Tradisi tiba meka (tiba= terima; meka= tamu) merupakan salah satu tradisi asli masyarakat Manggarai yang digunakan sebagai simbol penghormatan/penghargaan bagi tamu yang berkunjung ke wilayah Manggarai dan tradisi tersebut masih terjaga hingga saat ini. Tradisi masyarakat Manggarai diketahui tidak pernah terlepas dari ketersediaan cepa dan tuak yang terkandung makna simbolik didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi tiba meka masyarakat Manggarai (2) bagaimana makna simbolik yang terkandung dalam cepa dan tuak (3) Bagaimana urgensi dari cepa dan tuak dalam tradisi masyarakat Manggarai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Desa La’o Kelurahan Wali Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai. Sumber data diperoleh melalui sumber data primer dan sumber data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, pengkajian, reduksi, triangulasi dan penarikan kesimpulan/Verifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu (1) Prosesi pelaksanaan tradisi tiba meka yang terdiri dari tahap; curu, teing lalong bakok, raes cama laing dan dialog, (2) cepa mengandung simbol ungkapan selamat datang bagi tamu, tuak mengandung simbol ketulusan dalam menerima tamu, lalong bakok mengandung simbol pengharapan dari masyarakat kepada tamu agar memiliki hati yang suci dan bersih seperti ayam jantan putih yang diberikan, dan tange sebagai wadah menaruh cepa (3) pentingnya keberadaan cepa dan tuak dalam tradisi tiba meka masyarakat Manggarai sebagai perwujudan sikap menghormati secara penuh dari masyarakat Manggarai kepada tamu yang memiliki kedudukan/jabatan yang tinggi.