Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

DINAMIKA SISTEM PENDIDIKAN ISLAM (SURAU) MINANGKABAU PRA DAN PASCA PEMBAHARUAN Melia Afdayeni
Tamaddun Vol 1, No 1 (2017): Januari-Juni 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.401 KB) | DOI: 10.30983/fuaduna.v1i1.442

Abstract

The existence of Islamic education institutions in Minangkabau has faced a very significant development. It was estimated as old as the Islamic age in this region (Minangkabau). Starting from the surau system of traditional education, Minangkabau succeed in producing the greatest scholars and Islamic intellectuals who have contributed in the development of Islam in the archipelago in the past. For more than three centuries ago, surau sytem have played an important role for the development of the scientific tradition in this country. Islamic intellectual tradition seems to have suitable place for the growth and development of all forms of Islamic tradition. Also, it produces the genius idea about Islam and eventually became an identity and entities of Islamic in Minangkabau. Thus, surau has functioned as a place of transformation of highly qualified Islamic scholarship.,/em> Eksistensi lembaga pendidikan islam di Minangkabau telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Usianya diperkirakan setua usia Islam di wilayah ini (Minangkabau). Berawal dari sistem pendidikan tradisional surau, daerah Minangkabau berhasil melahirkan ulama-ulama besar dan intelektual Islam yang memiliki andil dalam perkembangan Islam di Nusantara pada masa lalu. Selama lebih dari tiga abad yang lalu, lembaga pendidikan surau telah memainkan peran penting bagi perkembangan tradisi keilmuan di negeri ini. Tradisi intelektual Islam seolah-seolah mendapat tempat yang sangat cocok untuk tumbuh dan berkembangnya segala bentuk tradisi keilmuan Islam dan banyak melahirkan ide jenius tentang keislaman yang pada akhirnya menjadi sebuah identitas dan entitas Islam di Minangkabau. Dengan demikian surau telah memainkan fungsinya sebagai tempat transformasi keilmuan Islam yang sangat mumpuni.
DINAMIKA BERPAKAIAN PELAJAR SEKOLAH DASAR (SD) DI KABUPATEN SOLOK MASA PEMERINTAHAN GAMAWAN FAUZI 1995-2005 Uci Permata Sari; Melia Afdayeni; Suriani Suriani; Kori Lilie Muslim
Tabsyir: Jurnal Dakwah dan Sosial Humaniora Vol. 4 No. 2 (2023): April : Jurnal Dakwah dan Sosial Humaniora
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/tabsyir.v4i2.103

Abstract

This paper aims to look at the changes in the dress of school students in Solok Regency during the reign of Gumawan Fauzi. This change was motivated by the issuance of regional regulation letter No. 6 of 2002 concerning Muslim and Muslim women's clothing. This title was taken from 1995 to 2005. The type of research used is qualitative research. The method used in this research is historical research method using steps (1) heuristics or source collection (2) source criticism, (3) interpretation, (4) historiography. From the results of the research conducted, during the reign of Mr. Gamawan Fauzi found that there was a change in the form of dress for elementary school students in Solok Regency, this was caused by a circular issued by Mr. Gamawan Fauzi regarding the way elementary school (SD) students dressed. From 1995 to March 2002 the clothes worn by elementary school students were wearing short-sleeved shirts for both men and women and wearing short skirts for women while men for men also wore short pants and did not wear headscarves for women, whereas after being expelled regional regulation letter No. 6 of 2002, namely that there was a change in the dress of female and male students wearing long sleeves and long male skirts for female students and wearing headscarves while male students wore trousers. While the meaning of changing the clothes of school students is: This change of clothes also has a meaning which means to protect the private parts, especially for female students, to guard against disturbances that will damage the genitals and also by wearing closed clothes also avoid the fires of hell in the future and also fortify themselves and the next generation of the nation so that they do not fall into a culture that is not in accordance with the teachings of Islam
Pelatihan Penulisan Ranji Bagi Masyarakat Nagari Dilam Sumatera Barat Suriani Suriani; Melia Afdayeni; Kori Lilie Muslim; Anggun Perdani; Nikmatul Husna
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 6 No 3 (2024): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v6i3.899

Abstract

Pelatihan penulisan ranji ini bertujuan untuk membantu masyarakat Nagari Dilam dalam menyusun ranji keluarganya. Selama ini masyarakat Nagari Dilam menganggap Ranji atau Silsilah Keluarga sering tidak terlalu penting, padahal ia memiliki peran yang besar bagi masyarakat Sumatera Barat. Ketiadaan ranji dapat menyebabkan berbagai masalah, diantaranya konflik kepemilikan tanah yang bahkan sudah terjadi sejak masa kolonial Belanda. Kegiatan pelatihan ini menggunakan metode PAR (Participatory Action Research), melalui berbagi cerita dengan masyarakat dan pemerintahan Wali Nagari Dilam, wawancara kepada Syahrial kepala Jorong Kapalo Koto, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) dengan menghadirkan Datuak Unggun dan Janawir sebagai pakar dan pemangku kepentingan, serta pelatihan penulisan ranji kepada dua puluh orang masyarakat Nagari Dilam yang mewakili dari lima suku yang ada di Nagari Dilam. Hasil kegiatan ini adalah setengah dari peserta pelatihan sudah memiliki ranji yang siap untuk disahkan oleh Mamak Kapala Waris, Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Wali Nagari Dilam.