A Yuniastuti
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PAPARAN SENG DI PERAIRAN KALIGARANG TERHADAP EKSPRESI Zn-THIONEIN DAN KONSENTRASI SENG PADA HATI IKAN MAS Dewi, NK; Perdhana, FF; Yuniastuti, A
Jurnal MIPA Vol 35, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui paparan seng (Zn) di perairan Kaligarang terhadapekspresi Znthioneindan konsentrasi seng pada hati ikan mas (Cyprinus carpio ). Sebanyak200 ekor ikan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 100 ekor.Kelompok kontrol dipelihara di kolam ikan di Balai Benih Ikan Kabupaten Semarang,sedangkan kelompok perlakuan dipelihara pada karamba jaring apung di bagian hilirsungai Kaligarang. Setiap minggu sampel ikan diambil masing-masing lima ekor darikedua kelompok secara acak untuk diambil organ hatinya dan dianalisis konsentrasi sengdan Znthionein.Ikan pada kedua kelompok dipelihara hingga Znthioneinmuncul pada hatiikan. Metallothionein diisolasi dari hati ikan dan dianalisis menggunakan metode HighPerformanceLiquid Chromatography, dengan larutan standar seng. Setiap satu minggu sekali,konsentrasi seng terlarut pada sampel air dari kedua kelompok diukur dengan metodeAtomic Absorption Spectroscopy hingga Znthioneinmuncul. Hasil penelitian menunjukkanbahwa konsentrasi seng yang terlarut dalam air sungai Kaligarang adalah 0,078 mg/l, lebihtinggi dari nilai baku mutu air kelas I (0,05 mg/l). Rata-rata konsentrasi seng yangterabsorbi oleh hati ikan mas pada minggu ke-6 adalah 0,025868 mg/l, lebih rendah daribatas maksimum cemaran seng (100 mg/kg). Rata-rata konsentrasi seng pada hati ikansebesar 0,025868 μg/g dapat menginduksi munculnya Znthioneinpada hati ikan mas yanghidup di perairan Kaligarang pada minggu ke-6 perlakuan.  
PAPARAN SENG DI PERAIRAN KALIGARANG TERHADAP EKSPRESI Zn-THIONEIN DAN KONSENTRASI SENG PADA HATI IKAN MAS Dewi, NK; Perdhana, FF; Yuniastuti, A
Jurnal MIPA Vol 35, No 2 (2012): October 2012
Publisher : Jurnal MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui paparan seng (Zn) di perairan Kaligarang terhadap ekspresi Zn-thionein dan konsentrasi seng pada hati ikan mas (Cyprinus carpio L). Sebanyak 200 ekor ikan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 100 ekor. Kelompok kontrol dipelihara di kolam ikan di Balai Benih Ikan Kabupaten Semarang, sedangkan kelompok perlakuan dipelihara pada karamba jaring apung di bagian hilir sungai Kaligarang. Setiap minggu sampel ikan diambil masing-masing lima ekor dari kedua kelompok secara acak untuk diambil organ hatinya dan dianalisis konsentrasi seng dan Zn-thionein. Ikan pada kedua kelompok dipelihara hingga Zn-thionein muncul pada hati ikan. Metallothionein diisolasi dari hati ikan dan dianalisis menggunakan metode High-Performance Liquid Chromatography, dengan larutan standar seng. Setiap satu minggu sekali, konsentrasi seng terlarut pada sampel air dari kedua kelompok diukur dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy hingga Zn-thionein muncul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi seng yang terlarut dalam air sungai Kaligarang adalah 0,078 mg/l, lebih tinggi dari nilai baku mutu air kelas I (0,05 mg/l). Rata-rata konsentrasi seng yang terabsorbi oleh hati ikan mas pada minggu ke-6 adalah 0,025868 mg/l, lebih rendah dari batas maksimum cemaran seng (100 mg/kg). Rata-rata konsentrasi seng pada hati ikan sebesar 0,025868 µg/g dapat menginduksi munculnya Zn-thionein pada hati ikan mas yang hidup di perairan Kaligarang pada minggu ke-6 perlakuan. The research aims to find concentration of dissolved zinc in the water of Kaligarang River and absorbed zinc concentration inside the liver of carp, also to analyze zinc exposure in Kaligarang River toward Zn-thionein induction inside the liver of carp. The concentration of dissolved zinc was measured using Atomic Absorption Spectroscopy method until Zn-thionein emerges. Metallothionein was isolated from the liver of carp and analyzed using High-Performance Liquid Chromatography method, with the standard solution of zinc. The zinc concentration in the water from control group of 0 mg/l, while zinc concentration in the water from Kaligarang River of 0,078 mg/l. Zn-thionein does not emerge at both groups until the fifth week of treatment. Zn-thionein emerge at treatment group in the sixth week with an average concentration inside the liver of carp of 0,025868 µg/g. The result of t-test for zinc concentration inside the liver of carp from treatment group is significantly higher than control group. The concentration of dissolved zinc of 0,078 mg/l (higher than the Threshold Limit Values). The average zinc concentration inside the liver of carp of 0,025868 µg/g (lower than the permitted maximum value) was able to induce the emergence of Zn-thionein at the sixth week of treatment.
