Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TRADISI GEBUG ENDE BENTUK RITUAL MEMOHON HUJAN PADA MASYARAKAT SERAYA DI DESA PATAS KABUPATEN BULELENG Dewa Nyoman Sucita
Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu Vol 2 No 2
Publisher : STKIP AGAMA HINDU SINGARAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.626 KB) | DOI: 10.36663/wspah.v2i2.16

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai hal ikhwal terkait denganpementasan Gebug Ende yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan memohon hujan padamasyarakat Seraya, di desa Patas, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng. Untukmencapai tujuan itu digunakan beberapa metode, antara lain metode pendekatan purposivesampling dan snowball sampling, metode pengumpulan data, wawancara dan pencatatandokumen dan metode analisis data kualitatif. Di samping itu, ditunjang pula oleh teori relegidari Koentjaraningrat. Berdasarkan hal tersebut hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1). Larabelakang pementasan tradisi Gebug Ende pada upacara memohon hujan adalah sejarahkemenangan prajurit-prajurit Karangasem yang berasal dari desa Seraya berkat adanyahujan lebat pada saat perang melawan prajurit Seleparang, sehingga setiapkekeringan/kemarau, dilaksanakan ritual mememohon hujan selalu disertai denganpermainan perang-perangan yang disebut Gebug Ende. 2). Upakara yang mengiringipementasan tradisi Gebug Ende di desa Patas, sangat sederhana, yakni berupa sesajenatau banten. Banten yang digunakan sangat sederhana terdiri dari beberapa jenis bantensaja, yaitu canang raka, daksina, dan segehan nasi hitam putih.3). Tempat pementasantradisi Gebug Ende tidak harus mencari tempat suci, melainkan tepat atau areal yang luasdan datar yang berada di wilayah atau kawasan desa Patas. Oleh karena itu, tempatnya bisaberpindah-pindah. 4). Pakaian dan perlengkapan peserta Gebug Ende di desa Patas hanyamenggunakan 1). Destar/ikat kepala berwarna merah sebagai lambang keberanian, (2).Kain/kamen, dipakai dengan mebulet ginting dan (3). Saput poleng, (hitam putih) sebagailambang rwa bhineda (baik buruk). 5).Tata cara pementasan tradisi Gebug Ende di desaPatas dipimpin oleh seorang saya, yang diawali dengan ritual keagamaan. Selanjutnya sayamenyampai aturan permainan.
EKSISTENSI TRADISI PEMBUATAN GERABAH TRADISIONAL DALAM KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN UPACARA AGAMA HINDU DI DESA BANYUNING, KABUPATEN BULELENG Dewa Nyoman Sucita
Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : STKIP AGAMA HINDU SINGARAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.826 KB) | DOI: 10.36663/wspah.v3i1.45

Abstract

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mengungkap keberadaan pembuatan gerabah tradisional di desa Banyuning, yang mana saat ini sudah banyak peralatan sejenis dibuat dari berbagai bahan dasar. Untuk merampungkan penelitian ini digunakan berbagai metode antara lain: penentuan informan digunakan snowballing sampling, pengumpulan data digunakan metode (1) observasi, (2) wawancara dan (3) pencatat dokumen. Menganalisis data menggunakan model Miler dan Heberman. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) asal-usul berkembangnya pembuatan gerabah tradisional di Desa Banyuning sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, sejak kapan berkembangnya pembuatan gerabah tersebut karena tidak didapatkan data tertulis sampai saat ini; (2) tradisi pembuatan gerabah tradisional di desa Banyuning terancam punah, karena merebaknya berbagai peralatan yang sejenis diciptakan manusia terbuat dari bahan lain dengan kualitas yang lebih unggul; (3) Para pekerja tidak dapat mempertahan kehidupan sehari-hari dari profesinya sebagai pengerajin gerabah tradisional, karena berbagai tantangan yang dialami dewasa ini, antara lain: sulitan pemasaran produk, sulitanya mencari bahan baku tanah, sumber daya manusia yang terbatas dan cuaca yang tidak menentu; dan (4) pemasaran terbatas pada pasar-pasar di lingkungan Kabupaten Buleleng.
UPACARA MEJRIMPEN PADA HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PEDAWA KABUPATEN BULELENG Dewa Nyoman Sucita
Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : STKIP AGAMA HINDU SINGARAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.96 KB) | DOI: 10.36663/wspah.v3i2.51

