Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN COLUMN HEAD PADA SISTEM FLAT SLAB DENGAN DROP PANEL Damai Reformasi Gea; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 4, November 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i4.6310

Abstract

Proyek konstruksi dewasa ini mengalami banyak perkembangan  yang membuat setiap pekerja proyek berbondong-bondong melakukan inovasi. Salah satu inovasi terkini pada proyek kontruksi terdapat pada perancangan pelat lantai. Pada mulanya perancangan pelat lantai di desain dengan metode konvensional dimana metode ini membutuhkan biaya dan waktu yang tinggi. Sehingga para pekerja konstruksi berinovasi untuk merancang sebuah pelat tanpa memakan banyak biaya dan waktu. Hasil inovasi itu ditemukan salah satu metode perancangan pelat yang sering disebut flat slab.Tujuan dari penelitian ini ialah melihat pengaruh geser dan momen pada flat slab jika kita menggunakan drop panel dan column head pada kolom. Analisis ini menggunakan metode pendekatan pelat dan metode elemen hingga. Dimana pendekatan Pelat menggunakan metode portal ekivalen.
ANALISIS PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE PADA KAPASITAS LENTUR BETON BERTULANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Alvin Purmawinata; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 2, Mei 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i2.6952

Abstract

Structural strengthening is needed when a structure has degrading servicability, but it is also required  for structures that have changed functions and anticipate due to errors in design and implementation of construction. Strengthening that is popular now is using Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP). Besides being strong, the installation is very fast and the operation can continue without being interrupted. To analyze the calculation of this structural strengthening, it will refer to ACI 440.2R-17 because Indonesia does not yet have regulations that govern it. Then we need another method to analyze the strengthening of this structure as a comparison, the finite element method. In this research, a bending capacity analysis will be carried out on reinforced concrete beams reinforced with CFRP Plate. Modeling is done by modeling reinforced concrete blocks without strengthening (BT), with reinforcement CFRP Plate (BTF). The result is that the addition of CFRP  plates to reinforced concrete beams can increase the flexural capacity by 103.5% but the deflection decreases by 68.9%. . CFRP Plate used has not reached the optimum strength according to specifications. The maximum stresses on CFRP on BTF beam are only 69.5% of its tensile strength. However, according to the ACI 440.2R-17 calculation, the CFRP stress and strain are also reduced and are not designed based on the stress and strain according to specifications. Stress design of  CFRP  on BTF beam according to the ACI 440.2R-17 calculation is only 38.1% of its tensile strength.AbstrakPerkuatan struktur diperlukan saat struktur sudah mengalami penurunan daya layan,selain itu juga perlu dilakukan untuk struktur yang mengalami perubahan fungsi maupun mengantisipasi akibat kesalahan perancangan maupun pelaksanaan konstruksi.. Perkuatan yang sedang populer kini adalah menggunakan Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP) . Selain kuat, pemasangannya sangat cepat dan operasional dapat terus berjalan tanpa terganggu. Untuk menganalisis perhitungan perkuatan struktur ini, akan mengacu kepada ACI 440.2R-17 karena Indonesia belum memiliki peraturan yang mengatur. Maka diperlukan metode lain sebagai pembanding yaitu metode elemen hingga. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis kapasitas lentur terhadap balok beton bertulang yang diberi perkuatan CFRP Plate. Pemodelan dilakukan dengan memodelkan balok beton bertulang tanpa perkuatan (BT) ,dengan perkuatan CFRP Plate (BTF). Hasilnya adalah dengan penambahan CFRP Plate pada balok beton bertulang dapat meningkatkan beban kuat lentur sebesar 103,5 % namun lendutannya turun sebesar 68,9 %. CFRP Plate yang digunakan belum mencapai kekuatan optimum sesuai spesifikasi. Tegangan maksimum pada CFRP pada balok BTF  hanya 69,5% dari kuat tariknya. Akan tetapi, menurut perhitungan ACI 440.2R-17 , tegangan dan regangan CFRP juga direduksi dan tidak didesain berdasarkan tegangan dan regangan sesuai spesifikasi. Tegangan CFRP desain pada balok BTF menurut perhitungan ACI 440.2R-17 hanya 38,1% dari kuat tariknya.
ANALISIS DINAMIK PERILAKU GEDUNG DENGAN KETIDAKBERATURAN MASSA PADA MASING-MASING TINGKAT TERHADAP BEBAN GEMPA Leonardus Ivan; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 3, Agustus 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i3.5836