PENGARUH SUPLEMENTASI MADU KELENGKENG TERHADAP KADAR TSA DAN MDA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI TIMBAL (Pb) Kamilatussaniah, Kamilatussaniah; Yuniastuti, A; Iswari, RS
Jurnal MIPA Vol 38, No 2 (2015): October 2015
Publisher : Jurnal MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berasal dari emisi pembakaran bahan bakar. Peningkatan penggunaan bahan bakar pada mesin industri dan kendaraan bermotor menyebabkan peningkatan kadar Pb di udara. Masuknya Pb ke dalam tubuh akan mengganggu keseimbangan molekul lain sehingga menjadi radikal bebas. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan menyebabkan stres oksidatif yang ditandai dengan menurunnya total satus antioksidan (TSA) dan meningkatnya malondialdehid (MDA). Madu kelengkeng adalah suplemen kesehatan yang mengandung flavonoid, vitamin C, vitamin E dan beta karoten yang berperan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu kelengkeng terhadap kadar TSA dan MDA darah tikus putih yang diinduksi Pb. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok A (tikus normal), B (tikus dengan induksi Pb 10 mg/kgBB) dan C, D, E merupakan kelompok perlakuan suplementasi madu secara berturut-turut 0,45, 0,9, 1,8 ml/200 gramBB dan induksi Pb 10 mg/kgBB selama 14 hari. Data TSA dan MDA dianalisis menggunakan one way anova dan uji LSD untuk mengetahui perbedaan setiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan madu dengan dosis 1,8 ml/200 gramBB dapat meningkatkan kadar TSA dan menurunkan kadar MDA secara signifikan. Simpulan dari penelitian ini adalah madu dapat meningkatkan kadar TSA dan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diinduksi Pb. Lead (Pb) is heavy metal which comes from waste fuel emissions. Increased use of fuel in industrial machinery and vehicles causes increased levels of lead in the air. The entry of Pb into the body will disturb the ballance other molecules and became a free radicals. The imbalance between free radicals and antioxidants cause oxidative stress which characterized by decreased total antioxidant statue (TAS) and increased malondialdehid (MDA). Longan honey is health suplement which contained flavonoids, vitamin C, vitamin E and beta carotene. This study aims to determine the effect of longan honey against TAS and MDA levels of blood Pb-induced. This is an experimental research design with 25 white male rats Wistar, divided into 5 groups: group A (normal), B (rats with induced Pb 10 mg / kg) and the C, D, E is a group of honey supplementation treatment respectively 0.45, 0.9, 1.8 ml / 200 gramBB and induction of Pb 10 mg / kg for 14 days. TAS and MDA data were analyzed using one-way ANOVA and LSD test to determine differences in each group. The results showed that honey with a dose of 1.8 ml / 200 gramBB could increase levels of TAS and MDA levels were significantly lowered. The conclusions of this study is the honey can increase levels of TSA and lower levels of MDA in white rats induced Pb.
