I Wayan Watra
Universitas Hindu Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TRI MURTI IDEOLOGI SOSIO-RELIGIUS MEMPERSATUKAN SEKTE-SEKTE DI BALI I Wayan Watra
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 18 No 2 (2018): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.733 KB) | DOI: 10.32795/ds.v9i2.153

Abstract

Agama merupakan sumber yang dapat menciptakan kedamaian di hati, kedamaian di dunia, dan kedamaian di akhirat. Tetapi demikian sebaliknya, agama juga merupakan sumber yang dapat menciptakan kehancuran manusia dan alam semesta. Salah satu konsep agama, yaitu “Tri Murti”, yang besumberkan pada Weda dengan menggabungkan Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Konsep Tri Murti ini dipraktekkan oleh Mpu Kuturan pada tahun 845 Masehi. Ajaran Mpu Kuturan yang mengangkat konsep Tri Murti menggabungkan 15 sekte atau agama kepercayaan seperti; 1). Siwa Siddhanta, 2). Pasupata, 3). Bhairawa, 4). Wesanawa, 5). Bodha (Sogatha), 6). Brahma, 7). Resi, 8). Sore, 9). Ganapatya, 10). Agama Sambhu memuja Arca, 11). Agama Brahma memuja Matahari/Api, 12). Agama Indra memuja Gunung dan Bulan, 13). Agama Wisnu memuja Hujan dan Banjir, 14). Agama Bayu memuja Bintang, dan Angin Ngelinus (Puting Bliung), 15). Agama Kala menyembah tempat-tempat yang keramat. Kelima belas sekte dan agama ini dipersatukan oleh ideologi “Tri Murti”.
IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DI SMP NEGERI 5 SINGARAJA I Nyoman Mendra; I Wayan Watra
DHARMASMRTI: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 19 No 1 (2019): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.279 KB) | DOI: 10.32795/ds.v10i1.335

Abstract

Sebagai umat beragama hendaknya menyadari untuk mampu dalam mengelola lingkungan, bahwa kerusakan lingkungan menyebabkan resiko yang sangat patal. Bila hal ini disadari betapa pentingnya wawasan tentang pengelolaan lingkungan hidup supaya terjaga kelestariannya. Untuk mempertahankan keasrian lingkungan hidup tidak mudah karena banyak tantangan. Berdasarkan konsep Tri Hita Karana SMP Negeri 5 Singaraja bisa membuktikan asri dan lestari merupakan dampak yang sangat baik bagi kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan harapan generasi penerusnya bisa mewariskan secara berkelanjutan. Tulisan ini akan membahas tiga permasalahan, yaitu: a). Strategi Implementasi Tri Hita Karana, b). Faktor yang menghambat Implementasi, dan Dampak Implementasi Tri Hita Karana di SMP Negeri 5 Singaraja.
PREVENTIF WABAH COVID-19 SAAT NYEPI DI BALI: KAJIAN PERSPEKTIF AGAMA HINDU I Wayan Watra
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 3 No 1 (2020): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1523.982 KB)

Abstract

Sungguh amat luar biasa wabah Virus Corona Covid 19, yang melanda dunia, termasuk bangsa Indonesia. Virus gumpalan infeksi kecil yang terbuat dari DNA atau RNA, dan terbungkus dalam mantel protein. Dengan penyebarannya sangat dahsyat, dengan korban terus bertambah. Akibat dari mewabahnya virus Corona (Covid 19) bertepatan dengan hari Nyepi 25 Maret 2020, yang dikutip tangal 26 Maret 2020 di Indonesia mengalami kasus 790, Meninggal 58 kasus, dan sembuh 31 kasus. Khususnya di Bali terdapat 9 kasus, dan dua orang asing yang meninggal. Kemudian secara internasioanal per tanggal, 25 Maret 2020, di Dunia 467.090 Kasus, 2.283 meninggal, 46.316 Sembuh Sepanjang sejarah belum yang saya tahu tidak pernah ada virus yang hebat seperti ini. Tulisan ini mengkaji lebih dalam lagi, khususnya di Bali terkait dengan wabah ini yang ada persamaannya dengan Grubug gering, dan bagaimana cara pencehahannya. Setelah dikaji ternyata kasus wabah ini pernah ada pada jaman kerajaan di Bali Utara dan juga di Bali selatan, yang disebut dengan grubug gering, yaitu meninggalnya manusia dalam jumlah banyak tanpa sebab yang jelas. Cara pencegahanannya dapat dilakukan secara sekala (ilmiah), mengikuti petunjuk pemerintah. Kemudian dipadukan dengan prepentif yang bersifat niskala (non ilmiah) melalui budaya tradisional Bali seperti penanganan wabah Grubug gering, berdoa dengan sarana sederhana berupa bumbu dapur, untuk memperoleh keselmatan bagi umat manusia.