Nyoman Srilaba
Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ATONIK TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH JATI (Tectona grandis L.) Nyoman Srilaba; Jhon Hardy Purba; I Ketut Ngurah Arsana
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.677 KB) | DOI: 10.37637/ab.v1i2.400

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman dan konsentrasi atonik serta interaksinya terhadap perkecambahan benih jati. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 2 faktor yaitu lama perendaman (6 hari, 9 hari, dan 12 hari) serta konsentrasi atonik (0 ml/l larutan, 0,5 ml/l larutan, 1 ml/l larutan dan 1,5 ml/l larutan). Variabel yang diamati meliputi benih mulai berkecambah, akhir perkecambahan, lama perkecambahan, benih tidak berkecambah, benih rusah, benih berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, kecambah tumbuh dan tinggi kecambah umur 60 hari. Hasil penelitian menunjukkan lama perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap benih mulai berkecambah, benih tidak berkecambah, benih rusak, benih berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, kecambah yang tumbuh dan tinggi kecambah umur 60 hari. Sedangkan terhadap variabel yang lain berpengaruh tidak nyata. Lama perendaman benih selama 9 hari menunjukkan hasil yang terbaik terhadap benih mulai berkecambah yang tercepat yaitu 5 hst, benih yang tidak berkecambah terkecil yaitu 12,33%, benih berkecambah terbanyak yaitu 28,83%, kecepatan tumbuh kecambah yaitu 2,57% per etmal dan kecambah yang tumbuh yaitu 23%. Tetapi pada variabel tinggi kecambah umur 60 hari, lama perendaman selama 12 hari memberikan hasil yang paling tinggi yaitu 14,56 cm. Konsentrasi atonik berpengaruh sangat nyata terhadap benih rusak dan benih berkecambah dan berpengaruh nyata terhadap benih mulai berkecambah, benih tidak berkecambah, kecepatan tumbuh kecambah, kecambah yang tumbuh dan tinggi kecambah umur 60 hari. Sedangkan terhadap variabel yang lain berpengaruh tidak nyata. Konsentrasi atonik 1,5 ml/l menunjukkan hasil benih rusak terendah yaitu 12,67%, benih berkecambah tertinggi yaitu 26%. Interaksi antara lama perendaman selama 9 hari dan konsentrasi atonik 1,5 ml/l larutan menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan interaksi lainnya.
PENGARUH DOSIS PETROGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus Linn.) DI LAHAN KERING Made Suarsana; Nyoman Srilaba; I Made Suratmayasa
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.195 KB) | DOI: 10.37637/ab.v1i2.398

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Banjar Dinas Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem dari bulan Desember 2014 sampai dengan Pebruari 2015. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (split plot desgn) dengan dasar rancangan acak kelompok (RAK), terdiri dari dua faktor, yaitu varietas dan Dosis Pupuk Petroganik. Varietas terdiri dari 3 jenis, yaitu Vima-1, Murai dan Lokal Wono Sari. Dosis pupuk petroganik terdiri dari 3 taraf, yaitu 4 ton.ha-1, 8 ton.ha-1 dan 12 ton.ha-1. Variabel tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), umur munculnya bunga (hst), jumlah cabang primer per tanaman (tangkai), indeks luas daun (cm2), berat berangkasan pertanaman (g), berat kering oven berangkasan per tanaman (g), jumlah polong total per tanaman (buah), jumlah biji per polong (butir), jumlah biji per tanaman (butir), berat kering oven per 100 butir biji (g), berat kering panen biji per tanaman (g), berat kering oven biji per tanaman (g) dan berat kering panen biji per hektar (ton) diamati pada penelitian ini. Hubungan antara pemberian dosis petroganik dengan hasil biji per hektar pada varietas Vima-1 menunjukan hubangan yang kuadratik dengan persamaan Ŷ = -0,006x2 + 0,115x+ 0,996 dengan R2 = 0,515 sehingga diproleh dosis petroganik optimal yaitu sebesar 9,58 ton.ha-1 dan memproleh biji kering per hektar seberat 1,55 ton.ha-1, pada varietas Murai diproleh persamaan Ŷ = -0,011x2 + 0,135x+1,002 dengan R2 = 0,553 sehingga diproleh hasil biji kering panen per hektar yaitu 1,41 ton.ha-1 dan pada varietas Lokal Wono Sari menunjukan hubungan yang linier terhadap berat kering panen biji per hektar dengan persamaan Ŷ = 0,23x+1,312 dengan R2 = 0,528. Interaksi antara dosis petroganik dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati.