Nirmalasari Idha Wijaya
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur, Jl. Soekarno-Hatta, no. 2, Sangatta, Telp: 08125502753 email:nirmala_idha@yahoo.co.id

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Identifikasi Penyakit Pada Terumbu Karang di Pulau Gili Labak, Sumenep, Madura Lekatompessy, Deasly; Sa’adah, Nor; Wijaya, Nirmalasari Idha
Journal of Marine Research Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i4.41474

Abstract

Infeksi penyakit pada karang telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi terumbu karang global. Munculnya penyakit karang dicirikan dengan adanya perubahan warna, kerusakan dari skeleton biota karang, sampai dengan kehilangan jaringannya. Contoh penyakit karang yang tersebar di perairan indo-pasifik adalah black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB), Yellow Band Disease (YBD). Pulau Gili Labak atau yang lebih dikenal dengan Wisata Gili Labak merupakan salah satu wisata bahari yang terletak di sebuah pulau kecil Madura. Pulau Gili Labak saat ini sudah mulai dikembangkan di Kabupaten Sumenep karena adanya potensi pertumbuhan terumbu karang yang cukup baik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyakit pada terumbu karang, prevalensi penyakit karang, dan life form terumbu karang. Pengambilan data dilakukan dengan metode belt transek di tiga stasiun pengamatan di Pulau Gili Labak. Identifikasi penyakit dilakukan secara deskriptif berdasarkan buku coral dieses handbook dan referensi jurnal. life form yang ditemukan di pulau Gili Labak ada 9 tipe life form. Jenis penyakit  terumbu karang yang ditemukan di Pulau Gili Labak ada 4 jenis penyakit yaitu White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, dan Pink Line Syndrome. Prevalensi penyakit karang di Pulau Gili Labak dengan nilai rata-rata prevalensi sebesar (1,7%). Coral disease infections have been identified as one of the main factors deteriorating the condition of coral reefs globally. The emergence of coral disease is characterized by changes in color, damage to the skeleton of coral biota, and even loss of their tissues. There are examples of coral diseases that are spread in Indo-Pacific waters are black band disease (BBD), White Band Disease (WBD), White Syndromes (WS), Pink Blotch (PB), Ulcerative White Spot (UWS), Red Band Disease (RDB) , Yellow Band Disease (YBD). Gili Labak Island or better known as Gili Labak Tourism is one of marine tourism site located on the small island of Madura. Gili Labak Island is currently starting to be developed in Sumenep Regency because of the potential for quite good coral reef growth. This research aims to identify diseases on coral reefs, the prevalence of coral diseases, and the life form of coral reefs. Data collection was carried out using the belt transect method at three observation stations on Gili Labak Island. Disease identification was carried out descriptively based on the coral disease handbook and journal references. There are 9 types of life forms found on Gili Labak Island. There are 4 types of coral reef diseases found on Gili Labak Island, called White Band Disease, Ulcerative White Spot, White Syndrome, and Pink Line Syndrome. The prevalence of coral disease on Gili Labak Island with an average prevalence (1.7%).
LAND UTILIZATION AND DEVELOPMENT OF VANAME SHRIMP CULTIVATION IN COASTAL AREA, KUBU SUB-DISTRICT, KARANGASEM REGENCY, BALI Ramadhan, Ahmad Faizal; Wijaya, Nirmalasari Idha; Fatimah, Fatia
Aurelia Journal Vol 6, No 1 (2024): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/aj.v6i1.12934

Abstract

The pond land suitability is the most important things in shrimp farming to maintain production and ensure the development of aquaculture businesses. This research aims to determine the outland suitability of the coastal area of Karangasem Regency, evaluate the distribution pattern of cultivation activities and identify regional development factors. This research was a descriptive qualitative study where the analysis results related to mapping of land uses studies are presented descriptively. The data used in this study consisted of primary data: (i) physical-geographic of coastal areas; (ii) public aspirations in coastal areas, and secondary data traced from BPS, Ministry of ATR/BPN Office of Karangasem and PUPR Service Karangasem Regency. The results of this research showed that the spatial analysis of the land suitability in Kubu sub-district showed the land potential with high suitability is 1,009.46 ha; moderate suitability land level is 1,894.01 ha; for coastal areas that do not have potential or are not feasible for developing shrimp water ponds is 799.67 ha. The Kubu sub-district is a center of the shrimp water ponds development in Karangasem Regency, Bali. The existing condition of shrimp water ponds in Kubu sub-district are spread over 3 villages: Sukadana with 20.36 ha; Tianyar in 1,32 ha and West Tianyar with 0.47 ha in area. Through the analysis of internal and external factors of shrimp pond development activities in Kubu Subdistrict, showed that the coastal area of Kubu Subdistrict is very feasible to develop Vannamei shrimp.
Dampak Aktivitas Wisata Bahari Terhadap Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Gili Labak, Madura Wijaya, Nirmalasari Idha; Prasita, Viv Djanat
Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan Vol 15 No 2 (2024): Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan
Publisher : Faculty of Science and Technology University Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35316/jsapi.v15i2.5789

