Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Klaster K-Means dari Data Luas Grup Sunspot dan Data Grup Sunspot Klasifikasi Mc.Intosh yang membangkitkan Flare Soft X-Ray dan H-alpha Jumaroh, Siti; Widodo, Nanang
CAUCHY Vol 4, No 1 (2015): CAUCHY
Publisher : Mathematics Department, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.757 KB) | DOI: 10.18860/ca.v4i1.3166

Abstract

Analisis klaster merupakan teknik interpendensi yang mengelompokkan suatu objek berdasarkan kemiripan dan kedekatan jarak antar objek. Pengelompokan objek dengan jumlah banyak membutuhkan waktu yang lama. Salah satu analisis klaster yang dapat digunakan dalam situasi ini adalah analisis klaster non hierarki, yaitu K-means. Pada artikel ini mengelompokkan data luas grup sunspot dan data grup sunspot klasifikasi Mc.Intosh yang membangkitkan flare soft X-Ray dan Hα. Untuk mengetahui luas grup sunspot dan grup sunspot klasifikasi Mc.Intosh yang berpeluang membangkitkan flare soft X-Ray dan Hα dengan intensitas ledakan yang tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh dua klaster yaitu klaster pertama yang tergolong mampu membangkitkan flare Soft X-Ray dan Hα dengan intensitas yang tinggi. Sedangkan klaster kedua yang tergolong mampu membangkitkan flare Soft X-Ray dan Hα dengan intensitas yang rendah
Aplikasi Dua Segitiga Sebangun pada Studi Venus Transit di Matahari Tanggal 8 Juni 2004 dari BPD LAPAN Watukosek Widodo, Nanang
CAUCHY Vol 3, No 1 (2013): CAUCHY
Publisher : Mathematics Department, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.038 KB) | DOI: 10.18860/ca.v3i1.2570

Abstract

Transit planet Venus di cakram matahari (jari-jari = 696000 km) merupakan peristiwa alam yang dapat dilihat secara berkala. Planet Venus merupakan planet kedua dalam sistem tata surya yang mempunyai orbit lebih dekat ke matahari (= 0,723 Astronomical Unit) dibanding jarak bumi-matahari (= 149.600.000 km = 1 AU). Sehingga pada suatu waktu tertentu ada peluang berada tepat di depan Bumi, saat menghadap matahari atau dikenal dengan transit Venus. Proses pengamatan fenomena transit Venus di cakram matahari tersebut dapat diimplimentasikan sebagai aplikasi dua segitiga sebangun, Dimana jari-jari planet Venus (jari-jari = 6051,8 km) dinyatakan sebagai tinggi benda dan jari-jari tinggi bayangan Venus sebesar 20880 km (= 3,65 mm pada cakram matahari). Dimana diameter matahari 1.392.000 km (= 240 mm pada lembar sket). Dengan pengukuran jarak tempuh Venus transit 72,4 mm (419 920 km di cakram matahari) terhadap waktu kontak pertama bayangan Venus pada jam 05.28 UT (12.28 WIB) di tepi timur hingga akhir transit pada 17.50 UT (14.50 WIB) diperoleh kecepatan bayangan Venus sebesar 49,286 km/detik
PERBANDINGAN MODEL LINIER VERSUS ANALISIS VEKTOR PADA GERAK GRUP SUNSPOT DI LINTANG SELATAN DARI SIKLUS MATAHARI KE-23 Widodo, Nanang
Sains & Matematika Vol 1, No 2 (2013): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Comparison of the two models aimed to get a representative model that can explain the movement of sunspot groups in southern latitudes on the solar cycles 23th. If the movement of the daily sunspot groups is projected in the longitude and latitude direction, then it can considered as vector Ri. The evolution of sunspot groups during n days can be implemented into n-1 vectors and total vector of Ri is the resultant vector, R. Commonly, the movement of sunspot groups shift to positive or negative latitude direction. If R divided by a long of evolution (= n days) obtained an average vector R= (± b°B, ± l°L) where, the magnitude of b is the average difference in degrees of longitude/day, and l is the average difference in degrees of latitude/day. Distribution of sunspot group position data from firstday until to n days can be approximated by a linear regression equation. In studying the trajectory characteristics of sunspot groups used sunspot data of classes H and J in the southern hemisphere of the disk solar observations BPD Watukosek from 1997?2008 (cycle 23). From the comparison of the above two models obtained the best linear trajectories of a sunspot group. This result accordingly to the properties of differential rotation at the solar surface. Where at the lower latitude sunspot group will move relative faster than higer latitudes. The results of modeling can be used to interpolate to data that is not observed and extrapolated to predict the position of a sunspot group on the next day. 
Perbandingan Model Linier Versus Analisis Vektor pada Gerak Grup Sunspot di Lintang Selatan dari Siklus Matahari Ke-23 Widodo, Nanang
Sains & Matematika Vol 1, No 2 (2013): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Comparison of the two models aimed to get a representative model that can explain the movement of sunspot groups in southern latitudes on the solar cycles 23th. If the movement of the daily sunspot groups is projected in the longitude and latitude direction, then it can considered as vector Ri. The evolution of sunspot groups during n days can be implemented into n-1 vectors and total vector of Ri is the resultant vector, R. Commonly, the movement of sunspot groups shift to positive or negative latitude direction. If R divided by a long of evolution (= n days) obtained an average vector R= (± b°B, ± l°L) where, the magnitude of b is the average difference in degrees of longitude/day, and l is the average difference in degrees of latitude/day. Distribution of sunspot group position data from firstday until to n days can be approximated by a linear regression equation. In studying the trajectory characteristics of sunspot groups used sunspot data of classes H and J in the southern hemisphere of the disk solar observations BPD Watukosek from 1997–2008 (cycle 23). From the comparison of the above two models obtained the best linear trajectories of a sunspot group. This result accordingly to the properties of differential rotation at the solar surface. Where at the lower latitude sunspot group will move relative faster than higer latitudes. The results of modeling can be used to interpolate to data that is not observed and extrapolated to predict the position of a sunspot group on the next day. 
TINDAKAN GAWAT DARURAT OLEH DOKTER AKIBAT KECELAKAAN PADA PASIEN YANG TIDAK KOMPETEN DAN TANPA KELUARGA Widodo, Nanang; Putera, Andika Persada; Nugraheni, Ninis
Collegium Studiosum Journal Vol. 6 No. 1 (2023): Collegium Studiosum Journal
Publisher : LPPM STIH Awang Long

