Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSTRUKSI ANAK MELALUI BAHASA PELABELAN (STEREOTIPE) DI KALANGAN KELUARGA DAN MASYARAKAT Sultan Sultan
Raheema Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : PSGA LP2M IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.046 KB) | DOI: 10.24260/raheema.v5i2.1267

Abstract

This article is motivated by the argument that in the family environment and plural communities occur calling or greeting children with labeling languages, such as children with bau kencur (Indonesian: smells like kaempferia galangal), bodoh (stupid kids), gemuk (fat children), anak ingusan (snot-nosed kids). Whereas the psychological study expresses that there are impacts on growth and development of children. Therefore, in this article it is concluded that, in the social life environment, labeling is something that is considered natural, because the community has already given a labeling to a person, by not considering and understanding the psychological and intellectual conditions of the person concerned. The use of labeling language for children in the family and community is considered normal, but behind that habit it is not denied that there is an adverse impact on the child's growth and psychological development. The effects of labeling include disturbing self-confidence, decreasing social skills in the community, loss of self-confidence, and weakening of the soft skills possessed by children. [Artikel ini dilatarbelakangi oleh argumentasi bahwa di lingkungan keluarga dan masyarakat jamak terjadi memanggil atau menyapa anak-anak dengan bahasa pelabelan, seperti, anak bau kencur, anak bodoh, anak gemuk, anak ingusan. Padahal secara kajian psikologis ungkapan-ungkpan tersebut berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak. Oleh sebab itu, dalam artikel ini disimpulkan bahwa, dalam lingkungan kehidupan sosial masyarat, labeling merupakan sesuatu yang dianggap wajar, karena masyarakat sudah jamak memberikan pelabelan pada seseorang, dengan tidak mempertimbangkan dan memahami keadaan psikologis dan intlektual orang yang bersangkutan. Penggunaan bahasa pelabelan bagi anak di kalangan keluarga dan masyarakat sudah dianggap biasa, namun dibalik keterbiasaan itu tidak dimungkiri terdapat dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak. Dampak-dampak yang ditimbulkan dari pelabelan di antaranya, mengusik kepercayaan diri, menurunnya keterampilan bersosialisasi di lingkungan masyarakat, hilangnya kepercayaan diri, dan melemahnya sof skill yang dimiliki oleh anak].
WACANA HUKUM INDONESIA SEBUAH PERSPEKTIF KEBAHASAAN Sultan Sultan
Al-Maslahah : Jurnal Ilmu Syariah Vol 9, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Syariah (Syari'ah Faculty )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.698 KB) | DOI: 10.24260/almaslahah.v9i2.687

Abstract

Tulisan ini betujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam wacana hukum Indonesia (WHI) pada surat perjanjia. Dalam wacana hukum, penulis menemukan beberapa kesalahan berbahasa dalam bentuk kesalahan penggunaan tanda baca, struktur morfologi pada peroses pemajmukan, sintaksis dalam bentuk struktur kalimat yang pannjang, dan kesalahan dalam pembuatan kalimat yang efektif.
RESPON MASYARAKAT KAMPUS KEAGAMAAN TERHADAP NARASI HOAKS: TELAAH ANTROPOLINGUISTIK Sultan Sultan
Jurnal Sasindo UNPAM Vol 8, No 1 (2020): SASINDO UNPAM
Publisher : Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/sasindo.v8i1.25-44

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengklasifikasikan respon masyarakat di lingkungan kampus keagamaan terhadap narasi hoaks, dan menjelaskan potensi ancaman narsi hoaks terhadap pola keberagamaan dan keberagaman serta menjelaskan perspektif antropolinguistik terhadap narasi hoaks di lingkungan lembaga keagamaan kampus,. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini: (1) Respon masyarakat di lingkungan kampus keagamaan terhadap narasi hoaks bahwa kecendrungan mereka tidak terlalu menanggapi berita hoaks terutama yang tersebar di media sosial. Hal ini menunjukkan kalangan masyarakat kampus memiliki kemampuan “memfilter” berita. Kebiasaan melakukan klarifikasi dan verifikasi merupakan hal yang positif yang menunjukkan bahwa kalangan masyarakt kampus memiliki tingkat literasi yang cukup tinggi sehingga penyebaran berita hoaks tidak serta merta menciptakan kegelisahan apalagi perdebatan yang menjurus pada konflik. (2) Potensi ancaman narasi hoaks terhadap pola keberagamaan dan keberagaman di kalangan masyarakat kampus mengindikasikan tidak begitu besar terhadap masyarakat kampus dikarenakan tingkat literasi kalangan masyarakat kampus yang cukup tinggi. (3) Antropolinguistik melihat bahwa narasi hoaks dapat menggeser dan munculkan nilai, norma dan budaya dalam lingkungan masyarakat karena bahasa memiliki hubungan yang erat dengan budaya, begitu juga budaya dapat berisikan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan masyarakat pada sebuah bangsa dan negara.
Potret Tubuh Perempuan dalam Iklan Body Lotion: Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough Suhartatik , Suhartatik; Effendy, Moh. Hafid; Putikadyanto, Agus Purnomo Ahmad; Sultan , Sultan
GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 6 No. 1 (2024)
Publisher : Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/ghancaran.v6i1.14330

Abstract

This research was motivated by the researcher's interest in uncovering the meaning behind body lotion advertisements, which the majority of women used as objects of advertising study. The aim is to describe the portrait of women's bodies in Body Lotion advertisements using Norman Fairclough's critical discourse analysis theory. The appearance of women in various mass media, such as print, visual and electronic media, does not fully represent an appropriate space for viewing women critically regarding their position in society, socio-economics, even in the realm of political solidarity. This research uses a qualitative descriptive method to examine the language used in Body Lotion advertisements. especially those depicting portraits of women's bodies. The results of this research indicate that critical discourse analysis of women in Body Lotion advertisements places more emphasis on social analysis and institutional context of language and discourse. This can help us understand the language of Body Lotion advertising to women produced and disseminated in the context of marketing policies and the cosmetics industry which is dominated by large companies.