Abstract

Gili Labak is a small island in Sumenep Regency. The area of ​​the island is only ± 5 ha, of which 2.1 ha is a stretch of white sand. The width of the white sand beaches surrounding Gili Labak Island is an average of 20 meters wide, with a coastline of 1,200 meters, providing a wide and comfortable beach tourism area for visitors. The coral reef ecosystem on Gili Labak Island, which is in good condition, covers an area of ​​80.99 ha. This research aims to evaluate the impact of marine tourism activities on coral reef ecosystems. Research was conducted using qualitative and quantitative methods. In this research qualitative methods were used related to tourism activities. The quantitative research method used is a survey method to observe the condition of the coral reef ecosystem on Gili Labak Island, and collect spatial data and attribute data. To determine the impact of tourism on the island of Gili Labak, a questionnaire survey was used to determine the demographics of visitors, their activities on the island. The results of observations of oceanographic conditions obtained in 2019 versus 2023 oceanographic data are not too different. The condition that is very different is the coral cover which tends to decrease. Coral life forms tend to be stable, but there is a decrease in the number of life forms at station 2 which is located on the west side of the island. The results of observations on habitat resilience show that all habitats have high resistance to natural disturbances, but changes in land area and habitat structure easily occur due to human activities, such as marine tourism and fishing boats. Marine tourism activities contribute greater pressure to coral reefs than fishing activities.
Analisis Kesesuaian Lahan Tambak Dengan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur Hadrayani, Hadrayani; Wijaya, Nirmalasari Idha; Kaharuddin, Kaharuddin
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 2 No 1 (2014): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid II nomor 1 Juni 2014
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v2i1.60

Abstract

Dalam proses pembangunan tambak, pemilihan lokasi secara seksama merupakan tahapan awal yang perlu dipertimbangkan sebagai faktor penting yang menentukan keberhasilan kegiatan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi yang sesuai untuk perikanan tambak dengan menggunakan sistem informasi geografis di Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Sangkulirang merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Timur yang memiliki potensi budidaya tambak yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, maka dilakukan analisis kesesuaian lahan tambak yang bertujuan untuk mengetahui lahan yang sesuai untuk perikanan tambak dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Parameter yang menjadi dasar penilaian adalah penggunaan lahan, jenis tanah, tekstur tanah, topografi, curah hujan, kemiringan, jarak dari sungai dan jarak dari pantai. Proses untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan tambak meliputi beberapa proses yaitu metode pengumpulan data, pengolahan data dan analisis spasial yang dilakukan dengan teknik tumpang susun (overlay) beberapa peta tematik. Dari kedelapan parameter yang digunakan untuk analisis, tiap-tiap parameter diberi bobot dan skor. Penilaian secara kuantitatif terhadap tingkat kesesuaian lahan dilakukan melalui skoring dengan faktor pembobot dari setiap layer-layer peta berdasarkan kriteria yang telah dibuat. Dari hasil analisis spasial kesesuaian lahan tambak dikelaskan menjadi 3 kelas yaitu kelas sesuai (S1), kelas cukup sesuai (S2) dan kelas tidak sesuai (N). Hasil analisis spasial kesesuaian lahan untuk perikanan tambak di Kecamatan Sangkulirang maka diperoleh lokasi yang layak dikembangkan terdiri dari: lokasi sesuai (S1) seluas 447 hektar tersebar di sekitar aliran sungai dan lokasi cukup sesuai (S2) seluas 2.059 hektar, dimana lahan ini mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap produktifitas. Kelas ini masih bisa diusahakan menjadi lahan tambak dengan syarat dalam pengelolaannya diperlukan tambahan input teknologi.
Pengaruh Kedalaman Perairan Dan Pemotongan Capit Terhadap Laju Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Yang Dibudidayakan Dalam Battery Cell Dengan Sistem Silvofishery Bonar, Bonar; Wijaya, Nirmalasari Idha; Heriyati, Eny
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 3 No 2 (2015): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid III nomor 2 Desember 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v3i2.102

