Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

APLIKASI TEPUNG JAGUNG SEBAGAI KOAGULAN ALAMI UNTUK MENGOLAH LIMBAH CAIR TAHU Prihatinningtyas, Eka; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.837 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.10

Abstract

Abstrak: Proses pembuatan tahu menghasilkan banyak sekali limbah cair yang mempunyai karakteristik kekeruhan, total padatan dan total padatan tersuspensi yang tinggi. Salah satu proses pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan koagulasi. Tepung jagung dapat digunakan sebagai koagulan alami. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum pengolahan limbah cair tahu dengan meggunakan koagulan alami yang terbuat dari tepung  jagung. Ekstrak jagung dapat dibuat dengan cara melarutkan 5 gram tepung jagung dalam 100 ml NaCl dan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya campuran tersebut dipisahkan dengan sentrifugasi. Supernatan yang diperoleh dinamakan ekstrak jagung. Jagung  ionik diperoleh dengan cara melewatkan ekstrak jagung dalam kolom resin Amberlite. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jagung dapat digunakan sebagai koagulan alami karena bersifat polielektrolit. Adanya gugus karboksil, hidroksil dan amida menyebabkan larutan polielektrolit ini bermuatan negatif. Hasil koagulasi memberikan efisiensi penurunan kekeruhan yang cukup signifikan. Jagung ionik memberikan hasil penurunan kekeruhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan ekstrak jagung karena jagung ionik bersifat lebih negatif daripada ekstrak jagung. Proses koagulasi yang terjadi pada kekeruhan awal yang tinggi memberikan efisiensi penurunan kekeruhan yang lebih baik dibandingkan dengan kekeruhan rendah. Proses koagulasi berjalan dengan efisien pada pH 5 karena pada titik tersebut diperoleh titik isoelektrik. Pada over flowrate kurang dari 0,03 m/menit, alum akan memberikan efisiensi penyisihan padatan tersuspensi yang lebih besar daripada ekstrak jagung. Sedangkan pada over flowrate lebih dari 0,03 m/menit kecepatan pengendapan kaolin dengan alum sama dengan ekstrak jagung.Kata kunci: koagulasi, koagulan alami, ekstrak jagung, jagung ionik. Abstract: Tofu industries produced amount of wastewater which characteristics of high in  turbidity, total solid and  total suspended solid. Coagulation can be done to reduce that parameters. Starch can be used as natural coagulant at this process. The aim of this research was found the optimum condition on tofu wastewater treatment using natural coagulant from maize. Maize extract made by dissolved 5 grams of maize into 100 ml NaCl and stirred 30 minutess to accomplish extraction and then separated by centrifugation. The supernatant named extract of maize. Extract of maize loaded onto column packed with Amberlite and produced ionic maize. The experimental results show that the maize can be used as a natural coagulant because they are polyelectrolytes. Presence of carboxyl, hydroxyl and amides groups led to this solution are anionic polyelectrolytes. The results of the efficiency of coagulation provide a significant turbidity removal.  Ionic maize yield better turbidity removal compared to extract of maize because ionic maize more negative than extract of maize. Coagulation processes that occur at high initial turbidity gave efficiency of  turbidity removal better than low turbidity. Coagulation process runs efficiently at pH 5 because at that point obtained the isoelectric point.  At over flowrate of more than 0.03 m/ min, the alum will provide efficiency of suspended solids removal greater than extract of maize. While the over flowrate less  than 0.03 m / min, settling velocity of kaolin using  alum and extract of maize are the same. Keywords: coagulation, natural coagulant, extract of maize, ionic maize. 
Karakterisasi Ekstrak Tapioka dan Tapioka Ionik sebagai Biokoagulan dalam Proses Pengolahan Air Prihatinningtyas, Eka; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.274 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i2.2041

