This Author published in this journals
All Journal Warta Perkaretan
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

URGENSI SENSUS LILIT BATANG SEJAK TBM 1 SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN KERAGAAN DAN KESERAGAMAN TANAMAN KARET Akhmad Rouf; Ari Santosa Pamungkas
Warta Perkaretan Vol. 32 No. 2 (2013): Volume 32, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.912 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v32i2.41

Abstract

Kecepatan tanaman karet memasuki matang sadap sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan pada saat fase tanaman belum menghasilkan (TBM). Pengukuran lilit batang merupakan parameter yang sering digunakan dalam mengevaluasi pertumbuhan TBM. Pada umumnya pengukuran lilit batang pada saat TBM 1 sampai dengan TBM 3 dilakukan secara sampling, sedangkan pada TBM 4 dan 5 dilakukan secara sensus. Pengukuran lilit batang secara sampling seringkali kurang mencerminkan keadaan tanaman sebenarnya. Hal tersebut disebabkan ada subjektivitas dalam pengambilan sampel. Dampak yang sering terjadi adalah hasil evaluasi TBM 1 – 3 dinilai memiliki lilit batang standar dan keragaan tanaman digolongkan baik bahkan superior. Setelah dilakukan sensus lilit batang pada TBM 4 dan 5, keragaan tanaman hasil penilaian kadang berbalik menjadi kurang baik dan persentase tanaman dengan lilit batang di bawah standar lebih banyak. Metode sensus sejak akhir TBM 1 dimaksudkan untuk mengidentifikasi setiap individu tanaman dan mengetahui kondisi tanaman secara lebih valid. Tanaman yang memiliki laju pertumbuhan kurang baik dapat segera diketahui dan dapat ditindaklanjuti melalui tindakan agronomis secara khusus dan selektif. Melalui tindakan tersebut, keragaan pada tanaman yang awalnya terhambat diharapkan menjadi lebih baik, sehingga persentase tanaman siap sadap semakin ditingkatkan dan waktu buka sadap tidak tertunda.
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS SECARA KONTINU DENGAN TEKNOLOGI STIMULAN GAS ETILEN RIGG-9 Akhmad Rouf; Mudita Oktorina Nugrahani; Ari Santosa Pamungkas; Setiono Setiono; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 1 (2015): volume 34, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.746 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i1.61

Abstract

Penerapan teknologi penyadapan melalui penggunaan stimulan telah banyak dilakukan pada perkebunan karet. Ada dua jenis stimulan yang dapat dipilih, yaitu stimulan cair atau gas. Kedua jenis stimulan ini dapat meningkatkan produksi lateks. Bahan aktif stimulan cair adalah etefon (2-chloro ethyl phosphonic acid) yang akan menghasilkan gas etilen, sedangkan stimulan gas adalah gas etilen. Peningkatan produksi lateks dengan menggunakan stimulan cair lebih rendah dibandingkan stimulan gas. Penggunaan stimulan cair hanya dapat meningkatkan produksi lateks sekitar 30%, sedangkan stimulan gas dapat mencapai lebih dari 100% di atas kontrol (tanpa stimulan). Stimulan gas etilen RIGG-9 merupakan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Balai Penelitian Getas dengan sebuah perusahaan mitra. Penelitian stimulan gas etilen RIGG-9 yang telah dilakukan pada Kebun Kahuripan dan Kebun Cimangsud PT. Wiriacakra. Hasil penelitian selama 3 tahun (tahun 2010-2012) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi yang kontinu. Rata-rata produksi karet kering per pohon per sadap pada tahun pertama menggunakan stimulan gas etilen RIGG-9 sekitar 101,8 gram/pohon/sadap (g/p/s); pada tahun kedua meningkat menjadi 137,9 g/p/s; dan pada tahun ketiga sudah mencapai 143,0 g/p/s. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa aplikasi stimulan gas etilen tidak memberikan dampak negatif berupa penurunan produksi apabila prosedur aplikasinya benar dan kesehatan tanaman dijaga. Selain diterapkan secara selektif pada tanaman yang potensial dan sehat, juga diperlukan strategi berupa penerapan sistem sadap yang tepat, prosedur pemasangan aplikator stimulan gas yang benar, dan pemenuhan pupuk sesuai kebutuhan tanaman.
RESPON HASIL PANEN LATEKS TANAMAN KARET KLON BPM 24 TERHADAP PERBEDAAN WAKTU APLIKASI STIMULAN PADA FREKUENSI SADAP D4 Mudita Oktorina Nugrahani; Akhmad Rouf
Warta Perkaretan Vol. 41 No. 2 (2022): Volume 41, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v41i2.823

Abstract

Pemberian stimulan yang dilaksanakan pada TM karet bertujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks dan pengurangan tenaga sadap sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi perkebunan karet. Proses aplikasi stimulan memerlukan tiga hal pertimbangan, yaitu dosis, konsentrasi dan frekuensi pemberian. Selain itu, agar pemberian stimulan memberikan hasil optimal juga perlu diperhatikan terkait waktu aplikasi yang tepat dan kondisi kesehatan tanaman. Sistem penyadapan d4 dimungkinkan waktu aplikasi stimulan lebih singkat dibandingkan penyadapan d3 atau justru sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu aplikasi stimulan yang tepat dan interaksinya terhadap produksi tanaman karet klon BPM 24 khususnya pada penyadapan d4. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, 1 faktor, yaitu waktu aplikasi stimulan meliputi 4 perlakuan, yaitu kontrol, T1 (15 jam sebelum disadap), T2 (20 jam sebelum disadap), T3 (40 jam sebelum disadap) dan T4 (45 jam sebelum disadap). Klon yang digunakan penelitian ini adalah BPM 24 TT 2000 dengan posisi panel sadap B0-2 (TBM terlambat dibuka sadap TBM 8) dengan Sistem sadap S/2 d4 ET2,5%.Ga.1.0 (2w) selama 6 bulan. Metode aplikasi stimulan yang digunakan adalah groove application (Ga) frekuensi 2 minggu sekali, konsentrasi 2,5% dan dosis sebanyak 1 gr/pohon/aplikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa waktu optimal untuk mengaplikasikan stimulan pada penyadapan d4 adalah 45 jam sebelum disadap atau sama dengan panduan umum frekuensi penyadapan d3. Secara fisiologis aplikasi stimulan tersebut juga masih relatif aman terhadap kesehatan tanaman dan proses metabolisme tanaman.