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Bingkar, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman perairan yang berbeda, terhadap laju pertumbuhan kepiting bakau yang dibudidayakan dalam Battery Cell dengan sistem Silvofishery serta untuk mengetahui apakah pemotongan capit dan kaki jalan pada bagian (merus) maupun tanpa dilakukan pemotongan mampu mempercepat laju pertumbuhan kepiting bakau. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok-Fatorial (RAK-F) dua factor, faktor A yaitu tingkat kedalaman (4 taraf : A1, A2, A3, A4) dan faktor B yaitu pemotongan capit (B2) dan tanpa pemotongan (B1) dengan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pada kedalaman perairan yang berbeda menunjukkan adanya peningkatan laju pertumbuhan harian pada tiap-tiap kedalaman. Pada kedalaman 40 cm, menunjukkan hasil yang terbaik, kemudian disusul berturut-turut kedalaman 60 cm, dipermukaan dan 20 cm. Pada kedalaman 40 cm, menunjukkan hasil yang optimal serta memiliki kualitas lingkungan yang cukup baik, Hal ini dibuktikan dengan adanya pengaruh kedalaman yang signifikan (P<0.05) terhadap laju pertumbuhan kepiting bakau. Sedangkan pada perlakuan pemotongan capit menunjukkan persentase yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemotongan, namun dari kedua perlakuan tersebut tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan (P>0.05) terhadap laju pertumbuhan kepiting bakau pada kedalaman perairan yang berbeda.
Kerapatan Mangrove terhadap Kandungan Logam Pb, Cu, dan Cd pada Daging Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Mangrove Wonorejo, Surabaya Wijaya, Nirmalasari Idha; Sanjaya, Rendy Febrianto
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid IX Nomor 2 Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v9i2.334

Abstract

Ekosistem mangrove Wonorejo digunakan untuk beberapa pemanfaatan yang berbeda, antara lain untuk budidaya tambak tradisional, dan budidaya silvofishery. Kerapatan vegetasi mangrove pada lokasi-lokasi tersebut berbeda, dimana silvofishery lebih rapat vegetasi mangrovenya. Saluran Avour merupakan suplai air tawar pada tambak-tambak yang berada di ekosistem mangrove, Wonorejo. Banyak sekali industri dan pemukiman yang dilewati sepanjang saluran avour ini dan diduga bahwa saluran ini membawa kandungan logam berat dan masuk ke dalam tambak-tambak yang berada disana baik tambak tradisional maupun silvofishery dan terakumulasi di dalam tubuh biota budidaya seperti ikan bandeng (Chanos chanos). Mangrove dikenal mampu mereduksi logam berat di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kerapatan mangrove terhadap kandungan logam berat pada daging ikan bandeng. Metode yang digunakan dalam menganalisis kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd adalah dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Dari keempat stasiun yang diteliti, yaitu tambak tradisional 1 dan 2 serta tambak silvofishery 1 dan 2 di ekosistem Mangrove Wonorejo, Surabaya ditemukan logam berat Pb pada daging ikan bandeng berturut-turut sebesar 0,181 ppm, 0,189 ppm, 0,114 ppm dan 0,125. Logam berat Cu sebesar 0,0091 ppm, 0,0095 ppm, 0,0052 ppm dan 0,0072 ppm. Logam berat Cd sebesar 0,019 ppm, 0,029 ppm, 0,015 ppm dan 0,014 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd pada daging ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di ekosistem Mangrove Wonorejo pada semua lokasi pengambilan sampel. Namun demikian konsentrasinya masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM No 5 Tahun 2018 dan SNI 7387:2009.
Pengaruh Konsentrasi Fosfat dan Nitrat terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya Wijaya, Nirmalasari Idha; Sari, Aprilyas Kusuma Amalia; Mahmiah, Mahmiah
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 10 No 1 (2022): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid X Nomor 1 Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v10i1.400

Abstract

Sungai Gunung Anyar Surabaya digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga karena terdapat pemukiman padat penduduk di sepanjang alirannya. Selain itu, terdapat tambak-tambak yang membuang sisa pakan dan sisa metabolisme ke Sungai Gunung Anyar. Limbah yang mengandung unsur hara seperti nitrat dan fosfat akan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Masuknya bahan organik nitrat dan fosfat, ke muara dapat mempengaruhi kualitas air yang berpengaruh pada keberadaan fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton di Perairan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Oktober sampai Desember 2021. Pengambilan sampel dilakukan pada sembilan stasiun dengan metode pengambilan fitoplankton secara horizontal. Analisis fitoplankton menggunakan Sedgwick Rafter Counter Cell (SRCC). Sampel air digunakan untuk menganalisis nitrat dan fosfat yang selanjutnya dianalisis menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Analisa data meliputi densitas absolut fitoplankton, indeks keanekaragaman fitoplankton, serta uji regresi untuk mengetahui hubungan nitrat dan fosfat dengan fitoplankton. Konsentrasi nitrat tergolong oligotrofik sedangkan konsentrasi fosfat tergolong mesotrofik. Kelimpahan fitoplankton termasuk dalam kategori oligotrofik. Indeks keanekaragaman (H’) termasuk dalam kategori sedang. Hubungan antara nitrat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi lemah, sedangkan hubungan antara fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi cukup.