Artikel ini secara khusus bertujuan untuk menelisik beberapa istilah yang berkaitan dengan inkulturasi. Hal ini penting terutama untuk memahami fenomena-fenomena yang lahir dan berkembang di tanah misi [Gereja lokal] dalam kaitan dengan karya evangelisasi dalam kesatuan dengan Gereja universal. Dengan cara ini, kiranya hasil telaahan terhadap konsep dan terminologi yang ada, pada gilirannya dapat menemukan term yang lebih tepat untuk mendefinisikan proses inkarnasi Injil dalam budaya. Selain itu, kiranya upaya cermat ini dapat membantu untuk menemukan alasan-alasan akan kebutuhan inkarnasi Injil dalam budaya dan bagaimana semangat kristiani itu diperkenalkan ke dalam budaya lokal. Selanjutnya, telaah kritis ini akan dilanjutkan dengan menemukan pijakan-pijakan biblis dan teologis yang secara ilmiah dapat dijadikan sebagai landasan bagi proses inkulturasi. Untuk sumber-sumber biblis, akan diangkat dua teks dari Perjanjian Lama yakni Kej. 12:1-3 dan Yes. 66: 18-21 dan dua teks dari Perjanjian Baru antara lain Mat. 28: 18-20 dan Kis. 10:34-36. Lebih jauh, mengenai sumber-sumber teologis, mencakup diskursus mengenai Inkarnasi sebagai titik tolak inkulturasi yang berpuncak pada misteri Paskah Kristus. Landasan teologis ini juga dicerahi dengan prinsip paradigmatik dari inkulturasi yang berpijak pada kehadiran dan karya Roh Kudus sebagai prinsip discernment dari inkulturasi. Kiranya kajian sederhana ini dapat menjadi acuan bagi siapa pun yang sudah, sedang, dan akan terus berjuang untuk semakin membuat Injil berakar, hidup, dan memberi daya ilahi dalam dan pada budaya-budaya lokal sehingga segala bentuk tata peribadatan dan perayaan liturgis semakin mendapat tanggapan dan partisipasi umat yang lebih aktif, sadar, dan total. Umat merayakan misteri iman [ lex orandi] yang ia pahami, ia yakini [lex credendi], dan karena itu menggerakkannya untuk menghidupi nilai-nilai iman itu dalam kesehariannya [lex vivendi]. Akhirnya, guna mendukung kajian ilmiah di atas, penulis melakukan studi kepustakaan dengan menggunakan sumber-sumber primer. Sumber-sumber asli ini kemudian dipelajari, dianalisis, dan ditelaah menurut perspektif teologi liturgi.