Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ecofeminism from a Catholic perspective: (Study of Bandung Diocese's thought through Laudato Si) Evi Fita Ulifia
SMARATUNGGA: JURNAL OF EDUCATION AND BUDDHIST STUDIES Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratungga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53417/sjebs.v2i1.67

Abstract

This study aims to understand the concept of ecofeminism through the study of Laudato Si from a Catholic perspective. This study uses a qualitative approach by applying descriptive analysis methods. Data collection techniques were carried out through library research and field studies on the Bandung Diocese of thought case. The formal object of this research is Laudato Si, a Catholic perspective on the thought of the Diocese of Bandung, while the material object of this research is ecofeminism. The results of the research and discussion in this study indicate that ecofeminism social movements that juxtapose the relationship between women and nature seem to have space and are openly accepted by Catholic teachings. Laudato Si is reflected in the thought of the Diocese of Bandung, which understands as an invitation to care for Mother Earth to maintain the ecosystem as a shared house. This study concludes that ecofeminism is in harmony with Laudato Si in a Catholic perspective through the thought of the Diocese of Bandung, which asserts that nature is the mother who gives birth and cares for life. This is a shared responsibility in maintaining the sustainability of nature and the environment.
Perempuan dan Korupsi Politik Ditinjau dari Perspektif Kepemimpinan Islam Evi Fita Ulifia
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i2.28040

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menaganilsis hubungan anatara perempuan dalam bidang politik  dengan tindak korupsi ditinjau melalui perspektif kepemimpinan Islam. Kiprah perempuan sebagai pemimpin dan aktif menjabat sebagai politisi menuai pro kontra dalam perspektif agama Islam, hal ini sejalan dengan konstruksi sosial di tengah masyarakat. Stigma tentang sensitivitas perempuan dalam hal perasa dianggap tidak cukup stabil menjalankan tugas sebagai pemimpin, perilaku hedonisme dan gaya hidup glamor dianggap erat melekat dan sebagai alasan timpang saat perempuan gagal memimpin dan melakukan Tindakan korupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan studi literatur menggunakan data sekunder. Penelitian menemukan hasil berupa pemberitaan akan sangat tajam menyoroti hal tersebut. Namun faktanya agama tidak benar-benar menjadi aturan mutlak yang dapat membebaskan seseorang dari kemungkinan bertindak curang dan salah. Hal ini menujukan korupsi tidak memandang gender atau kelamin manapun serta agama bukan solusi yang relevan dijadikan sebagai sandaran moralitas.
Agama Sebagai Kontrol Sosial Studi Pemikiran Emile Durkheim Evi Fita Ulifia
Al-Tadabbur Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : IAIN TERNATE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46339/altadabbur.v9i2.1172

Abstract

Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui peran agama sebagai control sosial yang ditinjau melalui pemikiran Emile Durkheim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah, metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi lapangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil berupa Agama acap kali dituding sebagai persoalan intoleransi yang terjadi di masyarakat, namun dalam sudut pandang yang lain agama diartikan sebagai ajaran yang memuat nilai serta norma yang mengarahkan umatnya dalam tindakan-tindakan positif serta salah satu indikator dalam kerukunan antar umat di tengah masyarakat yang dipelopori nilai-nilai agama. Dalam hal ini Durkeheim memiliki pandangan agama sebagai sesuatu yang sakral dan profan semestinya memiliki peluang lebih besar dalam mengcounter pemeluknya. Maka peran agama bersifat sebagai control sosial dapat menggiring pemeluknya kea rah yang toleran dan intoleran dalam satu waktu sekaligus tergantung pada penghayatan terhadap agama yang sejatinya bersifat abstrak. Namun secara umum pemeluk agama meyakini ajaran agama bersifat positif bagi tatanan kehidupan.