Abstract

Di Indonesia, gempa bumi merupakan bencana alam yang sangat sering terjadi. Intensitas terjadinya gempa yang tinggi di Indonesia akibat posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dan posisinya yang berada di daerah Cincin Api Pasifik yang merupakan sabuk gempa bumi terbesar di dunia. Namun, sebenarnya bukan gempa bumi yang menyebabkan korban, melainkan disebabkan oleh bangunan yang rubuh karena tidak mampu merespons dengan baik getaran gempa. Ketidakmampuan struktur merespons getaran gempa, salah satunya adalah akibat terdapatnya ketidakberaturan struktur. Ketidakberaturan struktur yang akan dibahas pada Skripsi ini adalah ketidakberaturan massa. Struktur yang dimodelkan adalah gedung bertingkat yang memiliki ketidakberaturan massa sebesar 300% pada setiap tingkat secara terpisah. Gedung yang dimodelkan memiliki 10 tingkat dan terletak pada Kota Lombok. Gedung dianalisis secara dinamik menurut SNI 1726:2012 dengan bantuan program ETABS, terhadap beban gempa. Analisis dinamik yang digunakan adalah analisis ragam respons spektrum dan analisis ragam riwayat waktu. Respons gedung yang ditinjau adalah gaya geser tingkat, simpangan lateral tingkat, dan simpangan antar lantai tingkat pada masing-masing pemodelan gedung. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa beban gempa hasil kedua analisis dinamik memiliki deviasi yang kecil. Dengan demikian, kedua analisis dinamik relatif dapat menggambarkan beban gempa yang akan terjadi sebenarnya. Hasil analisis yang didapat menggunakan kedua metode analisis dinamik tersebut, menunjukkan bahwa ketidakberaturan massa dinyatakan relatif aman jika berada pada 10-20% ketinggian gedung and dinyatakan berbahaya jika diletakkan pada ketinggian paling atas dan 90%, 70%, 40%, dan 30% dari ketinggian gedung.
ANALISIS PERBANDINGAN JEMBATAN PELAT CONTINUOUS SPAN BENTANG PENDEK DENGAN SISTEM KONVENSIONAL DAN PRATEGANG Timotius Timotius; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 1, Februari 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i1.3416

Abstract

Jembatan merupakan sarana konstruksi yang cukup penting bagi kelancaran ekonomi dan aliran perjalanan. Jembatan memiliki fungsi sebagai sarana konstruksi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya yang sulit untuk dijangkau. Salah satu jenis jembatan bedasarkan bentuk strukturnya adalah jembatan pelat. Jembatan pelat atau slab bridge  tersusun dari pelat monolit, dengan bentang dari tumpuan menuju ke tumpuan tanpa didukung oleh balok melintang ataupun balok girder atau balok gelagar, sehingga pelat tersebut hanya ditopang oleh abutment jembatan Dalam perencanaannya, penulangan jembatan dapat didesain dengan sistem konvensional ataupun prategang. Beton konvensional adalah beton normal yang tidak mengalami tegangan pra layan. Beton prategang merupakan beton yang dimana tulangan bajanya ditarik terhadap betonnya atau dengan kata lain diberikan tegangan pra-layan. Penelitian ini akan menganalisis perbandingan antara sistem konvensional dan prategang pada jembatan pelat dari segi ketebalan pelat dan lendutan. Analisis ini menggunakan bantuan program finite element untuk membuktikan hasil perhitungan manual dengan metode garis pengaruh. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan menggunakan sistem konvensional dan prategang akan menghasilkan ketebalan yang sama, walaupun lendutan yang dihasilkan lebih kecil dikarenakan batas lendutan ijin untuk beban live load yang sama untuk keduanya yaitu sebesar L/800. Sehingga apabila dimensi tebal-nya diperkecil, maka lendutan beban live load yang terjadi tidak memenuhi syarat lendutan ijin.
KAJIAN EFISIENSI SISTEM WAFFLE SLAB TERHADAP PELAT KONVENSIONAL Paula Paula; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 1, Februari 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i1.3426

