Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DENGAN MENGGUNAKAN SPSS BAGI GURU SMK SANTO LEO JAKARTA Urbanus Ura Weruin; Lerbin Aritonang; Miharni Tjokro Saputro; Herlina Budiono
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.9425

Abstract

Classroom Action Research (CAR) is a scientific observation of classroom learning practices. As part of action research, research is intended as input, evaluation, and improvement of the quality of learning in the classroom. CAR training is important and relevant for the following reasons. First, CAR can improve the quality of education through improving the quality of the learning process. Second, motivating teachers to research and produce scientific works from the environment of daily learning activities. Third, improve the competency standards of teachers; especially pedagogical competence and professional competence. Fourth, stimulate the critical power and sensitivity of teachers to the dynamics of classroom learning. The Cycle of CAR starts from the planning, implementation, observation, and reflection stages. The instrument to analyze classroom action research data is SPSS. CAR Training using SPSS is needed because some teachers are not familiar using SPSS to measure the learning process in class. The teachers of SMK Santo Leo felt the need to receive this training. This PKM activity was carried out to enhanced teacher’s knowledge and skills to used SPSS in classroom action research. The results were that the teachers appreciated this activity and welcomed it positively. They are able to understand classroom action research procedures; able to compile a research proposal; compile a research questionnaire; and able to determine data analysis tools using SPSS. The following training stage is to provide assistance to teachers in conducting research practices and analyzing data so the theoretical knowledge and skills they acquire can be applied.  ABSTRAKPenelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan observasi ilmiah terhadap praktik pembelajaran di kelas. Sebagai bagian dari action research, penelitian terhadap kegiatan pembelajaran tersebut dimaksudkan sebagai masukan, evaluasi, perbaikan, dan peningkatan mutu pembelajaran dalam kelas. Pelatihan PTK merupakan sesuatu yang penting dan relevan karena alasan-alasan berikut. Pertama, PTK dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu proses pembelajaran. Kedua, memotivasi para guru untuk meneliti dan menghasilkan karya-karya ilmiah dari lingkungan kegiatan pembelajaran sehari-hari dalam kelas. Ketiga, meningkatkan standar kompetensi para guru; khususnya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Keempat, merangsang daya kritis dan kepekaan para guru terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Siklus PTK dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen yang dapat dipakai untuk menganalisis data PTK sehingga hasil yang diperoleh akurat adalah dengan menggunakan SPSS. Pelatihan PTK dengan menggunakan SPSS perlu dilakukan karena sebagian guru belum terbiasa menggunakan SPSS untuk mengukur proses belajar di kelas. Guru-guru SMK Santo Leo merasa perlu mendapatkan pelatihan tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan SPSS. Maka kegiatan PKM ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menggunakan SPSS dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Hasilnya adalah guru-guru mengapresiasi kegiatan PKM ini dan menyambut positif. Mereka semakin mampu memahami prosedur penelitian tindakan kelas; mampu menyusun proposal penelitian; menyusun kuesioner penelitian; serta mampu menentukan alat analisis data dengan menggunakan SPSS. Tahap pelatihan berikut yang perlu dilakukan adalah melakukan pendampingan terhadap para guru dalam melakukan praktik penelitian dan menganalisis data sehingga pengetahuan dan keterampilan teoretis yang mereka peroleh dapat diaplikasikan.
KRITIK PEDAGOGI KRITIS TERHADAP POLITIK DAN PRAKTIK PENDIDIKAN DALAM PEMIKIRAN IVAN ILLICH DAN HENRY GIROUX Urbanus Ura Weruin; Tony Sudirgo
PROSIDING SERINA Vol. 2 No. 1 (2022): PROSIDING SERINA IV 2022
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.851 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v2i1.18483