Abstract

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengungkap hal ikhwal pelaksanaan upacara Mejripen di desa Pedawa, yang bersifat cukup unik karena hanya dilaksanakan oleh umat Hindu yang berada di desa Pedawa. Untuk menuntaskan penelitian ini digunakan beberada metode ilmiah antara lain: dalam menentukan informan digunakan purposive snowball sampling; untuk mendapat data digunakan metode observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Dan data yang terkumpul diolah dengan metode analisis data kualitatif. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1). Upacara mejrimpen adalah upacara manusa yadnya menggunakan banten jrimpen sebagai upakara pokok yang mengandung berbagai makna antara lain: sebagai upacara pembersihan diri, upacara sambutan (Telu Bulanan), upacara ngotonin dan upacara syukuran. 2). Tatacara pelaksanaan upacara Mejrimpen ada dua bagian besar, yaitu pertama, tatacara Mejrimpen Sibakan yang meliputi a). Pemotongan babi untuk bahan pembuatan sate banten Jrimpen dilaksanakan pada Penampahan Galungan, b). Babi yang dipotong dipakai separuhnya untuk pembuatan bahan sate Jrimpen, c). Tidak membuat banten segehan pada pintu gerbang pekarangan dan tidak membuat banten Karna untuk di Sanggah Kemulan Sakti, d) Setelah sate yang dibuat dihiyasi dengan berbagai pariasi dari kulit babi, lemak, hati, cabe dan kunir selanjutnya beberapa sate tersebut dipajang setinggi tiang bendera di atas atap rumah. Kedua, tatacara upacara Mejrimpen Nampah Ukudan meliputi: a). Pemotongan babi untuk bahan pembuatan sate banten Jrimpen dilaksanakan pada hari raya Galungan, b). Babi yang dipotong sepenuhnya untuk pembuatan sate Jrimpen, c). Membuat banten segehan yang diaturkan di pintu gerbang rumah dan banten karna untuk di Sanggah Kemulan Sakti, d). Tidak ada penunjukkan sate di atas atap rumah seperti pelaksanaan Mejrimpen Sibakan, e). Setelah sate dibuat langsung sate-sate itu ditata sedemikian rupa dalam sebuah wakul menjadi jrimpen sate dan saat itu pula dibuat jrimpen jaja. Setelah semuanya selesai kedua jrimpen itu ditata secara berjejer di atas bale-bale tempan pelaksanaan upacara Mejrimpen. Sore harinya dilanjutkan pelaksanaaan upacara Mejrimpen dan diakhiri dengan nunas tirta wayang dari ki dalang apabila upacara Mejrimpen yang dilaksanakan tingkat mewayang. 3). Ada dua jenis banten yang digunakan, yaitu: 1). Jenis-jenis banten yang digunakan pada upacara Mejrimpen Sibakan dan 2). Jenis-jenis banten yang digunakanpada upacara Mejrimpen Nampah Ukudan; sedangkan pada upacara Mejrimpen Mewayang, baik Mejrimpen Sibakan maupun Mejrimpen Nampah Ukudan masing-masing tingkatan ditambah dengan banten wayang.
MODEL PEMBELAJARAN TRI PARARTHA DIPADUKAN DENGAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI SISWA KELAS X TKJ SMK TI BALI GLOBAL SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2021/2022 Komang Sri Dewi; Dewa Nyoman Sucita
Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu Vol 5 No 1 (2022)
Publisher : STKIP AGAMA HINDU SINGARAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi siswa di kelas X TKJ SMK TI Bali Global Singaraja tahun pelajaran 2021/2022 melalui model pembelajaran Tri Parartha dipadukan dengan Mind Mapping. Digunakan teori Tri Parartha dan Mind Mapping. Penelitian dirancang dengan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian sebanyak 16 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan di kelas X TKJ. Prosedur penelitian menggunakan sistem siklus yang terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi evaluasi analisis, dan refleksi. Metode pengumpulan data menggunakan tes untuk data pengetahuan akademik, kemudian observasi untuk data aktivitas siswa dalam pembelajaran. