Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TANGGAPAN BEBERAPA VARIETAS TERUNG TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI DAN PENGENDALIAN HAYATINYA DENGAN Pseudomonas fluorescens RESPONSE OF SOME VARIETIES OF EGGPLANT ON BACTERIAL WILT DISEASE AND ITS BIOCONTROL ASING Pseudomonas fluorescens Soesanto, Loekas; Utami, Darini Sri; Mawarni, Trini
Pembangunan Pedesaan Vol 2, No 2 (2002)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tanggapan beberapa varietas terung terhada p enyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Ralstonia Solanacearum dan pengadilan hayatinya dengan Pseudemanos fluorescens, dilakukan dilaboratorium dan rumah kaca pandak, bantul, Jogjakarta. Penelitian in vitro dirancang dalam bentuk rancangan acak lengkap, dengan perlakuan antagonis P. fluorescen dihadapkan dengan R. soalanacearum dalam medium agar, dan diulang 10 kali, pengujian secara in planta dirancang dalam bentuk rancangan Acak kelompok, dengan factor yang dicoba :1) variates terung, yaitu marunasu, chunasu, mitonasu, dan kopek (control), dan 2) konsentrasi P. fluorescens, yaitu control, 106, 107, dan 108 upk/ml. setiap kombinasi perlakuan diulang 3x. variable yang diamati adalah zona penghambatan, masa inkubasi, intensitas penyakit, jumlah koloni P. flourescens. Tinggi tanaman, jumlah daun bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman, hasil penelitian menunjukan bahwa variates terung kopek (variates local)merupakan variates yang tahan dan diantara variates jepang. Mitonasu adalah variates yang tahan. Konsentrasi P. fluorescens yang efektif terhadap empat terung adalah 108 upk/ml, dengan intensitas penyakit yaitu 5,90 persen.
PEMANFAATAN BOKHASI MAHKOTA DEWA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PADA CABAI MERAH Utami, Darini Sri; Mugiastuti, Endang
Agrin Vol 14, No 1 (2010): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2010.14.1.95

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bokhasi dari mahkota dewa dalam pengendalianpenyakit layu Fusarium dan pengaruhnya terhadap hasil cabai merah. Penelitian menggunakan Rancangan AcakKelompok dengan 6 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang dicoba adalah Fusariumoxysporum Schlecht konsentrasi 2 x 10 6 konidium per ml, tanpa mahkota dewa, 50 ml per tanaman. F.oxysporum dan air rebusan biji-cangkang mahkota dewa 40 g /100 ml air 50 ml/tanaman, F. oxysporum danbokhasi dari buah mahkota dewa yang berturut-turut ditambah laru, 200 g / tanaman, ditambah EM-4 sebanyak100 ml/tanaman, ditambah superdegra 200g /tanaman, F. oxysporum dan buah mahkota dewa, 2 buah/tanaman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan air rebusan biji-cangkang mahkota dewa dan bokhasi darimahkota dewa yang berturut-turut ditambah dengan laru, EM-4, superdegra dan perlakuan buah mahkota dewaberturut-turut tdk dapat menunda masa inkubasi, menekan populasi konidium dalam tanah, meningkatkan bobotbasah dan kering tanaman. Akan tetapi, air rebusan biji-cangkang mahkota dewa berpotensi menurunkanintensitas penyakit sebesar 22,03 %. Semua perlakuan tidak dapat meningkatkan hasil total cabai merah secaranyata, tetapi bokhasi dari mahkota dewa yang ditambah EM-4 atau air rebusan biji-cangkang mahkota dewaberpotensi meningkatkan hasil cabai merah masing-masing sebesar 73,18 % atau 64,32 %.Kata kunci: bokhasi mahkota dewa, pengendalian layu fusarium, cabai merah ABSTRACTThis research aimed at knowing the effect of the mahkota dewa bokhasi for controlling the disease andthe effect of the mahkota dewa bokhasi on the red chili yield. Randomized Block Design was used with sixtreatments and four replicates. The treatments tested were Fusarium oxysporum Schlecht without the mahkotadewa, F. oxysporum with the mahkota dewa seed and shell boiled water of 40 g/100 ml for 50 ml crop-1 ,F.oxysporum and the mahkota dewa fruits bokhasi added with decomposer agent (laru) of 200 g crop-1,F.oxysporum and the mahkota dewa fruits bokhasi added with EM-4 of 100 ml crop-1 , F. oxysporum and themahkota dewa fruits bokhasi added with superdegra of 200 g crop-1 , F. oxysporum and mahkota dewa fruits of 2fruits crop-1 .Result of the research showed that the treatments of the seed and shell boiled water or bokhasiadded with laru, EM-4, superdegra, and the fruis could not postpone incubation period, suppress the conidialpopulation in soil, and not increase the root weight. The mahkota dewa seed and shell boiled water treatment,however, had potency to decrease the disease intensity for 22,03%. All treatments could not increase the redchili yield, but the bokhasi made from the mahkota dewa fruits added with EM-4 and the mahkota dewa seed andshell boiled water had potency to increase the red chili yield for 74.18% and 64.32%, respectively.Key words: bokhasi mahkota dewa, fusarium wilt control, red chili.
Application of Mikotricho (Mycorrhizae-Trichoderma) Fertilizer and Synthetic Fertilizer on Cultivation of Red Pepper Rokhminarsi, Eny; Utami, Darini Sri; Begananda
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 10 No. 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.127 KB) | DOI: 10.29244/jhi.10.3.154-160

