This Author published in this journals
All Journal Warta Perkaretan
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MEKANISME ANTAGONISME Trichoderma spp. TERHADAP BEBERAPA PATOGEN TULAR TANAH Intan Berlian; Budi Setyawan; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 32 No. 2 (2013): Volume 32, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.388 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i2.39

Abstract

Karet memiliki peran sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Beberapa kendala rendahnya produktivitas karet di Indonesia adalah kurangnya penerapan teknologi budidaya karet, gangguan cuaca, iklim dan hama penyakit. Penyakit jamur akar putih  yang disebabkan patogen Rigidoporus microporus merupakan penyakit penting pada tanaman karet. Salah satu alternatif untuk pengendalian JAP adalah pemanfaatan jamur Trichoderma spp. Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. terhadap jamur patogen tumbuhan yaitu dengan kompetisi terhadap tempat tumbuh dan nutrisi, antibiosis, dan parasitisme. Antibiosis mempunyai peran penting dalam proses pengendalian dan hampir selalu terkait dengan mekanisme lain yaitu kompetisi dan mikoparasitisme. Satu mekanisme penghambatan yang dimiliki Trichoderma spp. tidak dapat bekerja sendiri untuk menghasilkan penghambatan yang signifikan. Konsep pengendalian penyakit dengan agen hayati akan berhasil jika terdapat keseimbangan antara faktor suhu, pH, dan kelembaban yang optimum. Mekanisme antagonisme yang dimiliki oleh Trichoderma spp. berpotensi besar sebagai pengendali patogen tular tanah Rigidoporus microporus penyebab penyakit jamur akar putih.
BIOFUNGISIDA TRIKO COMBI SEBAGAI SALAH SATU PENGENDALI JAMUR AKAR PUTIH PADA TANAMAN KARET Budi Setyawan; Soekirman Pawirosoemardjo; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 32 No. 2 (2013): Volume 32, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.341 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i2.40

Abstract

Penyakit jamur akar putih yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet di Indonesia, baik di perkebunan besar maupun rakyat. Kerugian secara finansial akibat penyakit ini sangat tinggi terutama di perkebunan karet rakyat. Pengendalian yang disarankan untuk penyakit ini adalah dengan pengendalian terpadu yaitu integrasi beberapa teknik pengendalian seperti pembongkaran tunggul, tanaman penutup tanah kacangan, seleksi bahan tanam, tanaman antagonis, biofungisida serta fungisida kimia yang diaplikasikan secara bijak. Hasil pengendalian pada umumnya masih belum memuaskan karena beberapa kendala teknis maupun non-teknis. Salah satu kendala yang cukup mengganggu yaitu mahalnya biaya, terutama bagi pekebun karet rakyat. Sebagai salah satu unsur dalam pengendalian terpadu, pengendalian secara biologi merupakan metode yang berpotensi besar. Pengendalian biologi menggunakan Trichoderma sp. sudah digunakan secara luas dan terbukti efektivitasnya. Cara tersebut tidak hanya efektif sebagai upaya preventif, tetapi juga murah, mudah diaplikasikan, dan ramah terhadap lingkungan. Triko Combi merupakan biofungisida semi-komersial yang diformulasi Balai Penelitian Getas dan memiliki empat jenis bahan aktif, yaitu Trichoderma viride, Trichoderma koningii, Trichoderma harzianum dan satu strain lokal Trichoderma sp. Pada percobaan dengan infeksi buatan Rigidoporus microporus di pembibitan polibeg menunjukkan adanya penekanan intensitas penyakit oleh perlakuan kombinasi empat jenis Trichoderma spp. tersebut dibandingkan bibit tanpa perlakuan, maupun bibit dengan aplikasi fungisida kimia. Hasil yang signifikan juga diperoleh melalui pengujian penghambatan langsung miselium Rigidoporus microporus secara in-vitro di laboratorium.
PERKEMBANGAN PENELITIAN INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK PADA JARINGAN VEGETATIF TANAMAN KARET KLONAL (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Lestari Admojo; Ari Indrianto; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 33 No. 1 (2014): volume 33, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.72 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v33i1.46