Abstract

Pelat dengan pelat tipis dan kumpulan balok rusuk berbentuk T yang saling menyilang dikenal dengan nama Waffle Slab. Di antara berbagai sistem pelat, sistem waffle slab masih jarang sekali digunakan, padahal sistem waffle slab memiliki keuntungan yaitu dengan ketebalan pelat yang sangat tipis dan pemakaian besi tulangan yang cukup hemat pada pelatnya dikarenakan pelat waffle slab memiliki kekakuan yang besar pada pelat sehingga lendutan pada pelat relatif kecil. Selain itu, penggunaan sistem waffle slab juga dapat mempengaruhi tata letak kolom. Semakin kecilnya lendutan pada balok maka jarak antar kolom pada portal bisa lebih jauh dari struktur yang biasa. Tujuan dari studi ini adalah untuk membandingkan sistem waffle slab dengan sistem pelat konvensional ditinjau dari segi kekakuan, ketebalan pelat, jarak antar kolom dan penggunaan material beton serta tulangan. Metode untuk analisis struktur menggunakan equivalent frame method dan menggunakan finite element program. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pada sistem waffle slab, jarak antar kolom dapat lebih panjang dibandingkan dengan sistem pelat konvensional dan dengan tebal pelat yang lebih tipis, sistem waffle slab lebih kaku dibandingkan dengan sistem pelat kovensional. Hasil analisis tulangan menunjukan perbandingan penggunaan volume beton dan tulangan baja pada sistem waffle slab bisa lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sistem pelat konvensional.
KAJIAN EFISIENSI SISTEM FLAT SLAB DENGAN METODE POST-TENSION DAN KONVENSIONAL Anthones Primakov; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 1, Februari 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i1.3418

Abstract

Skripsi ini menganalisis tentang perbandingan efisiensi antara sistem flat slab dengan metode post tension dan metode konvensional. Flat slab adalah pelat dengan tumpuan kolom tanpa terdapat balok pada setiap sisi yang pada analisisnya terdapat hal yang perlu diperhatikan, yakni batasan gaya geser pons pada kolom dan lendutan yang terjadi pada pelat. Batasan tersebut mempengaruhi ketebalan atau penambahan pada pelat, sehingga diperlukan analisis untuk berbagai bentang pelat pada kedua metode dengan mencari tebal minimum pelat. Bilamana pelat yang ditinjau tidak memenuhi persyaratan lendutan ataupun gaya geser, diperlukan penambahan pada pelat berupa drop panel pada analisis flat slab baik dengan metode konvensional maupun post-tension. Analisis ditujukan untuk mendapatkan lendutan, gaya geser serta gaya luar lainnya  yang terjadi pada pelat sehingga didapatkan perbedaan  jumlah tulangan dan volume material yang digunakan dalam perencanaan pelat dengan metode konvensional dan post-tension. Dengan proses analisis mengacu pada proses perhitungan manual, dilakukan pengecekan gaya-gaya dan lendutan yang terjadi akibat pelat dengan menggunakan program ETABS 2016.  Kemudian dari hasil analisis program ETABS 2016, dihitung jumlah tulangan dan efisiensi antara metode post-tension dan konvensional. Adapun proses dalam flat slab dengan metode post-tension dengan menghitung jumlah tendon dan losses pada kondisi transfer dan service yang diperlukan yang akan dimasukkan kedalam program ETABS 2016, sehingga didapat hasil analisis yang akurat.
ANALISIS PENGARUH UKURAN DROP PANEL TERHADAP GESER PONS DAN MOMEN LENTUR PADA FLAT SLAB Handexsen Handexsen; Edison Leo
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 4, November 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i4.6307

Abstract

Pelat lantai termasuk elemen struktur yang selalu dijumpai di setiap proyek konstruksi gedung. Setiap story dari konstruksi gedung pasti ada elemen pelat lantai. Oleh sebab itu, pelat lantai memegang andil yang besar dalam menentukan anggaran biaya bangunan tersebut karena volumenya yang besar dan masif. Dengan menggunakan pelat lantai yang efektif, anggaran suatu bangunan dapat ditekan sehingga biayanya dapat lebih kecil. Belakangan ini sedang ramai penggunaan pelat lantai flat slab. Flat slab adalah two way slab yang tidak menggunakan balok pada konstruksinya. Dengan tidak adanya elemen balok, keuntungan utamanya adalah dapat mengurangi tinggi lantai karena plafon akan lebih rendah sehingga tinggi bangunan total akan lebih rendah. Disisi lain, dengan tidak adanya elemen balok maka kolom akan langsung bertumpu pada pelat dan akan mengakibatkan konsentrasi tegangan pada daerah sekitar kolom. Maka diperlukan perkuatan pada pertemuan kolom pelat berupa drop panel. SNI 2847 -2013 mengatur bahwa tebal minimal drop panel adalah seperempat tebal pelat lantai dan panjang minimal drop panel adalah seperenam bentang. Dalam penelitian ini akan dianalisis struktur beton bertulang dengan tinggi 4 m dengan dimensi kolom 500 mm x 500 mm menggunakan drop panel dengan variasi panjang drop panel 800 mm, 900 mm, 1000 mm, 1100 mm dan 1200 mm. Analisis akan dilakukan dengan metode elemen hingga bantuan software komputer. Nantinya akan dilihat hasil pengaruh penambahan panjang terhadap geser pons dan momen lentur yang terjadi.