Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Identifikasi Kerusakan Pohon pada Hutan Tanaman Rakyat PIL, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia Rahmat Safei; Elmo Rialdy Arwanda; Rahmat Safe'i; Hari Kaskoyo; Susni Herwanti
Agro Bali : Agricultural Journal Vol 4, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Panji Sakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.222 KB) | DOI: 10.37637/ab.v4i3.746

Abstract

Hutan Tanaman Rakyat (HTR) merupakan hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. Salah satu penyebab menurunnya kesehatan HTR adalah rusaknya pohon.  Kerusakan pohon yang diabaikan akan menjadi ancaman serius dan mengakibatkan kematian pada pohon tersebut. Tujuan dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi kerusakan pada pohon di area HTR Panca Indah Lestari menggunakan parameter kerusakan pohon. Adapun tahapan-tahapan dari penelitian ini, antara lain: penetapan jumlah klaster plot, pembuatan klaster plot, pengukuran kerusakan pohon di lokasi penelitian, dan identifikasi kerusakan yang telah diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 217 individu dari 9 jenis pohon dengan intensitas 91% pohon yang terdapat kerusakan dan intensitas 9% pohon yang tidak terdapat kerusakan. Identifikasi kerusakan yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat enam lokasi kerusakan pohon yang terjadi dengan lokasi kerusakan terbanyak terjadi pada batang bagian bawah sebesar 54% (216 lokasi), dan terdapat delapan tipe kerusakan yang berlangsung dengan tipe kerusakan terbanyak ialah luka terbuka sebesar 45% (201 kerusakan), dan tingkatan keparahan sangat banyak berlangsung pada 10% sebesar 71%. Dengan demikian, hasil identifikasi kerusakan pohon menunjukkan perlu dilakukannya teknik pemeliharaan yang tepat pada tegakan hutan tanaman rakyat. Pemeliharaan ini dapat mengurangi kerusakan pohon yang terjadi sehingga kesehatan hutan tetap terjaga dan berkelanjutan.
KAJIAN KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM KEMITRAAN DI KPHP WAY TERUSAN Elva Elva; Hari Kaskoyo; Indra Gumay Febryano; Slamet Budi Yuwono
Jurnal Hutan Tropis Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Hutan Tropis Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2017
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.267 KB) | DOI: 10.20527/jht.v5i1.4049

Abstract

KPH is one solution to the problems of degradation and deforestation in almost the forests in Indonesia.  However, in its  development KPH have constraints in the institutional development of farmer groups that manage land in the areas through partnership programs. Interest of this study was to examine institutional Farmers Group Association (Gapoktan) in KPHP Way Terusan. The data collection was done by interview, and then analyzed descriptively.  The results shown that the process of farmer group (KTH) formation was a response from the partnership program so that farmer didn’t fully understand the direction and aims of KTH establishment. The implementation of the rules in the form of AD/ART didn’t fully done yet because both the board and the members were not involved in the formulation of AD/ART. Farmers believe that the board of KTH able to help the farming development to improve the welfare of the community. Capacity building needs to be done through counseling and training to Gapoktan and farmer groups to become stronger and independent.KPH merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan degradasi dan deforestasi yang terjadi di hampir seluruh wilayah hutan di Indonesia. Namun, dalam praktiknya KPH mengalami kendala yaitu pengembangan kelembagaan kelompok tani yang mengelola lahan di wilayahnya melalui program kemitraan. Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengkaji kelembagaan Gabungan Kelompok Tani di KPHP Way Terusan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.  Hasil penelitian menunjukan bahwa proses terbentuknya KTH merupakan respon dari program kemitraan sehingga masyarakat belum memahami sepenuhnya arah dan tujuan dibentuknya KTH. Implementasi aturan main dalam bentuk AD/ART belum sepenuhnya dilakukan karena baik dari pengurus maupun anggota tidak dilibatkan dalam pembentukan AD/ART. Masyarakat percaya bahwa pengurus KTH dapat membantu mengembangkan usaha tani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Peningkatan kapasitas masyarakat perlu dilakukan melalui penyuluhan dan pelatihan agar Gapoktan maupun kelompok tani menjadi lebih kuat dan mandiri.
KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG Local Wisdom of Springs Management in Sungai Langka Village, Gedong Tataan District, Pesawaran Regency, Lampung Province Muhammad Rasyid Lubis; Hari Kaskoyo; Slamet Budi Yuwono; Christine Wulandari
Jurnal Hutan Tropis Vol 6, No 1 (2018): Jurnal Hutan Tropis Volume 6 Nomer 1 Edisi Maret 2018
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v6i1.5109