AKTIVITAS REACTIVE OXYGEN SPECIES MAKROFAG AKIBAT STIMULASI GEL LIDAH BUAYA PADA INFEKSI Salmonella typhimurium Susanti, R.; Yuniastuti, A; Iswari, RS
Jurnal MIPA Vol 35, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Jurnal MIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan salah satu lethal chemical yang dapatmembunuh dan mengeliminasi bakteri pada sel fagosit. Lidah Buaya (Aloevera) banyak dipakai sebagai pengobatan tradisional, tetapi belum ada buktiilmiah sampai tingkat seluler apalagi subseluler dalam hal efek imunostimulanpada penyakit infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitasimunostimulan dari gel lidah buaya yang ditunjukkan oleh aktivitas ROS makrofagsecara in vivo terhadap infeksi bakteri patogen Salmonella typhimurium. Sebanyak24 ekor mencit BABL/c betina umur 8-10 minggu berat 20-30 gram dikelompokkansecara acak menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok enam ekor.Kelompok kontrol tidak diberi gel Aloe vera, sementara kelompok P1, P2, dan P3berturut-turut diberi gel Aloe vera 0,5 ml/ekor/hari; 1,0 ml/ekor/hari, dan 1,5ml/ekor/hari. Pemberian gel Aloe vera dilakukan selama sembilan hari. Pada harike-6, mencit diinfeksi bakteri patogen Salmonella typhimurium intraperitoneal105 CFU. Selanjutnya pada hari ke-10 mencit didislokasi dan dibedah, diambilmakrofag dari peritoneum untuk dianalisis produksi ROS-nya. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pemberian gel Aloe vera berpengaruh signi..ikan terhadappeningkatan produksi ROS makrofag mencit BALB/c yang diinfeksi Salmonellatyphimurium. Terdapat perbedaan secara signi..ikan antara kelompok kontroldengan kelompok P1, P2, dan P3, tetapi tidak terdapat perbedaan signi..ikan antarkelompok P1, P2, dan P3. Pemberian gel Aloe vera dosis 0,5 ml/ekor/hari sudahmampu meningkatkan produksi ROS makrofag. Reactive Oxygen Species (ROS) is one of lethal chemicals that can kill and eliminatebacteria in phagocytic cells. Aloe vera is widely used as traditional medicine, but thereis no scienti..ic evidence to prove the effect of immunostimulatory of the Aloe vera gel oninfectious disease in the cellular or subcellular level. This research aims to determinethe immunostimulatory activity of Aloe vera gel showed by ROS macrophage activityin vivo on the infection of bacterial pathogen Salmonella typhimurium. This researchused 24 female mice BABL/c age 8-10 weeks weight 20-30 Gram. They were groupedrandomly in four groups consisting of six mice each. The mice in the control groupwere not given the Aloe vera gel, while group P1 was given the gel of 0,5ml/mice/day,group P2 was 1,0ml/mice/day, and group P3 was 1,5ml/mice/day. The gel was givenin nine days, and in 6th day the mice were infected by bacterial pathogen Salmonellatyphimurium then in 10th day the mice were dissected to take their macrophage fromperitoneum for being analyzed its ROS production. The result showed that there wasa signi..icant difference between control group and P1, P2, and P3 group, but there isno signi..icant difference between P1, P2, and P3 group. In conclusion, the dose of 0,5ml/mice/day was able to increase ROS macrophage production.