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari 3 tahapan: reduksi data, paparan data, dan analisis. Hasil penelitian sebagai berikut: pelaksanaan siklus I rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran 74,1% dan prestasi belajar dengan rata-rata (M) 77,50, Daya Serap (DS) 77,50% dan Ketuntasan Belajar (KB) 62,50% kategori Sedang. Pelaksanaan siklus II rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran 87,4% dan prestasi belajar dengan rata-rata (M) sebesar 83,75, daya serap (DS) sebesar 83,75%, dan ketuntasan belajar (KB) 100% kategori Tinggi. Disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran Tri Parartha dipadukan dengan Mind Maping Dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi siswa kelas X TKJ SMK TI Bali Global Singaraja.
Kepemimpinan Tradisional Desa Adat Tigawasa Dewa Nyoman Sucita
Prabha Vidya Vol. 3 No. 1 (2023)
Publisher : Prabha Vidya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui sistem kepemimpinan tradisional/kepemimpinan adat desa Tigawasa, Kabupaten Buleleng, yang masih dipertahankan sampai saat ini. Dalam merampungkan penelitian ini digunakan beberapa metode. Dalam menentukan informan digunakan teknik snowball sampling; untuk mendapatkan data digunakan metode wawancara dan pencatatan dokumen.dan untuk mengnalisis data digunakan metode deskritif kualitatif. Berdasarkan analisis data, maka hasil penelitian yang didapat sebagai berikut: 1). Tatacara pemilihan prajuru adat desa Tigawasa menggunakan sistem Maulu Apad atau sistem ririgan; 2). Struktur pengurus Prajuru adat Tigawasa, terdiri dari 5 jenjang, yaitu Kebahan (Kebahan Duuran dan Kebahan Tebenan), Pasek (Pasekan Duuran dan Pasek Tebenan), Takin (Takin Duuran dan Takin Tebenan), Pemurakan (Pemurakan Duuran dan Pemurakan Tebenan dan yang terakhir Kelihan Adat; 3), Hak dan kewajiban prajuru adat antara lain: menjalankan hasil keputusan rapat desa, mengatur warga desa agar berperilaku sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, mengkoordinir setiap pelaksanaan upacara di tingkat desa, menjadi saksi dalam upacara perkawinan, menjadi juru bicara bagi warga yang memerlukan informasi tentang desa Tigawasa, mengambil keputusan dalam setiap paruman desa, mengelola hak milik desa Adat Tigawasa dan membersihkan sekaligus menghias bangunan-bangunan Kahyangan desa dalam setiap diadakan upacara/pujawali.
Pasraman Non-formal Semara Ratih Dalam Penanaman Nilai Sosial Budaya Komunikasi Keagamaan Hindu Desa Tukadmungga Kadek Widiada; I Wayan Gara; Dewa Nyoman Sucita
Prabha Vidya Vol. 3 No. 2 (2023)
Publisher : Prabha Vidya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan arus teknologi memiliki dampak negatif terhadap perkembangan karakter masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Untuk itu diperlukan adanya suatu lembaga pendidikan Hindu yang memberikan pembinaan karakter sosial budaya masyarakat Hindu sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah berdiri, materi pelajaran yang diajarkan, dan metode pembelajaran yang diterapkan di Pasraman non-formal Semara Ratih dalam kaitannya dengan penanaman nilai sosial budaya komunikasi keagamaan Hindu pada masyarakat sekitar desa. Penelitian ini dilakukan di Pasraman non-formal Semara Ratih di Desa Tukadmungga dan yang menjadi subyek penelitian adalah peserta didik pasraman. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut. 1) Sejarah menunjukkan bahwa pasraman ini merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang didirikan sebagai proses pembelajaran lanjutan dari sekolah formal. 2) Materi pelajaran yang diajarkan adalah materi keagamaan Hindu yang mengacu pada konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. 3) Metode pembelajaran yang diterapkan disesuaikan dengan jenis pelajaran yang diajarkan. Dalam ketiga aspek hasil analisis data tersebut, ditemukan adanya proses komunikasi sosial budaya keagamaan Hindu baik secara verbal maupun non-verbal yang merupakan terapan dari teori Harold Lasswell.