iriani sarah
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SONGKA BALA: PENGETAHUAN LOKAL DALAM MITIGASI BENCANA ALAM, SOSIAL DAN WABAH PENYAKIT PADA KOMUNITAS ADAT TABBANGA DI KABUPATEN GOWA iriani sarah; raodah hafid
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v7i2.202

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan lokal masyarakat komunitas Tabbanga dalam mitigasi bencana, baik bencana alam, sosial dan wabah penyakit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,dengan proses pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian menujukkan, bahw masyarakat Tabbanga yang berada di Kecamatan Pallangga, desa Julukanaya sampai saat ini dalam hal mitigasi bencana masih mengandalkan pengetahuan tradisional, dengan mengadakan ritual-ritual yang dianggap dapat menolak bencana. Oleh sebab itu komunitas Tabbanga setiap tahun melakukan ritual untuk mengatasi bencana, salah satu ritual yang dilaukkan adalah songka bala atau dalam bahasa Indonesia, disebut penolak bala. Dalam proses ritual, banyak bahan-bahan yang digunakan yang berupa simbol-simbol mengandung makna penolak bencana.  Baik itu benda-benda, maupun makanan yang ditampilkan berupa pisang,kue-kue dan makanan tradisional selalu bermakna menolak bencana. Pada proses ritual pemimpin adat tabbangalah yang melakukan komunikasi dengan roh-roh yang dianggap dapat menolak bencana yang akan menimpa masyarakat komunitas Tabbanga. Ritual untuk menolak bencana pada umumnya dilakukan di rumah pemimpin adat Tabbanga, sebab di rumah tersebut juga terdapat benda-benda pusaka yang dianggap sangat terkait dalam melakukan ritual yang tentunya akan mempengaruhi dikabulkan tidaknya permohonan doa mereka
SISTEM KEPEMIMPINAN PUA PADA MASYARAKAT ADAT CEREKANG iriani sarah
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.702 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.29

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem kepemimpinan tradisional di Luwu, khususnya Pua sebagai pemimpin masyarakat adat Cerekang yang dianggap sebagai bekas kerajaan tertua di Kabupaten Luwu. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa masyarakat Cerekang masih memegang teguh adat istiadat mereka dan menganggap dirinya masih keturunan dari raja pertama di Luwu, yakni Sawerigading. Oleh karena itu, masyarakat Cerekang masih mememiliki pemimpin adat yang dikenal dengan istilah pua, yakni pua laki-laki dan pua perempuan. Pua laki-laki yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannnya dan pua perempuan mengurus masalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bumi. Sampai saat ini, Pua merupakan seorang pemimpin informal yang sangat disegani oleh masyarakat Cerekang, karena dianggap sebagai penerus kepercayaan Sawerigading. Oleh sebab itu, tidak sembarang orang bisa menjadi Pua, karena ditentukan berdasarkan hasil pilihan dari dewata atau sang pencipta, menurut masyarakat Cerekang dan sampai saat ini masyarakat Cerekang sangat menghargai pua dan mengakui keberadaannya sebagai pemimpin spiritual mereka.