ABSTRAK Hiperurisemia merupakan hasil dari interaksi multifactor antara jenis kelamin, umur, genetik, dan factor lingkungan. Prevalensi hiperurisemia berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia adalah 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Bandar Lampung tahun 2016, penyakit hiperurisemia masuk kedalam 10 penyakit terbanyak yaitu 141.857 kasus. Di Puskesmas Sukaraja penyakit hiperurisemia merupakan penyakit urutan ketiga dengan jumlah kasus 996 kasus. Tujuan penelitian adalah diketahui faktor-faktor risiko hiperurisemia di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung Tahun 2017.Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian analitik pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan keluhan nyeri sendi yang berkunjung di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung pada 3 bulan terakhir tahun 2016 yang berjumlah rata-rata 249 orang. Sampel ditetapkan menjadi 92 orang. Analisis bivariate menggunakan uji Chi Square. Analisis Multivariat menggunakan regresi logistik.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan umur (p value 0,012. OR 3,2), jenis kelamin (p value 0,004. OR 3,875), status gizi (p value 0,021.OR 3,049), riwayat keturunan (p value 0,003.OR 4,053), frekuensi makan (p value 0,001.OR 5,571) dengan Hiperurisemia pada pasien di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Pola makan merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan Hiperurisemia pada pasien di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung Tahun 2017, dimana memiliki p value terrendah yaitu 0,001 dan nilai OR tertinggi yaitu 6,414. Saran pada masyarakat agar dapat mengatur pola konsumsi makanan sejak dari usia produktif terutama untuk asupan makanan yang banyak mengandung purin.ABSTRACTHyperuricemia is the result of a multifactorial interaction between gender, age, genetic, and environmental factors. Data health workers in Indonesia showed that the prevalence of hyperuricemia diagnosis is 11.9% and based on diagnosis or symptom is 24.7%. Based on the Health Profile in Bandar Lampung during 2016, the hyperuricemia disease was categorized as a 10th most diseases, it has 141.857 cases. In Sukaraja health center, hyperuricemia disease was categorized as a third place of the most diseases, it has 996 cases. The aim of study is observation of hyperuricemia risk factors at Sukaraja health center Bandar Lampung in 2017.This study was analytic quantitative research with cross sectional approach. The Population that was used in this study, all patients with symptoms of joint pain who visited the Sukaraja health center in the Bandar Lampung city at least 3 months in 2016. The number of population was 249 persons but minimum number of sample that were determined, 92 persons only. The data was analyzed by univariate, bivariate (Chi Square) and Multivariate analysis (logistic regression).The results showed correlation between age (p value = 0.012, OR 3.2), gender (p value = 0.004, OR 3.875), nutritional status (p value = 0.021, OR 3.049), history of descent (p value = 0.003, OR 4.053), Eating frequency of hiperurisemia (p value of 0.001, OR 5.571) with hyperuricaemia on patients at Sukaraja health center of Bandar Lampung in 2017. Dietary habit is the most dominant factor that has association with hyperuricaemia on patients at Sukaraja health center of Bandar Lampung in 2017, with the lowest p value is 0.001 and the highest OR value is 6.414. Suggestions can regulate food consumption patterns since the productive age, especially for the intake of foods that contain purine.