Abstract

Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia, praktik pendidikan dan pengajaran dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi berubah. Di satu sisi seluruh proses pendidikan dan pengajaran dilakukan secara daring.  Di sisi yang lain, platform teknologi pendidikan semakin beragam dan promosi pembelajaran lembaga di luar sekolah semakin masif.  Sentralitas dan dominasi sekolah semakin dilucuti. Praktik pendidikan dan pembelajaran daring telah mentransformasi praktik pendidikan, mengubah peran guru, dan melucuti dominasi sekolah sebagai agen kemajuan masyarakat. Maka pertanyaan kritis yang perlu dimunculkan di sini adalah apa kritik pemikiran pedagogi kritis pada umumnya dan pemikiran Ivan Illich dan Henry Giroux pada khususnya tentang peran dan praktik pendidikan dalam masyarakat modern saat ini? Penelitian kualitatif dengan metode content analysis ini akan menjawab pertanyaan tersebut. Hasil penelusuran kepustakaan menunjukkan bahwa, sejalan dengan kritik para pemikir pedagogi kritis, Illich mengritik institusi pendidikan yang menginjeksi kesadaran palsu bahwa masyarakat membutuhkan sekolah untuk maju. Pada hal pendidikan yang formalistik, dilembagakan, politis, dan dikelola menurut ‘kurikulum tersembunyi’ pada dasarnya politis dan melayani kepentingan lain di luar pendidikan. Yang perlu dibangun bukanlah sekolah melainkan ‘jaringan pembelajaran’ yang luas dan terbuka. Karena latar belakang sosial, lingkungan keluarga, media massa dan jaringan sosialisasi informal, turut menentukan prilaku, nilai, dan penilaian kritis masyarakat. Sementara Giroux memperjuangkan liberalisasi dan demokratisasi pendidikan melalui ‘pedagogi publik’ karena pendidikan dan pengetahuan pada dasarnya politis dan bermuatan kekuasaan. Transformasi pendidikan terutama dimulai dari membongkar jebakan kekuasaan dan kepentingan ekonomi dan politik kelompok dominan dalam masyarakat. Karena bagi Illich dan Giroux, pengetahuan itu sendiri bermuatan politis. Perubahan kurikulum pendidikan bukan sekadar keputusan politik melainkan melayani kepentingan tertentu dalam masyarakat. Dengan mengungkap motif, tujuan, kepentingan, keuntungan, dan kekuasaan apa yang dihasilkan melalui produksi pengetahuan, model transformasinkan pendidikan dapat dirumuskan secara tepat. Tujuan artikel hasil studi kepustakaan ini adalah mengingkatkan kembali para pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan agar merumuskan praktik pendidikan secara tepat. 
CITRA KEPEMIMPINAN SEBAGAI PELAYAN MENURUT ETIKA EMMANUEL LEVINAS URBANUS URA WERUIN; FEBIANA RIMA KAINAMA
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 6 No 02 (2024): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA - EDISI MEI -ADUSTUS 2024
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewasa ini kesuksesan sebuah organisasi sebagian ditentukan oleh model dan praktik kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi tersebut, apa pun organisasinya. Seorang pemimpin dituntut tidak hanya memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidangnya melainkan juga memiliki tipe dan gaya kepemimpinan yang tepat. Umumnya orang mengenal beberapa gaya kepemimpinan dalam organisasi yakni kepemimpinan otokratis, demokratis, karismatik, inovatif, partisipatif, transaksional, delegatif, situasional, transformasional, dan servant leadership. Model kepemimpinan pemimpin sebagai pelayan merupakan model kepemimpinan etis dengan visi dan gaya kepemimpinan yang menekankan kesadaran, nilai, orientasi, dan kebijakan-kebijakan praktis yang mengabdi pada kepentingan anggota, bawahan, insitusi, bahkan juga masyarakat luas secara keseluruhan. Dalam masyarakat Indonesia dimana banyak pejabat tersangkut persoalan korupsi, model kepemimpinan ini sangat relevan untuk dibahas dalam penelitian ini. Model kepemimpinan seperti ini, jika dilihat dari teori-teori etika, memiliki akar yang mendalam dalam pemikiran etika Emmanuel Levinas. Menurut Levinas, seorang pemimpin memiliki kewajiban etis yang bersifat mutlak, konkret, asimetris, untuk menerima, mengakui, mengapresiasi, dan memperhitungkan keberadaan orang lain dalam kedirian dan keberlainannya yang mutlak. Melalui penelitian kepustakaan dengan metode analisis isi, pertama-tama akan dijelaskan konsep dasar etika Levinas dan kemudian akan menarik implikasi-implikasi teori etika Levinas terhadap citra kepemimpinan servant leadership dalam organisasi. Bagi Levinas, pemimpin sejati adalah pemimpin yang menjadikan ‘Yang Lain’ sebagai tujuan akhir kepemimpinan. Seorang pemimpin wajib ‘memberikan diri’ kepada bawahanya agar mereka berkembang dengan potensi yang mereka miliki. Pemimpin dan manajemen perlu mengatasi kepentingan diri sendiri dan sebaliknya melayani pekerja, stakeholders, konsumen, kepentingan publik; dan masyarakat luas. Tanggung jawab seorang pemimpin ini melampaui aturan atau kode etik, tidak tergantikan, dan melulu demi kebaikan Yang Lain. Kepentingan bawahan, komunitas, masyarakat luas, dan semua stakeholders harus menjadi prioritas seorang pemimpin dan bukan kepentingan pribadi pemimpin.