Abstract

ABSTRACTThe ability of tapioca to act as natural coagulants (biocoagulants) was tested using artificial water. As turbidity was added as kaolin. This research aimed to determine the compounds and or groups that act as natural coagulant and to describe the mechanism of flocculation: extraction which yields tapioca extract and ion exchange which yields ionic tapioca. Coagulation process was performed at three different initial turbidities, i.e. 50 NTU (low turbidities), 150 NTU (middle turbidities) and 300 NTU (high initial turbidites). At the same condition (coagulant dose 20 ppmv, pH 5), ionic tapioca yield better turbidity removal compared tapioca extract i.e 11.2% at low initial turbidites; 2.4% at middle initial turbidities and 12.8% at high initial turbidities. FTIR analysis  showed that tapioca extract and ionic tapioca contained of carboxyl, hydroxyl and amides groups which  can act as active components on coagulation process. The presence of those groups caused positive and negative charges (amphoter). Coagulation process ran efficiently at pH 5 because the isoelectric point is obtained at that condition.Keyword : bio coagulants, coagulation,  coagulant agents, ionic tapioca, tapioca extract,ABSTRAK Kemampuan tepung tapioka sebagai koagulan alami (biokoagulan) telah diuji dengan menggunakan limbah artifisial dari kaolin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan senyawa atau gugus yang berperan sebagai biokoagulan dan menjelaskan mekanisme flokulasi yang terjadi. Perlakuan awal tapioca sebelum digunakan sebagai koagulan adalah ekstraksi yang menghasilkan ekstrak tapioka  dan pertukaran ion  yang menghasilkan tapioka ionik. Proses koagulasi dilakukan pada 3 macam kekeruhan awal yaitu 50 NTU (kekeruhan rendah), 150 NTU (kekeruhan sedang) dan 300 NTU (kekeruhan tinggi). Pada kondisi operasi yang sama (dosis 20 ppmv dan pH 5), tapioka ionik memberikan efisiensi penurunan kekeruhan yang lebih tinggi, yaitu sebesar 11,0% pada kekeruhan awal 50 NTU; 2,4% pada kekeruhan awal 150 NTU dan 12,8% pada kekeruhan awal 300 NTU. Hasil analisa FTIR menunjukkan bahwa ekstrak tapioka dan tapioka ionik mempunyai gugus karboksil (-OH), gugus karboksil (-COOH) dan gugus amida (-CONH2). Keberadaan ketiga gugus tersebut menyebabkan biokoagulan ini memiliki muatan positif dan negatif sekaligus (amfoter). Proses koagulasi berjalan dengan efisien pada pH 5 karena titik isoelektrik diperoleh pada pH tersebut. Kata kunci : biokoagulan, koagulasi, agen koagulan, ekstrak tapioka, tapioka ionik
Assessment of Flash Flood Vulnerability Index in a tropical watershed region: a case study in Ciliwung Hulu watershed, Indonesia Novianti, Relita; Wardhani, Fitriany Amalia; Prihatinningtyas, Eka; Sapan, Elenora Gita Alamanda
LIMNOTEK Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol. 29 No. 1 (2023)
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/limnotek.2023.1105

Abstract

Flash floods, an unpredicted swift climatological disaster, frequently occur in Indonesia. However, there are limited vulnerability assessments, especially in urban and vital regions such as Bogor District. The study aims to assess the vulnerability index of Ciliwung Hulu Watersheds as one of the most susceptible areas in the district. Flash flood vulnerability index (FFVI) is selected to be calculated as the indicator. Data were obtained from the official government offices and processed using the FFVI formula referring to the work of Nasiri et al., (2019) and Perka BNPB No. 2/ 2012 and then mapped using ArcGIS 10.3. The results and the maps show that the study area is categorized as highly to very highly vulnerable to flash flood disasters. The attained results help facilitate the governance interplay processes in building a more disaster-ready management plan and to construct a more resilient society.
STUDI KELAYAKAN APLIKASI ZEOLIT DALAM PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH Prihatinningtyas, Eka; Novianti, Relita
Purifikasi Vol 23 No 1 (2024): Jurnal Purifikasi
Publisher : Department of Environmental Engineering-Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/purifikasi.v23i1.449

Abstract

Salah satu pengolahan air payau adalah adsorpsi. Dalam penelitian ini, dua jenis zeolit dibandingkan sebagai adsorben. Zeolit A diperoleh melalui aktivasi fisik dengan pemanasan pada suhu 600 oC. Zeolit yang termodifikasi menggunakan surfaktan HDTMA-Br akan menghasilkan Zeolit B. Kedua jenis zeolit tersebut dikarakterisasi menggunakan SEM, XRD, dan PSA. Hasil analisis PSA menunjukkan bahwa Zeolit B memiliki luas permukaan, volume, dan ukuran pori yang lebih tinggi dibandingkan Zeolit ​​A. Aktivitas adsorpsi diukur berdasarkan penghilangan salinitas, kekeruhan, TDS, dan konduktivitas pada berbagai massa adsorben dan waktu adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan Zeolit A mampu menurunkan salinitas sebesar 15,38% dalam waktu 30 menit dan massa 6 gram. Zeolit B sebanyak 4 gram mampu menghilangkan salinitas 17,31% sekaligus. Rendahnya rasio nilai Si/Al menyebabkan kapasitas adsorpsi menjadi lemah. Air terproduksi juga belum memenuhi standar persyaratan air bersih dan air minum.