Ponorogo yang saat ini menjadi salah satu ikon budaya Indonesia dengan kesenian Reyog, dan terkenal sebagai kota santri ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Pada masa lalu Ponorogo memiliki sebutan Wengker yang dikenal sebagai daerah yang penuh dengan stigma negatif. Nama Ponorogo sendiri baru muncul pada tahun 1496 yang dikenalkan oleh Bathara Katong, sebagai manifestasi dari dakwah yang telah dilakukan dan simbol dari berakhirnya tatanan lama yang penuh stigma negatif, menjadi tatanan baru yang lebih baik. Penelitian kualitatif dengan pendekatan filosofis dan etnosemantik digunakan untuk mengkaji perubahan nama dari Wengker menjadi Ponorogo yang dilakukan oleh Bathara Katong pada tahun 1496, yang memiliki makna filosofis berupa ikhtiar untuk menjadikan masyarakat Ponorogo sebagai masyarakat yang madani, yaitu masyarakat yang dinamis, penuh kreativitas, dan menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.