Abstract

Local wisdom is the values or behaviors that exist in local communities to better with their environment. Sungai Langka Village has local wisdom in springs management. The research aims to know perception and attitude of community about the spring, to know local wisdom in the management of springs and to create local wisdom database. Sampling was conducted on August 2017 by using purposive sampling method then the data clarity method with interview using. Data were analyzed using Win AKT 5.55 rather than tabulated. Local wisdom conducted by the community of Sungai Langka Village is from the management action which is cooperation activity done on 1st, the conservation action by planting kemadu tree (Laportea sinuata), winong tree (Tetrameles nudiflora) dan beringin tree (Ficus benjamina) done in the eyes of the air like a piece of goat (ruwat bumi), eating together (ambengan), pray (kenduren) meditation in spring (tirakatan).Keyword : local wisdom; spring;  WIN AKT software.Kearifan lokal adalah tata nilai atau perilaku yang terdapat di dalam masyarakat lokal untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Desa Sungai Langka memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan mata air. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi dan sikap masyarakat mengenai mata air, mengetahui kearifan lokal dalam pengelolaan mata air dan membuat database kearifan lokal.  Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus 2017 dengan menggunakan metode purposive sampling dan metode pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan WIN AKT 5.55 dan ditabulasi. Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Sungai Langka yaitu mulai dari tindakan pengelolaan yaitu kegiatan gotong royong yang dilakukan pada satu suro, tindakan konservsi yaitu dengan menanam pohon kemadu (Laportea sinuata), pohon winong (Tetrameles nudiflora) dan beringin (Ficus benyaamina) dan tradisi yang dilakukan di mata air seperti potong kambing (ruwat bumi), makan bersama (ambengan), kirim do’a (kenduren) dan menunggu di mata air (tirakatan).Kata kunci: kearifan lokal; mata air; software WIN AKT
Mapping Stakeholder Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pantai Penyu Pangumbahan, Sukabumi Siti Fauzia Rochmah; Indra Gumay Febryano; Hari Kaskoyo; Endang Linirin Widiastuti; Rahmat Safe’i; Novita Tresiana
Journal of Tropical Marine Science Vol 5 No 2 (2022): Journal of Tropical Marine Science
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.535 KB) | DOI: 10.33019/jour.trop.mar.sci.v5i2.3405

Abstract

The existence of various stakeholders involved in the management of the conservation area is very important for the sustainability of the Pangumbahan Turtle Coastal Park conservation area. The purpose of this study is to map the stakeholders involved in efforts to protect conservation areas as protected areas and their roles. This study uses descriptive analysis through joint interviews with the stakeholders involved. The results obtained are, where DKP West Java, DKP Branch for the Southern Region of West Java, and the Pangumbahan Beach Turtle Park Service Unit as players where these stakeholders have very strong interests as well as influence or can be called the main actors; KKP, KLHK, Central Government, West Java Provincial Government, Pokmaswas Genteng Nusantara, Sukabumi Turtle Conservation Group, Pokdarwis Ekopatih, PT. Perfect South, PT. Indonesia Power, Ciracap Police, and Educational Institutions as contest setters because they have great influence but low interest; West Java Tourism Office, egg thieves, ojek tourism groups, fishermen, and Pelabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG) as subjects because they have high importance but do not have strong influence; while the West Java Forestry Service, the Pangumbahan Village Government and the Ciracap District Government as crowds because they have weak interests and influence. The interests and influences of these stakeholders have a real influence on the protection policy of the Pangumbahan Turtle Coastal Park. Every stakeholder involved must always evaluate the policies that have been implemented so that the management of the Pangumbahan Turtle Coastal Park conservation area can be sustainable.
KONTRIBUSI KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELURAHAN PINANG JAYA KOTA BANDAR LAMPUNG Shelva Ayuniza; Susni Herwanti; Christine Wulandari; Hari Kaskoyo
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 10, No 2 (2020): Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v10i2.40819

Abstract

Agroforestry is a utilization technique by combining woody plants (forestry) with crops, plantation crops, and livestock that are managed on one land. The agroforestry system can provide a better function, in terms of ecology, economy, and social culture that is important for agroforestry farming communities, one of which can provide income for farmers. This study aims to analyze how much the contribution of agroforestry plant composition to farmers' income. This research was conducted in Pinang Jaya Sub-District, Kemiling District, Bandar Lampung. To analyze the income, it is done by tabulating several groups of crop composition and calculating the income of farmers where the revenue is reduced by the cost of production. From the analysis and calculation results obtained eight plant compositions where composition V gets the highest income of Rp. 25.550.000 / kk / ha / year with cocoa (Theobroma cacao) and cloves (Eugenia aromatica) combined with petai plants (Parkia speciosa), papaya (papaya) Carica papaya), banana (Musa sp), jengkol (Pithecellobium lobatum), areca nut (Pinanga kuhlii), and durian (Durio zibethinus).Keywords : agroforestry, crop composition, income.Agroforestry merupakan teknik pemanfaatan dengan menggabungkan tanaman kayu (kehutanan) dengan tanaman perkebunan, dan peternakan yang dikelola di satu lahan. Sistem agroforestri dapat memberikan fungsi yang lebih baik, dalam hal ekologi, ekonomi, dan budaya sosial yang penting bagi masyarakat petani agroforestri, salah satunya dapat memberikan pendapatan bagi petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar kontribusi komposisi tanaman agroforestri terhadap pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Untuk menganalisis pendapatan, dilakukan dengan melakukan tabulasi beberapa kelompok komposisi tanaman dan menghitung pendapatan petani dimana pendapatan dikurangi dengan biaya produksi. Dari hasil analisis dan perhitungan diperoleh delapan komposisi tanaman dimana komposisi V mendapatkan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 25.550.000 / kk / ha / tahun dengan tanaman kakao (Theobroma cacao) dan cengkeh (Eugenia aromatica) yang dikombinasikan dengan tanaman petai (Parkia speciosa), pepaya (papaya) Carica pepaya), pisang (Musa sp), jengkol (Pithecellobium lobatum), pinang (Pinanga kuhlii), dan durian (Durio zibethinus)Kata kunci: agroforestry, komposisi tanaman, pendapatan
PENGARUH PERIODE PEMANENAN RESIN DAMAR TERHADAP PENDAPATAN PETANI REPONG DAMAR DI PEKON LABUHAN MANDI PESISIR BARAT Faisal Kurniawan; Hari Kaskoyo; Duryat Duryat; Rahmat Safe’I
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 11, No 1 (2021): Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v11i1.44919