Abstract

Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) saat ini masih menggunakan cara konvensional yaitu okulasi. Kelemahan teknik ini antara lain membutuhkan waktu yang lama, kebutuhan lahan yang luas, musim biji yang terbatas di samping juga diperlukan tenaga kerja yang cukup banyak. Permasalahan tersebut mengharuskan penelitian diarahkan pada perbanyakan bibit dengan tehnik yang lebih efisien dalam skala massal. Teknik kultur jaringan melalui embriogenesis somatik (EGS) membuka peluang tersebut. Induksi kalus embriogenik merupakan langkah awal untuk keberhasilan teknik EGS secara tidak langsung. Tulisan ini merangkum hasil penelitian induksi kalus embriogenik pada jaringan vegetatif tanaman karet klonal yang dimulai pada tahun 2008 hingga 2012. Hasil pengujian terhadap 6 klon karet (PB 260, PB 330, IRR 111, IRR 39, GT 1 dan IRR 112) menunjukkan bahwa klon IRR 112 dan PB 330 merespon pembentukan kalus embriogenik, dan membentuk fase embrio dari globular (IRR 112) hingga jantung dan torpedo (PB 330). Hasil pengujian jaringan vegetatif yang digunakan sebagai eksplan (helai daun, tangkai, ketiak tangkai, mata tunas) menunjukkan bahwa jaringan tangkai dan ketiak tangkai merespon terbentuknya kalus embriogenik. Kombinasi media dasar MS+2,4 D 5 ppm memberikan respon induksi kalus friabel terbaik dan MS+NAA 0,1 ppm+BAP 2 ppm memberikan respon kalus embriogenik terbaik, namun frekuensinya masih rendah. Tingkat browning masih tinggi yang menjadi faktor pembatas perkembangan kalus. Kalus yang bersifat embriogenik diharapkan berpotensi untuk diinduksi menjadi planlet melalui teknik embriogenesis somatik.
IDENTIFIKASI SIFAT KIMIA ABU VULKANIK DAN UPAYA PEMULIHAN TANAMAN KARET TERDAMPAK LETUSAN GUNUNG KELUD (STUDI KASUS: KEBUN NGRANGKAH PAWON, JAWA TIMUR) Saiful Rodhian Achmad; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 1 (2015): volume 34, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1822.441 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i1.60

Abstract

Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di dunia, yang tersebar di berbagai pulau. Pada awal tahun 2014 yang lalu, Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur meletus sehingga menimbulkan kerusakan di sekitarnya, termasuk perkebunan Ngrangkah Pawon. Meskipun demikian, dalam jangka panjang material vulkanik sangat bermanfaat untuk perkebunan karena dapat menyuburkan tanah. Abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai pembenah tanah sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari dan September 2014. Penelitian bertujuan mengindentifikasi dampak letusan Gunung Kelud, terhadap sifat kimia abu vulkanik dan tanah kebun Ngrangkah Pawon sekaligus menganalisis dampaknya terhadap kerusakan tanaman karet serta tindakan pemulihannya. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan mengambil contoh abu dan tanah serta pengamatan kondisi tanaman. Hasil analisis tanah dan abu menunjukkan kesuburan tanah cukup baik dicirikan pH tanah dan abu vulkanik berkisar 5-6 dan tergolong agak masam. pH tersebut merupakan pH optimum bagi pertumbuhan tanaman karet. Kandungan hara tanah terutama unsur makro P, dan K tergolong tinggi hingga sangat tinggi, sedangkan hara makro sekunder Ca dan Mg tergolong sedang hingga rendah. Hasil pengamatan kondisi visual tanaman karet enam bulan setelah letusan Gunung Kelud menunjukkan pemulihan tanaman cukup baik. Tindakan yang dilakukan untuk pemulihan tanaman yaitu pembukaan lapisan pasir di sekitar batang, pemberian bahan organik, pemberian mulsa, dan aplikasi pupuk anorganik.       Kata kunci:
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS SECARA KONTINU DENGAN TEKNOLOGI STIMULAN GAS ETILEN RIGG-9 Akhmad Rouf; Mudita Oktorina Nugrahani; Ari Santosa Pamungkas; Setiono Setiono; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 1 (2015): volume 34, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.746 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i1.61

Abstract

Penerapan teknologi penyadapan melalui penggunaan stimulan telah banyak dilakukan pada perkebunan karet. Ada dua jenis stimulan yang dapat dipilih, yaitu stimulan cair atau gas. Kedua jenis stimulan ini dapat meningkatkan produksi lateks. Bahan aktif stimulan cair adalah etefon (2-chloro ethyl phosphonic acid) yang akan menghasilkan gas etilen, sedangkan stimulan gas adalah gas etilen. Peningkatan produksi lateks dengan menggunakan stimulan cair lebih rendah dibandingkan stimulan gas. Penggunaan stimulan cair hanya dapat meningkatkan produksi lateks sekitar 30%, sedangkan stimulan gas dapat mencapai lebih dari 100% di atas kontrol (tanpa stimulan). Stimulan gas etilen RIGG-9 merupakan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Balai Penelitian Getas dengan sebuah perusahaan mitra. Penelitian stimulan gas etilen RIGG-9 yang telah dilakukan pada Kebun Kahuripan dan Kebun Cimangsud PT. Wiriacakra. Hasil penelitian selama 3 tahun (tahun 2010-2012) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang kontinu. Rata-rata produksi karet kering per pohon per sadap pada tahun pertama menggunakan stimulan gas etilen RIGG-9 sekitar 101,8 gram/pohon/sadap (g/p/s); pada tahun kedua meningkat menjadi 137,9 g/p/s; dan pada tahun ketiga sudah mencapai 143,0 g/p/s. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa aplikasi stimulan gas etilen tidak memberikan dampak negatif berupa penurunan produksi apabila prosedur aplikasinya benar dan kesehatan tanaman dijaga. Selain diterapkan secara selektif pada tanaman yang potensial dan sehat, juga diperlukan strategi berupa penerapan sistem sadap yang tepat, prosedur pemasangan aplikator stimulan gas yang benar, dan pemenuhan pupuk sesuai kebutuhan tanaman.