Erlina Rustam
Bagian Farmakologi Dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang 25163, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Teh Hijau Terhadap Kadar Gula Darah dan MDA Serum Mencit Diabetes Rizka Karima Husfa; Erlina Rustam; Hasmiwati Hasmiwati
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 1 No 2 (2020): Juli 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.728 KB) | DOI: 10.25077/jikesi.v1i2.24

Abstract

Abstrak Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan hiperglikemia yang jika terjadi secara terus-menerus akan menghasilkan radikal bebas berlebihan yang berperan dalam komplikasi diabetes. Teh hijau memiliki banyak kandungan katekin yang berperan sebagai antihiperglikemik dan antioksidan untuk mencegah komplikasi diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar gula darah dan MDA serum mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian ini merupakan true experimental dengan randomized post-test control group design. Sampel terdiri dari 35 ekor mencit yang dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2), dan perlakuan 3 (P3). Kelompok K- adalah kelompok normal yang hanya diberikan diet standar, kelompok K+ diinduksi aloksan saja, kelompok P1, P2, dan P3 diinduksi aloksan dan diberi infusa teh hijau 1%, 2%, dan 4% selama 15 hari. Rata-rata kadar gula darah kelompok K-, K+, P1, P2, dan P3 adalah 73,14 mg/dl, 210 mg/dl, 164,57 mg/dl, 152,57 mg/dl, dan 135,83 mg/dl. Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok P1, P2, dan P3 dengan kelompok K+ dengan nilai p=0,001. Rata-rata kadar MDA serum kelompok K-, K+, P1, P2, dan P3 adalah 2,54 nmol/mg, 4,04 nmol/mg, 3,05 nmol/mg, 2,87 nmol/mg, dan 2,47 nmol/mg. Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok P1, P2, dan P3 dengan kelompok K+ dengan nilai p=0,001. Kesimpulan hasil penelitian adalah pemberian infusa teh hijau berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah dan MDA serum mencit yang diinduksi aloksan. Kata kunci: teh hijau, Camellia sinensis, diabetes melitus, gula darah, MDA serum, aloksan. Abstract Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease, characterized by hyperglycemia which if occurs continously will produce excessive free radical that have role in diabetes complication. Green tea has a lot of cathecin which has role as antihyperglycemia and antioxidant to prevent diabetes complication. The aim of this research is to determine the effect of green tea on blood glucose level and serum MDA level in alloxan-induced mice. This research was a true experiment with randomized post-test control group design. The sample consisted of 35 mice divided into five groups, negative control (K-), positive control (K+), treatment 1 (P1), treatment 2 (P2), and treatment 3 (P3). The K- group was the normal group, given standard diet only, the K+ group was induced alloxan only, the P1, P2, and P3 groups were induced alloxan and given 1%, 2%, and 4% green tea infusion for 15 days. The mean of blood glucose level on K-, K+, P1, P2, and P3 group were 73,14 mg/dl, 210 mg/dl, 164,57 mg/dl, 152,57 mg/dl, and 135,83 mg/dl. There were significant difference between P1, P2, and P3 group with K+ group with p value=0,001. The mean of serum MDA level on K-, K+, P1, P2, and P3 group were 2,54 nmol/mg, 4,04 nmol/mg, 3,05 nmol/mg, 2,87 nmol/mg, and 2,47 nmol/mg. There were significant difference between P1, P2, and P3 group with K+ group with p value=0,001.The conclusion is green tea infusion can reduce the level of blood glucose and serum MDA in alloxan-induced mice. Keywords: green tea, Camellia sinensis, diabetes mellitus, blood glucose, serum MDA, alloxan
Evaluasi Masalah Terkait Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Gagal Ginjal Kronik di Rawatan Inap RSUP DR. M. Djamil Padang Widya Kardela; Rezlie Bellatasie; Nurayni Nurayni; Erlina Rustam
Jurnal Farmasi Higea Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : STIFARM Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52689/higea.v14i1.451

