Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas Poir.) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Alas Setiawati; Victoria Yulita Fitriani; Muhammad Amir Masruhim
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 1 No. 6 (2016): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v1i6.68

Abstract

Menurut empiris daun ubi jalar dapat berkhasiat sebagai antiinflamasi, maka dari itu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang paling baik dari daun ubi jalar sebagai antiinflamasi. Pengujian dilakukan secara topikal dengan menggunakan hewan uji tikus (Rattus norvegicus). Dimana karagenan digunakan sebagai penginduksi radang dan radang yang terbentuk diukur dengan pletismometer. Hasil penelitian yang didapatkan adalah ekstrak daun ubi jalar memiliki efek antiinflamasi, dimana pada konsentrasi 30%, 60%, dan 90% masing-masing menunjukkan adanya aktivitas antiinflamasi. Hasil pengujian tersebut maka diperoleh hasil bahwa daun ubi jalar memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.
Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Tikus Putih (Rattus norvegiens) Ilham Firdaus Rizky Perkasa; Victoria Yulita Fitriani; Arsyik Ibrahim
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 1 No. 6 (2016): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v1i6.69

Abstract

Mikroorganisme patogen terdapat di lingkungan yang menyebabkan penyakit. Dimana sistem imun tubuh yang tidak memadai memerlukan adanya asupan untuk meningkatkan sistem imun. Buah mengkudu mengandung senyawa xeronine dan proxeronine yang mampu menormalkan fungsi sel yang rusak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak buah mengkudu dapat meningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) dan berapa dosis terbaik ekstrak buah mengkudu yang dapat menigkatkan aktivitas immunoglobulin M pada tikus putih. Penelitian dengan metode eksperimen yaitu dengan menggunakan metode Hemaglutinasi Tes. Dosis yang digunakan untuk ekstrak adalah 100mg/200gBB, 200mg/200gBB, 300mg/200gBB dan stimuno dosis 0,9mg/200gBB sebagai kontrol positif. Data penelitian selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis varian (Anava). Hasil statistik anava diperoleh dosis ekstrak buah mengkudu tidak signifikan dan untuk dosis terbaik digunakan uji-t dua sampel yang diperoleh hasil dosis 300mg/200gBB mempunyai aktivitas yang lebih baik daripada dosis 100mg/200gBB, 200mg/200gBB dan kontrol negatif. Hasil peneltian yang dihasilkan adalah bahwa ekstrak buah mengkudu mampu meningkatkan aktifitas imunoglobulin M (IgM), dosis terbaik ekstrak buah mengkudu yang mampu meningkatkan aktivitas imunoglobulin M (IgM) adalah dosis 300mg/200gBB.
STUDI PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT “X” Goreti, Meilinda; Victoria Yulita Fitriani
Jurnal Informatika Medis Vol. 3 No. 1 (2025): Jurnal Informatika Medis (J-INFORMED)
Publisher : Program Studi Informatika Medis Universitas Muhammadiyah Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52060/im.v3i1.3181

Abstract

Preeclampsia is a complication of pregnancy occurring after 20 weeks of gestation, characterized by elevated blood pressure accompanied by proteinuria. The aim of this study was to identify the patient characteristics, antihypertension usage profile, and the occurrence of Drug Related Problems (DRPs) in preeclampsia patients admitted to Hospital “X” during the period of January to December 2023. This observational study was conducted retrospectively using purposive sampling for data collection. The results obtained from 75 patients showed that the majority were aged 26–35 years (49.3%), with parity P0 (42.67%), primigravida pregnancy status (G1) (40%), last education level at senior high school (46.67%), no history of hypertension (74.67%), no history of preeclampsia (94.67%), and obese BMI (49.33%). The preeclampsia patients based on risk factors were dominated by those with parity P0 (first delivery), totaling 32 patients (36.55%). Blood pressure readings above 160 mmHg were found in 76% of patients, and proteinuria at 2+ was observed in 41.3%. The most commonly used antihypertension medication was single-agent nifedipine (81.33%), while the most frequently used non- antihypertension drug was 40% magnesium sulfate (MgSO4) (82.66%). The incidence of DRPs included 14 cases (18.33%) of drugs without indication, 13 cases (17.32%) of indication without drug therapy, and moderate drug interactions between dexamethasone and furosemide in 20 patients (26.66%). The potential adverse drug reactions observed were minor (20%), moderate (80%), and none were major (0%). This study is expected to serve as an informative reference regarding the use of antihypertension therapy in preeclampsia patients. Kata kunci: Preeclampsia, Antihypertension, Retrospectiv, Problem, Drug