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56301/csj.v6i1.942

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan etik dan hukum tindakan dokter yang melakukan operasi darurat terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa persetujuan tindakan medis karena pasien tidak cakap dan tidak didampingi oleh keluarga. Selain itu juga untuk mengetahui perlindungan hukum bagi dokter yang melakukan tindakan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif secara yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara etis dan legal seorang dokter wajib melakukan operasi darurat pada pasien kecelakaan walaupun tanpa persetujuan tindakan medis karena tindakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah pasien dari kecacatan. Dokter yang melakukan perbuatan tersebut harus mendapat perlindungan hukum. Pembedahan dapat dilakukan oleh dokter tanpa persetujuan medis dalam keadaan darurat, jika tindakan ditunda menunggu persetujuan medis akan mengancam jiwa atau menyebabkan kecacatan pada pasien. Atas saran yang diberikan oleh peneliti agar dokter terlindungi secara hukum dalam melakukan operasi darurat tanpa persetujuan medis, harus ada Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang persetujuan tindakan medis, harus mencantumkan pengecualian yang kondusif seperti dalam keadaan darurat.
LEGAL PROTECTION FOR HEALTH WORKERS IN HANDLING EMERGENCY PATIENTS Widodo, Nanang; Adam HR, Muhammad
JILPR Journal Indonesia Law and Policy Review Vol. 5 No. 3 (2024): Journal Indonesia Law and Policy Review (JILPR), June 2024
Publisher : International Peneliti Ekonomi, Sosial dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56371/jirpl.v5i3.266

Abstract

The objective of this article's research is to ascertain the legal protection of healthcare professionals who provide emergency patient care. A qualitative research method with a descriptive approach that is juridically normative is employed. Literature analysis is implemented as the methodology for data acquisition. The findings indicated that health professionals are legally and ethically obligated to provide assistance to all emergency patients, even if the action is taken without the patient or family's consent, as the objective is to prevent patients from suffering disability and saving lives. Legal protection must be provided to health personnel who engage in such behaviours. The author's recommendation is that all health facilities establish standard operating procedures for the treatment of emergency patients. These procedures serve as a legal foundation for health personnel to provide assistance to emergency patients.
Analisis Asimetri Vektor dari Gerak Sunspot di Belahan Utara dan Selatan Matahari pada Siklus Aktivitas Ke 23 Widodo, Nanang
Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya 2020: Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.007 KB)