Abstract

Penyakit metabolik akibat adanya kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya yang dikenal dengan istilah diabetes melitus (DM) tipe 2 menyebabkan komplikasi mikrovaskular salah satunya penyakit gagal ginjal kronik. Penatalaksanaan farmakologi untuk kondisi ini berpotensi menimbulkan kejadian masalah terkait obat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi masalah terkait obat pada penggunaan obat antidiabetes dan antihipertensi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi gagal ginjal kronik di rawat inap RSUP DR. M. Djamil Padang periode Januari-Desember 2021. Jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif menggunakan metode cross sectional dan pengambilan data bersifat retrospektif. Masalah terkait obat di identifikasi berdasarkan klasifikasi Pharmaceutical Care Network Europe V.05 (PCNE). Hasil evaluasi masalah terkait obat terhadap 23 pasien terdapat dua kategori masalah terkait obat yang teridentifikasi yaitu masalah interaksi obat potensial sebanyak 35 kejadian (59%) dan masalah dosis atau frekuensi terlalu tinggi sebanyak 24 kejadian (41%). Berdasarkan hasil penilaian dan identifikasi masalah terkait obat, maka perlu adanya pencegahan dan manajemen masalah terkait obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan gagal ginjal kronik.
Gambaran Peresepan Kortikosteroid Tunggal pada Pasien Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang Mohammad Rafiequl Haririy; Erlina Rustam; Satya Wydya Yenny
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3 No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v3i4.944

Abstract

Latar Belakang: Dalam bidang dermatologi, banyak penyakit kulit yang diterapi menggunakan kortikosteroid. Pemakaian kortikosteroid yang tidak sesuai dengan aturannya dapat mengakibatkan banyak efek samping yang dapat memperlama maupun memperburuk penyakit kulit. Untuk mencegah hal tersebut, maka dibutuhkan pemantauan terapi termasuk pemantauan peresepan kortikosteroid yang diberikan. Objektif: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran peresepan kortikosteroid tunggal pada pasien yang berobat di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 2021. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder rekam medik pasien yang dilakukan di fasilitas Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pada Penelitian ini terdapat 340 resep yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa obat kortikosteroid yang diresepkan adalah desoksimetason, prednison, mometason furoat, metilprednisolon, triamsinolon asetonid, diflukortolon valerat, hidrokortison dan klobetasol. Rute pemberian dari yang terbanyak adalah Topikal, Oral, dan Intralesi. Bentuk sediaan obat dari yang terbanyak adalah cream, tablet, injeksi, dan ointment. Tingkat kesesuaian indikasi dan obat kortikosteroid yang diresepkan adalah 97,06% dan tingkat kesesuaian dosis yang diresepkan sebanyak 100%. Kesimpulan : Kesimpulan pada studi ini, sebagian besar dari obat kortikosteroid yang diresepkan dalam bentuk topikal. Terdapat perbedaan antara peresepan obat yang sama pada penyakit yang berbeda ataupun sebaliknya dan peresepan obat yang sama pada penyakit yang sama namun berbeda dosis dikarenakan kondisi pasien.
Efektivitas Vitamin D sebagai Terapi pada Dry Eye Izzati Mujahidah; Hendriati Hendriati; Kemala Sayuti; Muhammad Syauqie; Ulya Uti Fasrini; Erlina Rustam
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 4 No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jikesi.v4i1.1024

Abstract

Latar Belakang: Dry eye merupakan salah satu penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan merupakan penyakit yang cukup sering dikeluhkan. Terapi dry eye beragam, vitamin D diduga dapat menjadi salah satu pilihan terapi. Vitamin D diduga dapat menjadi salah satu pilihan terapi dry eye karena memiliki peran sebagai anti inflamasi, sehingga dapat memutus lingkaran setan dry eye, namun belum diketahui secara pasti efek yang dapat ditimbulkan vitamin D pada dry eye. Objektif: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek vitamin D sebagai terapi pada dry eye. Literatur didapatkan dari database PubMed dan Google Scholar. Metode: Penelitian berupa studi literatur naratif yang menganalisis literatur mengenai efek vitamin D pada dry eye dari tahun 2016 hingga 2021. Hasil: Didapatkan 12 literatur yang sesuai dengan seleksi judul serta kriteria inklusi dan eksklusi. Efek yang dilihat berdasarkan pemeriksaan pada battery test TFOS-DEWS II. Kesimpulan: Vitamin D memperbaiki secara signifikan keadaan dry eye. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan vitamin D dengan pilihan terapi lainnya dan kadar optimal vitamin D untuk terapi dry eye.