Abstract

Tujuan penelitian adalah menentukan dosis optimal pupuk mikotricho dan pengurangan dosis pupuk sintetis terhadap pertumbuhan dan hasil cabai merah di lahan marjinal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2018. Penelitian merupakan percobaan lapang di desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas, dengan jenis tanah ultisol menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Teracak (RAKLT) dengan 3 ulangan. Faktor pertama perlakuan adalah dosis pupuk mikotricho yaitu tanpa pupuk mikotricho, dosis 10 g mikoriza+10 g Trichoderma, 20 g mikoriza + 20 g Trichoderma. Faktor kedua adalah pengurangan dosis rekomendasi pupuk sintetis yaitu 0% (dosis rekomendasi = SP-36 480 kg ha-1 dikonversi menjadi pupuk SP-27 640 kg ha-1, dan pupuk susulan berupa pupuk ZA 320 kg ha-1, pupuk urea 240 kg ha-1, pupuk KCl 320 kg ha-1), pengurangan 25% dan 50%. Analisis data menggunakan analisis ragam dan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test 5%. Hasil penelitian menunjukkan (1) pemberian pupuk hayati mikotricho hingga 40 g (20 g mikoriza + 20 g Trichoderma) tanaman-1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah, (2) pengurangan dosis pupuk sintetik urea, ZA, SP27 dan KCl hingga 25% dari dosis rekomendasi menunjukkan pertumbuhan dan hasil cabai merah lebih baik dibandingkan dosis rekomendasi, (3) pemberian pupuk mikotricho dosis 40 g (20 g mikoriza + 20 g Trichoderma) dengan pengurangan 25% pupuk sintetik memberikan pertumbuhan jumlah daun, luas daun, dan jumlah cabang yang optimal serta peningkatan hasil cabai (15.4 t ha-1) sebesar 22.2% dibandingkan tanpa pupuk mikotricho dengan dosis rekomendasi (12.6 t ha-1). Pemberian pupuk mikotricho 20 g (10 g mikoriza dan 10 g Trichoderma) dan pengurangan dosis pupuk sintetik 25%, peningkatan hasil 15.8% (14.6 t ha-1) dibandingkan tanpa pupuk mikotricho dan dosis rekomendasi pupuk sintetik. Kata kunci: biopestisida, budidaya, cabai merah, pupuk hayati
The Effectiveness Test of Fusarium cf. solani as Bioinsecticide for Control of Brown Planthopper and Increasing Rice Productivity Wiyantono, Anton; Utami, Darini Sri; Ismangil, Ismangil
CROPSAVER Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cropsaver.v5i1.39472

Abstract

The entomopathogenic fungus Fusarium cf. solani can be used to control brown planthopper. The study aim to obtain the frequency of spraying of the Fusarium cf. solani against brown planthopper at different altitudes. Experiment by planting IR 64 seedlings on plots of 4 m x 4 m, spacing of  25 cm x 25 cm, 10 tons of compost/ha, and 100 % N, P, K. The experiment was carried out with a 2 factors of RCBD. Factor I is land altitude < 100 m above sea level (P1),  100 – 500 m above sea level (P2), and > 500 m above sea level (P3). Factor II is the frequency of spraying the bioinsecticide of the Fusarium cf. solani consisting of no spraying (F0), one time (F1); and twice (F2). Each treatment was made 4 replications. Fungal bioinsecticide concentration Fusarium cf. solani used was 106 spores/ml with a dose of 300 L bioinsecticide/ha. The variables measured were intensity attack, pest population; and yield of rice. Rice yields included the number of productive tillers, fresh plant weight, dry plant weight, percentage of grain content, and soil productivity. The data were analyzed by F test and continued with Duncan's test with 95 % confidence level. The results showed that the frequency of spraying Fusarium cf. solani had no effect on the pest populations, intensity of damage, and production of rice yields. Altitude affects the pest populations, intensity of crop damage, as well as parameters of rice yields. However, there was no interaction between the spraying frequency of Fusarium cf. solani with the height of the experimental site to the experimental parameters.