Efek Infusa Umbi Garut (Marantha arundinaceae L) Terhadap Kadar Glukosa dan Insulin Plasma Tikus yang Diinduksi Streptozotocyn Yuniastuti, A; Susanti, R; Iswari, R S
Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences Vol 41, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hiperglikemia merupakan faktor risiko terjadinya diabetes mellitus (DM). Salah satu pengelolaan penyakit DM adalah konsumsi makanan tinggi serat dan rendah indeks glikemik. Umbi garut (Marantha arundinaceae L) merupakan bahan pangan dengan tinggi serat dan rendah indeks glikemik. Penelitian ini bertujuan untukmembuktikan pengaruh infusa umbi garut terhadap kadar glukosadan insulin plasma tikus yang diinduksi streptozotocyn (STZ). Sebanyak 30 ekor tikus putih galur wistar jantan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor. Kelompok I (KI; kontrol sehat), diberi Na.CMC 1%. Kelompok II, III, IV dan V diinduksi hiperglikemia dengan pemberian STZ 40 mg/kgBB dosis tunggal secara intra peritoneal (i.p). Kelompok II (KII; kontrol negatif) tidak diberi infusa umbi garut, kelompok III, IV dan V berturut-turut diberi infusa umbi garut 120mg/kgBB; 240mg/kgBB, dan 360mg/kgBB. Infusa diberikan selama 28 hari. Kadar glukosa darah diukur dengan spektrofotometer, sedangkan kadar insulin diukur dengan ELISA.Data kadar glukoda dan insulin, masing-masing dianalisis statistik uji Kruskal Walis dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rerata kadar glukosa dan insulin plasma tikus KI berbeda nyata dengan KII dengan nilai p<0,05. Sementara KI tidak berbeda nyata dengan KIII, KIV, dan KV. Kelompok KII berbeda nyata dengan semua kelompok lainnya (p<0,05). Disimpulkan bahwa pemberian infusa umbi garutberpengaruh terhadap kadar glukosa dan insulin plasmatikus yang diinduksi STZ. Variasi dosis infusa umbi garut dalam penelitian ini, tidak berpengaruh terhadap perbedaan kadar glukosa dan insulin plasma tikus yang diinduksi STZ. Kata Kunci :umbi garut, glukosa darah, insulin plasma, streptozotocynHyperglycemia is a risk factor of Diabetes Mellitus (DM). One of the management of DM is by eat high-fiber and low glycemic index food. Arrowroot tuber (Marantha arundinaceae L) is a food with high fiber and low glycemic index content. The aim of this study was to prove the effect of Arrowroot tuber infusion on glucose and insulin levels of mices’ plasma which is induced by streptozotocyn (STZ). As many as 30 male wistar white mice were divided randomly into 5 groups, each group consists of 6 male wistar white mice. Group I (GI; healthy control), was given 1% Na.CMC. Group II, III, IV and V was induced hyperglycemia by addition 40 mg/kg(bw) of STZ single dose intra-peritoneally (i.p). Group II (GII; negative control) was not given arrowroot tuber infusion, group III, IV and V were given 120mg/kg(bw); 240mg/kg(bw), and 360mg/kg(bw) arrowroot tuber infusion respectively. Infusa was given for 28 days. Blood glucose levels were measured by spectrophotometer, insulin levels were measured by ELISA. Data of glucose and insulin levels were analyzed statistically by Kruskal Walis test with a significance level of 0.05. The results of the statistical analysis showed that the mean of glucose and insulin levels of GI rats’plasma were significantly different from GII rats’plasma with value of p <0.05. In the other hand, GI is not significantly different from GIII, GIV, and GV. The GII group was significantly different from all other groups (p <0.05). It was concluded that the addition of garut tuber infusion affected the levels of glucose and insulin of rats’ plasma which was induced by STZ. Variations of arrowroot tuber infusion doses in this study did not affect to the differences in glucose and insulin levels of rats’ plasma which was induced by STZ.
