya
Publisher : Pascasarjana ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/pantun.v7i1.1990

Abstract

ABSTRACTThe reality of Ma Ayu's life has become the trace of memory saved in the system of sensory memory. The information about Ma Ayu's life journey is divided into three dimensions, namely adolescence, productive period, and survival period. Ma Ayu's story stimulates to play a role of humans as homo narrans, namely the representation of individuals as the subject of the story through the medium of photography. This work is presented in the category of ethical photographs summarized in a series of documentary photos and essays so that they contain photos which can be evaluated ethically. The method applied to reveal Ma Ayu's figure is by using a humanitarian approach for social documentary. This work produces two findings, the first is the perspective of Ma Ayu's personal identity as a representation of Javanese woman who struggle in the social complexities of different cultures. The second is to produce visual aesthetic products in the form of photography showing Ma Ayu's characteristics as a hardworking, high-spirited, and independent woman.Keywords: Biography, Humanitarian, Visual AestheticABSTRAKRealitas kehidupan Ma Ayu telah menjadi jejak memori yang tersimpan dalam sistem ingatan sensorik. Informasi mengenai perjalanan hidup Ma Ayu terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu masa remaja, masa produktif, dan masa survive. Kisah Ma Ayu menjadi stimulus untuk memainkan peran manusia sebagai homo narrans, yaitu keterwakilan individu sebagai subjek cerita melalui medium fotografi. Karya ini disajikan melalui kategori foto etik (ethically photographs), yang dirangkum dalam rangkaian foto dokumenter dan esai sehingga memuat foto-foto yang dapat dinilai secara etik. Adapun metode yang digunakan untuk membedah figur Ma Ayu yaitu dengan menggunakan pendekatan kemanusiaan (humanitarian approach for social documentary). Karya ini menghasilkan dua temuan, pertama berupa perspektif identitas personal Ma Ayu sebagai representasi perempuan Jawa yang berjuang dalam kompleksitas sosial yang berbeda kultur. Kedua menghasilkan produk estetika visual dalam bentuk fotografi yang menunjukkan karakteristik Ma Ayu dengan sifat pekerja keras, semangat yang tinggi, dan mandiri.Kata Kunci : Biografi, Humanitarian, Estetika Visual.
Ekspresi dan Gestur Penari Tunggal dalam Budaya Media Visual Dua Dimensi Sri Rustiyanti; Andang Iskandar; Wanda Listiani
PANGGUNG Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.812 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i1.18

Abstract

Tubuh penari digunakan sebagai media   pengungkap perasaan, pikiran, dan imajinasi; pengungkap bahasa verbal dan nonverbal; media ungkap gerak nonverbal dan kecerdasan otot; berjalan dan ‘berjalan’ sebagai fenomena metaforik-figural; serta sebagai hubungan antara tubuh-gerak-kultur-zaman. Gerak yang dilakukan oleh penari merupakan gerak-gerak ekspre- sif, gerak yang distilasi mengandung ritme, sehingga mampu menggetarkan perasaan penon- ton. Penari menyajikan gerak yang halus dan lembut mengalir, juga gerak yang kasar, keras, kuat bahkan dalam diam diam sekali pun. Ekspresi dan irama mewujudkan ungkapan gerak, sehingga akan tampak keindahannya. Keindahan dapat juga dinikmati melalui teknologi pho- tomotion yang canggih, sehingga gestur dan mimik dari para penari bisa terekam begitu detail dan halus, melalui media visual dua dimensi yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini berupa model gerak tubuh penari tunggal dengan teknik photomotion. Kata kunci: penari tunggal, budaya visual, dua dimensi, photomotion
Ekspresi dan Gestur Penari Tunggal dalam Budaya Media Visual Dua Dimensi Sri Rustiyanti; Andang Iskandar; Wanda Listiani
PANGGUNG Vol 25 No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i1.18

Abstract

Tubuh penari digunakan sebagai media   pengungkap perasaan, pikiran, dan imajinasi; pengungkap bahasa verbal dan nonverbal; media ungkap gerak nonverbal dan kecerdasan otot; berjalan dan ‘berjalan’ sebagai fenomena metaforik-figural; serta sebagai hubungan antara tubuh-gerak-kultur-zaman. Gerak yang dilakukan oleh penari merupakan gerak-gerak ekspre- sif, gerak yang distilasi mengandung ritme, sehingga mampu menggetarkan perasaan penon- ton. Penari menyajikan gerak yang halus dan lembut mengalir, juga gerak yang kasar, keras, kuat bahkan dalam diam diam sekali pun. Ekspresi dan irama mewujudkan ungkapan gerak, sehingga akan tampak keindahannya. Keindahan dapat juga dinikmati melalui teknologi pho- tomotion yang canggih, sehingga gestur dan mimik dari para penari bisa terekam begitu detail dan halus, melalui media visual dua dimensi yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini berupa model gerak tubuh penari tunggal dengan teknik photomotion. Kata kunci: penari tunggal, budaya visual, dua dimensi, photomotion