Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

THE EFFECT OF GENOCISM IN ISLAMIC EDUCATION THOUGHT Imron Bima Saputra; M. Fajri Syahroni Siregar
Proceeding International Seminar of Islamic Studies INSIS 2 (January 2021)
Publisher : Proceeding International Seminar of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.714 KB)

Abstract

This study is very interesting to study, starting from the background that discusses the emergence of the understanding of Sufism or genocism among Muslims which was marked in the 8th to 13th century Masehi. Sufism or genocism it self is an understanding of getting closer to Allah Swt so as to get happiness in this world and the akhirat. The methodology in this research is descriptive qualitative, with historical approaches and other related sources. From the results of this research, it can be found about: the development of genocism in the realm of Islamic thought, monumental figures and works, the division of Sufism, traces of genocism in Islamic education thought and the influence of Genocism in Islamic education thought.Keywords:The Effect, Genocisme, Islamic Education Thought
PEMBERDAYAAN UMAT MELALUI AL-JAM’IYATUL WASHLIYAH DI SUMATERA UTARA Imron Bima Saputra; Muhammad Luthfie Ramadhani
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 3 No. 12: Desember 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jpm.v3i12.9485

Abstract

Pengabdian ini mengkaji sisi pemberdayaan umat Al-Jam’iyatul Washliyah khusus di SUMUT, Tujuan Pengabdian ini adalah untuk mengetahui siapa pendiri gerakan keislaman al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara, bagaimana aspek sosial dan tipologi gerakan keislaman al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara dan apa Suku pendiri gerakan keislaman al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara. Adapun Pengabdian ini berjenis field research (studi lapangan). Sebab hal-hal yang berkenaan dengan rumusan masalah di atas dapat diketahui setelah melaksanakan pengabdian secara langsung. Pendiri al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara adalah; Ismail Banda (sebagai ketua I), A.Rahman Sjihab (sebagai ketua II), M.Arsjad Thalib Lubis (sebagai ketua III), Adnan Nur (sebagai penulis II), M.Ya’qub (sebagai bendahara), Syamsuddin, Jusuf Ahmad Lubis, A. Malik, A. Aziz Effendy (sebagai pembantu-pembantu) dan Muhammad Junus (sebagai panasihat). Aspek sosial dan tipologi al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara. Dari aspek sosial al-washliyah membangun peradaban Islam dari beberapa Pendidikan kelembagaan. Sedangkan tipologinya merupakan gerakan tipologi ahlu sunnah wal-jama’ah. Suku pendiri al-Jam’iyatul Washliyah di Sumatera Utara adalah suku yang notabennya berasal dari suku Mandailing dan minoritasnya berasal dari suku Melayu
TRADISI DALAM MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA Indra Syahputra; Muhammad Aidil Nur; Alang Sidek; Imron Bima Saputra
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 7: Desember 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i7.9336

Abstract

Tradisi dalam modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia merupakan kajian yang sangat menarik mengingat Pendidikan Islam Indonesia terus berevolusi menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Kajian ini menggunakan metode peneloitian kualitatif studi Pustaka, dimana penulis mengumpulkan sumber datanya dari berbagai literatur baik literatur klasik maupun kontemprer. Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa Islam tradisional adalah gerakan yang didedikasikan untuk membangkitkan kembali tradisi Islam sebagai realitas spiritual dalam menghadapi perubahan ke arah kontemporer, bahwa indikasi atau ciri lembaga pendidikan Islam yang dikategorikan modern itu adalah: Pertama, dimasukkannya mata pelajaran umum ke madrasah. Kedua, penerapan system klasikal dengan segala kaitannya. Ketiga, ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang pada prinsip manajemen pendidikan. Keempat, lahirnya lembaga pendidikan Islam baru yang diberi nama madrasah. Kelima, diterapkannya beberapa mengajar selain metode yang lazim dilakukan di pesantren, seperti sorogan dan wetonan. Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, tarik menarik antara upaya mempertahankan tradisi dengan modernisasi itu sangat jelas terjadi sebagaimana misalnya di pesantren