Abstract

Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi yang berwujud plasma. Dengan kondisi tersebut, maka permukaan matahari menjadi labil. Pada setiap awal siklus, kemunculan sunspot umumnya pada lintang tinggi +/- 40 oLU/ LS dan di akhir siklus sunspot berada di sekitar ekuator. Pada interval 0 – 40 derajat di belahan utara maupun selatan akan dibagi dalam 8 zona. Pada saat sunspot berevolusi di cakram Matahari, posisi sunspot (obujur, olintang) harian digunakan untuk mengetahui pergeseran sunspot. Pergeseran posisi sunspot disebabkan oleh pengaruh rotasi diferensial di Matahari. Dimana kecepatan rotasi (angular) setiap ketinggian lintang (zona) akan berbeda. Sunspot bergerak dari timur ke arah barat (obujur) dan utara/selatan (olintang) per hari merupakan implementasi vektor. Dengan distribusi sunspot di belahan utara dan selatan Matahari juga tidak simetris akan menyebabkan rotasi diferensial sunspot tidak simetris juga.
PENERAPAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) UNTUK PREDIKSI BILANGAN SUNSPOT Yuliawanti, Felia Dria; Novitasari, Dian C. Rini; Widodo, Nanang; Hamid, Abdulloh; Utami, Wika Dianita
BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Vol 15 No 3 (2021): BAREKENG: Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan
Publisher : PATTIMURA UNIVERSITY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.906 KB) | DOI: 10.30598/barekengvol15iss3pp555-564

Abstract

Peristiwa magnetik pada matahari ditandai dengan salah satu tanda yaitu munculnya sunspot atau bintik matahari. Sunspot terletak di fotosfer matahari yang memiliki warna lebih gelap dari pancaran sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi bilangan sunspot dengan menggunakan metode ARIMA. Metode ARIMA dilakukan dengan melihat plot ACF dan PACF untuk mendapatkan model yang akan digunakan dalam prediksi. Penelitian ini menggunakan data bilangan sunspot yang dimulai dari bulan Januari tahun 1987 hingga bulan Desember 2019 sebanyak 396 data. Dari data tersebut didapatkan 4 model ARIMA yaitu ARIMA(3,1,2), ARIMA(3,1,1), ARIMA(2,1,2), ARIMA(2,1,1). Dari keempat model tersebut, model terbaik yang digunakan untuk prediksi yaitu ARIMA(2,1,2) dengan nilai AIC sebesar -884,87.
TINDAKAN GAWAT DARURAT OLEH DOKTER AKIBAT KECELAKAAN PADA PASIEN YANG TIDAK KOMPETEN DAN TANPA KELUARGA Widodo, Nanang; Putera, Andika Persada; Nugraheni, Ninis
Collegium Studiosum Journal Vol. 6 No. 1 (2023): Collegium Studiosum Journal
Publisher : LPPM STIH Awang Long

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56301/csj.v6i1.942

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan etik dan hukum tindakan dokter yang melakukan operasi darurat terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa persetujuan tindakan medis karena pasien tidak cakap dan tidak didampingi oleh keluarga. Selain itu juga untuk mengetahui perlindungan hukum bagi dokter yang melakukan tindakan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif secara yuridis normatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara etis dan legal seorang dokter wajib melakukan operasi darurat pada pasien kecelakaan walaupun tanpa persetujuan tindakan medis karena tindakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah pasien dari kecacatan. Dokter yang melakukan perbuatan tersebut harus mendapat perlindungan hukum. Pembedahan dapat dilakukan oleh dokter tanpa persetujuan medis dalam keadaan darurat, jika tindakan ditunda menunggu persetujuan medis akan mengancam jiwa atau menyebabkan kecacatan pada pasien. Atas saran yang diberikan oleh peneliti agar dokter terlindungi secara hukum dalam melakukan operasi darurat tanpa persetujuan medis, harus ada Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang persetujuan tindakan medis, harus mencantumkan pengecualian yang kondusif seperti dalam keadaan darurat.