Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL (Konteks Budaya Minangkabau) Kori Lilie Muslim
Tamaddun Vol 1, No 1 (2017): Januari-Juni 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.874 KB) | DOI: 10.30983/fuaduna.v1i1.441

Abstract

This paper aims to analyze the influence of Islamic values in Indonesia in the form of culture and local wisdom of the Minangkabau people. We will discover the extraordinary fact that Minangkabau local culture and wisdom has a very high Islamic value. Culture is something very important in society, because culture is identity. Culture makes a society different from another society. In society, culture has its own value, just like the Arabic culture and Indonesian culture. The different from Arabic culture and Indonesian culture is influenced by desert. The arabic live in difficult way whereas the Indonesian live in prosperous area. The prosperous area. will create an extraordinary culture. Besides, the local wisdom in Indonesia is influenced by the sharia value. That is because of Islam has become the majority that affects everyone in Indonesia, espe cially Minangkabau people. The presence of Islam in Malay brought new concepts and values that replace the mystical values toward rational thinking. Islam also capable in solving unresolved problems in previous Malay beliefs. The deep influence makes Malay culture identicl with Islam. This is due to the proverb mention “ "syarak mengata adat memakai", which implies that custom is an operational of Islamic values. In addition, Malay culture are sourced from Islam and there is nothing opposite to Islam, if there is a conflict among the custom, the custum must succumb. This is expressed in “tradition be upon the religion, the religion be upon the Qur’an” Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai Islam di Indonesia dalam Budaya dan kearifan lokal orang Minangkabau. Kita akan menemukan fakta yang luar biasa, bahwa budaya dan kearifan lokal Minangkabau memiliki nilai Islam yang sangat tinggi. Berbicara tentang budaya, budaya adalah Sesuatu yang sangat penting dalam masyarakat, karena budaya adalah identitas. Budaya membuat suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya. Dalam masyarakat, budaya memiliki nilai, tapi itu berbeda disetiap masyarakat. Kalau kita bandingkan dengan budaya Arab, penyebab budaya Indonesia berbeda dengan budaya Arab adalah budaya Arab dipengaruhi oleh padang pasir, jadi mereka hidup dalam kehidupan yang sulit sedangkan kehidupan orang Indonesia, mereka hidup pada daerah subur. Kawasan subur akan menciptakan budaya yang luar biasa. Kearifan lokal dalam masyarakat bisa dipengaruhi oleh Agama. Di Indonesia, kearifan lokal dipengaruhi oleh nilai syariah. Itu terjadi, karena Islam telah menjadi mayoritas yang mempengaruhi setiap orang di Indonesia, masyarakat Minangkabau khususnya. Kehadiran Islam di dunia Melayu membawa konsep-konsep dan nilai-nilai baru yang menggeser nilai-nilai yang berbau mistis ke arah pemikiran yang rasional. Islam juga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang tak terpecahkan dalam keyakinan orang Melayu sebelumnya. Begitu dalamnya pengaruh Islam dalam kebudayaan Melayu sehingga banyak kalangan mengatakan bahwa Melayu identik dengan Islam. Hal ini disebabkan karena adanya pepatah adat yang menyebutkan “syarak mengata adat memakai”, yang mengandung arti bahwa adat merupakan operasional dari nilai-nilai Islam. Di samping itu adat dalam kebudayaan Melayu bersumber dari Islam dan tidak boleh ada pertentangan adat dengan Islam, jika terdapat pertentangan maka adatlah yang mengalah. Hal ini diungkapkan dalam pepatah adat “adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”.
DINAMIKA BERPAKAIAN PELAJAR SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN SOLOK MASA PEMERINTAHAN GAMAWAN FAUZI 1995-2005 Uci Permata Sari; Melia Afdayeni; Suriani Suriani; Kori Lilie Muslim
Tabsyir: Jurnal Dakwah dan Sosial Humaniora Vol. 4 No. 2 (2023): April : Jurnal Dakwah dan Sosial Humaniora
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/tabsyir.v4i2.103

Abstract

This paper aims to look at the changes in the dress of school students in Solok Regency during the reign of Gumawan Fauzi. This change was motivated by the issuance of regional regulation letter No. 6 of 2002 concerning Muslim and Muslim women's clothing. This title was taken from 1995 to 2005. The type of research used is qualitative research. The method used in this research is historical research method using steps (1) heuristics or source collection (2) source criticism, (3) interpretation, (4) historiography. From the results of the research conducted, during the reign of Mr. Gamawan Fauzi found that there was a change in the form of dress for elementary school students in Solok Regency, this was caused by a circular issued by Mr. Gamawan Fauzi regarding the way elementary school (SD) students dressed. From 1995 to March 2002 the clothes worn by elementary school students were wearing short-sleeved shirts for both men and women and wearing short skirts for women while men for men also wore short pants and did not wear headscarves for women, whereas after being expelled regional regulation letter No. 6 of 2002, namely that there was a change in the dress of female and male students wearing long sleeves and long male skirts for female students and wearing headscarves while male students wore trousers. While the meaning of changing the clothes of school students is: This change of clothes also has a meaning which means to protect the private parts, especially for female students, to guard against disturbances that will damage the genitals and also by wearing closed clothes also avoid the fires of hell in the future and also fortify themselves and the next generation of the nation so that they do not fall into a culture that is not in accordance with the teachings of Islam
Pelatihan Penulisan Ranji Bagi Masyarakat Nagari Dilam Sumatera Barat Suriani Suriani; Melia Afdayeni; Kori Lilie Muslim; Anggun Perdani; Nikmatul Husna
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 3 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i3.899

Abstract

Pelatihan penulisan ranji ini bertujuan untuk membantu masyarakat Nagari Dilam dalam menyusun ranji keluarganya. Selama ini masyarakat Nagari Dilam menganggap Ranji atau Silsilah Keluarga sering tidak terlalu penting, padahal ia memiliki peran yang besar bagi masyarakat Sumatera Barat. Ketiadaan ranji dapat menyebabkan berbagai masalah, diantaranya konflik kepemilikan tanah yang bahkan sudah terjadi sejak masa kolonial Belanda. Kegiatan pelatihan ini menggunakan metode PAR (Participatory Action Research), melalui berbagi cerita dengan masyarakat dan pemerintahan Wali Nagari Dilam, wawancara kepada Syahrial kepala Jorong Kapalo Koto, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) dengan menghadirkan Datuak Unggun dan Janawir sebagai pakar dan pemangku kepentingan, serta pelatihan penulisan ranji kepada dua puluh orang masyarakat Nagari Dilam yang mewakili dari lima suku yang ada di Nagari Dilam. Hasil kegiatan ini adalah setengah dari peserta pelatihan sudah memiliki ranji yang siap untuk disahkan oleh Mamak Kapala Waris, Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Wali Nagari Dilam.