PAPARAN SENG DI PERAIRAN KALIGARANG TERHADAP EKSPRESI Zn-THIONEIN DAN KONSENTRASI SENG PADA HATI IKAN MAS Dewi, NK; Perdhana, FF; Yuniastuti, A
Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences Vol 35, No 2 (2012): October 2012
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui paparan seng (Zn) di perairan Kaligarang terhadap ekspresi Zn-thionein dan konsentrasi seng pada hati ikan mas (Cyprinus carpio L). Sebanyak 200 ekor ikan dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok 100 ekor. Kelompok kontrol dipelihara di kolam ikan di Balai Benih Ikan Kabupaten Semarang, sedangkan kelompok perlakuan dipelihara pada karamba jaring apung di bagian hilir sungai Kaligarang. Setiap minggu sampel ikan diambil masing-masing lima ekor dari kedua kelompok secara acak untuk diambil organ hatinya dan dianalisis konsentrasi seng dan Zn-thionein. Ikan pada kedua kelompok dipelihara hingga Zn-thionein muncul pada hati ikan. Metallothionein diisolasi dari hati ikan dan dianalisis menggunakan metode High-Performance Liquid Chromatography, dengan larutan standar seng. Setiap satu minggu sekali, konsentrasi seng terlarut pada sampel air dari kedua kelompok diukur dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy hingga Zn-thionein muncul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi seng yang terlarut dalam air sungai Kaligarang adalah 0,078 mg/l, lebih tinggi dari nilai baku mutu air kelas I (0,05 mg/l). Rata-rata konsentrasi seng yang terabsorbi oleh hati ikan mas pada minggu ke-6 adalah 0,025868 mg/l, lebih rendah dari batas maksimum cemaran seng (100 mg/kg). Rata-rata konsentrasi seng pada hati ikan sebesar 0,025868 µg/g dapat menginduksi munculnya Zn-thionein pada hati ikan mas yang hidup di perairan Kaligarang pada minggu ke-6 perlakuan. The research aims to find concentration of dissolved zinc in the water of Kaligarang River and absorbed zinc concentration inside the liver of carp, also to analyze zinc exposure in Kaligarang River toward Zn-thionein induction inside the liver of carp. The concentration of dissolved zinc was measured using Atomic Absorption Spectroscopy method until Zn-thionein emerges. Metallothionein was isolated from the liver of carp and analyzed using High-Performance Liquid Chromatography method, with the standard solution of zinc. The zinc concentration in the water from control group of 0 mg/l, while zinc concentration in the water from Kaligarang River of 0,078 mg/l. Zn-thionein does not emerge at both groups until the fifth week of treatment. Zn-thionein emerge at treatment group in the sixth week with an average concentration inside the liver of carp of 0,025868 µg/g. The result of t-test for zinc concentration inside the liver of carp from treatment group is significantly higher than control group. The concentration of dissolved zinc of 0,078 mg/l (higher than the Threshold Limit Values). The average zinc concentration inside the liver of carp of 0,025868 µg/g (lower than the permitted maximum value) was able to induce the emergence of Zn-thionein at the sixth week of treatment.
AKTIVITAS REACTIVE OXYGEN SPECIES MAKROFAG AKIBAT STIMULASI GEL LIDAH BUAYA PADA INFEKSI Salmonella typhimurium Susanti, R.; Yuniastuti, A; Iswari, RS
Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences Vol 35, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan salah satu lethal chemical yang dapatmembunuh dan mengeliminasi bakteri pada sel fagosit. Lidah Buaya (Aloevera) banyak dipakai sebagai pengobatan tradisional, tetapi belum ada buktiilmiah sampai tingkat seluler apalagi subseluler dalam hal efek imunostimulanpada penyakit infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitasimunostimulan dari gel lidah buaya yang ditunjukkan oleh aktivitas ROS makrofagsecara in vivo terhadap infeksi bakteri patogen Salmonella typhimurium. Sebanyak24 ekor mencit BABL/c betina umur 8-10 minggu berat 20-30 gram dikelompokkansecara acak menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok enam ekor.Kelompok kontrol tidak diberi gel Aloe vera, sementara kelompok P1, P2, dan P3berturut-turut diberi gel Aloe vera 0,5 ml/ekor/hari; 1,0 ml/ekor/hari, dan 1,5ml/ekor/hari. Pemberian gel Aloe vera dilakukan selama sembilan hari. Pada harike-6, mencit diinfeksi bakteri patogen Salmonella typhimurium intraperitoneal105 CFU. Selanjutnya pada hari ke-10 mencit didislokasi dan dibedah, diambilmakrofag dari peritoneum untuk dianalisis produksi ROS-nya. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pemberian gel Aloe vera berpengaruh signi..ikan terhadappeningkatan produksi ROS makrofag mencit BALB/c yang diinfeksi Salmonellatyphimurium. Terdapat perbedaan secara signi..ikan antara kelompok kontroldengan kelompok P1, P2, dan P3, tetapi tidak terdapat perbedaan signi..ikan antarkelompok P1, P2, dan P3. Pemberian gel Aloe vera dosis 0,5 ml/ekor/hari sudahmampu meningkatkan produksi ROS makrofag. Reactive Oxygen Species (ROS) is one of lethal chemicals that can kill and eliminatebacteria in phagocytic cells. Aloe vera is widely used as traditional medicine, but thereis no scienti..ic evidence to prove the effect of immunostimulatory of the Aloe vera gel oninfectious disease in the cellular or subcellular level. This research aims to determinethe immunostimulatory activity of Aloe vera gel showed by ROS macrophage activityin vivo on the infection of bacterial pathogen Salmonella typhimurium. This researchused 24 female mice BABL/c age 8-10 weeks weight 20-30 Gram. They were groupedrandomly in four groups consisting of six mice each. The mice in the control groupwere not given the Aloe vera gel, while group P1 was given the gel of 0,5ml/mice/day,group P2 was 1,0ml/mice/day, and group P3 was 1,5ml/mice/day. The gel was givenin nine days, and in 6th day the mice were infected by bacterial pathogen Salmonellatyphimurium then in 10th day the mice were dissected to take their macrophage fromperitoneum for being analyzed its ROS production. The result showed that there wasa signi..icant difference between control group and P1, P2, and P3 group, but there isno signi..icant difference between P1, P2, and P3 group. In conclusion, the dose of 0,5ml/mice/day was able to increase ROS macrophage production.