Abstract

Repong Damar is a plot of land planted with various types of productive plants from various types of timber with economic value. The term repong damar is because the plant that is dominated by this plot of land is damar eye cat (Shorea javanica). The cat's eye resin tree (Shorea javanica) produces a type of non-wood forest product in the form of resin. Resin damar is one of the mainstay commodities which is a source of income for the community because it can produce in a short period and has sustainable management compared to other types of plants found in Repong Damar. Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The research objective was to determine the relationship between the harvesting period and the quantity and quality of resin damar which affects the income of resin farmers in Labuhan Mandi, Pesisir Barat Regency, Lampung Province. Data collection was carried out in June-August 2020. The sampling used in this study was purposive. This method was chosen to obtain uniformity in terms of the same growing area, a form of management, and plant genetic factors. The data were taken in the form of resin/tree quantity in 3 harvesting periods, namely a) 2 weeks; b) 3 weeks; c) 4 weeks, the percentage of resin quality based on market quality, namely 1) AB; 2) C; 3) D; 4) E; 5) ash; and the selling price of resin at the farmer level for each quality. Data analysis was performed using quantitative methods to calculate the amount of resin production, percentage of resin quality, and farmer income. The results showed that a harvest period of 4 weeks produced the highest resin quantity/month compared to a harvesting period of 3 weeks and a harvesting period of 2 weeks. The 4 week harvesting period also provides a higher percentage of AB resin quality than the 3 week harvesting period and the 2 week harvesting period, therefore the 4 week harvesting period provides higher farmer income than the 3 week harvesting period and 2 week harvesting period. Keywords: income, quality, quantity, resin damar AbstrakRepong Damar merupakan sebidang lahan yang ditanami oleh berbagai jenis tanaman produktif dari berbagai jenis kayu yang bernilai ekonomis.  Penyebutan repong damar karena tanaman yang didominasi pada sebidang lahan tersebut yaitu damar mata kucing (Shorea javanica).  Pohon damar mata kucing (Shorea javanica) menghasilkan salah satu jenis hasil hutan bukan kayu berupa resin.  Resin damar merupakan salah satu komoditi andalan yang menjadi sumber pendapatan masyarakat karena dapat menghasilkan dalam jangka waktu yang singkat dan pengelolaan berkelanjutan dibandingkan jenis tanaman lain yang terdapat di Repong Damar. Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara periode pemanenan dengan kuantitas dan kualitas resin damar yang berpengaruh terhadap pendapatan petani damar Labuhan Mandi, Kabupaten Pesisir barat, Provinsi Lampung. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2020.  Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode ini dipilih untuk mendapatkan keseragaman dalam hal tempat tumbuh yang sama, bentuk pengelolaan, dan faktor genetik tanaman.  Data yang diambil berupa kuantitas resin/pohon pada 3 periode pemanenan yaitu a) 2 minggu; b) 3 minggu; c) 4 minggu, persentase kualitas resin berdasarkan kualitas dipasaran yaitu 1) AB; 2) C; 3) D; 4) E; 5) abu; dan harga jual resin ditingkat petani untuk masing-masing kualitas. Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif untuk menghitung jumlah produksi resin, persentase kualitas resin, dan pendapatan petani.  Hasil menunjukan bahwa periode pemanenan 4 minggu menghasilkan kuantitas resin/bulan tertinggi dibandingkan periode pemanenan 3 minggu dan periode pemanenan 2 minggu.  Periode pemanenan 4 minggu ternyata juga memberikan persentase kualitas resin AB lebih tinggi dibandingkan periode pemanenan 3 minggu dan periode pemanenan 2 minggu, oleh karena itu periode pemanenan 4 minggu memberikan pendapatan petani yang lebih tinggi dibandingkan periode pemanenan 3 minggu dan periode pemanenan 2 minggu.Kata kunci : kualitas, kuantitas, pendapatan, resin damar