PENGARUH SUPLEMENTASI MADU KELENGKENG TERHADAP KADAR TSA DAN MDA TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI TIMBAL (Pb) Kamilatussaniah, Kamilatussaniah; Yuniastuti, A; Iswari, RS
Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences Vol 38, No 2 (2015): October 2015
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berasal dari emisi pembakaran bahan bakar. Peningkatan penggunaan bahan bakar pada mesin industri dan kendaraan bermotor menyebabkan peningkatan kadar Pb di udara. Masuknya Pb ke dalam tubuh akan mengganggu keseimbangan molekul lain sehingga menjadi radikal bebas. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan menyebabkan stres oksidatif yang ditandai dengan menurunnya total satus antioksidan (TSA) dan meningkatnya malondialdehid (MDA). Madu kelengkeng adalah suplemen kesehatan yang mengandung flavonoid, vitamin C, vitamin E dan beta karoten yang berperan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu kelengkeng terhadap kadar TSA dan MDA darah tikus putih yang diinduksi Pb. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu kelompok A (tikus normal), B (tikus dengan induksi Pb 10 mg/kgBB) dan C, D, E merupakan kelompok perlakuan suplementasi madu secara berturut-turut 0,45, 0,9, 1,8 ml/200 gramBB dan induksi Pb 10 mg/kgBB selama 14 hari. Data TSA dan MDA dianalisis menggunakan one way anova dan uji LSD untuk mengetahui perbedaan setiap kelompok. Hasil penelitian menunjukkan madu dengan dosis 1,8 ml/200 gramBB dapat meningkatkan kadar TSA dan menurunkan kadar MDA secara signifikan. Simpulan dari penelitian ini adalah madu dapat meningkatkan kadar TSA dan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diinduksi Pb. Lead (Pb) is heavy metal which comes from waste fuel emissions. Increased use of fuel in industrial machinery and vehicles causes increased levels of lead in the air. The entry of Pb into the body will disturb the ballance other molecules and became a free radicals. The imbalance between free radicals and antioxidants cause oxidative stress which characterized by decreased total antioxidant statue (TAS) and increased malondialdehid (MDA). Longan honey is health suplement which contained flavonoids, vitamin C, vitamin E and beta carotene. This study aims to determine the effect of longan honey against TAS and MDA levels of blood Pb-induced. This is an experimental research design with 25 white male rats Wistar, divided into 5 groups: group A (normal), B (rats with induced Pb 10 mg / kg) and the C, D, E is a group of honey supplementation treatment respectively 0.45, 0.9, 1.8 ml / 200 gramBB and induction of Pb 10 mg / kg for 14 days. TAS and MDA data were analyzed using one-way ANOVA and LSD test to determine differences in each group. The results showed that honey with a dose of 1.8 ml / 200 gramBB could increase levels of TAS and MDA levels were significantly lowered. The conclusions of this study is the honey can increase levels of TSA and lower levels of MDA in white rats induced Pb.