Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KOMODIFIKASI KESENIAN TRADISIONAL CALENGSAI DAN PERKEMBANGAN BUDAYA CINA Dyah Tjaturrini; Nunung Supriadi
Jurnal Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia (Jurnal APSMI) Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Cakrawala Mandarin
Publisher : Asosiasi Program Studi Mandarin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.111 KB) | DOI: 10.36279/apsmi.v5i2.139

Abstract

Komodifikasi adalah proses terjadinya perubahan barang atau layanan yang sebelumnya mengikuti aturan sosial non-pasar menjadi suatu subjek yang mengikuti aturan pasar. Kesenian tradisional yang semula sebagai subjek pengetahuan, kebijakan, dan kearifan lokal masyarakat pendukungnya, kemudian berubah menjadi objek berupa benda yang harus diperjualbelikan melalui proses produksi budaya. Dari sinilah lahir komodifikasi budaya berupa transaksi jual beli benda budaya berupa kesenian tradisional.  Perkembangan suatu budaya dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk berkembang. Budaya merupakan cerminan sebuah masyarakat, salah satunya adalah kesenian tradisional. Sebagai salah satu sarana merepresentasikan identitas masyarakat pendukungnya, harus dilakukan satu upaya agar kesenian tradisional tersebut dapat terus hidup di dalam situasi masyarakat yang sudah mengalami perubahan baik sosial maupun budaya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang terjadi.  Salah satu kesenian tradisional yang harus dipertahankan adalah barongsai. Agar mampu bertahan dalam masyarakat yang telah mengalami perubahan, barongsai berkolaborasi dengan kesenian tradisional Banyumas yaitu calung dan lengger. Kolaborasi ini menghasilkan satu kesenian baru yaitu calengsai yang mengalami komodifikasi untuk menjadikan kesenian tradisional bernilai jual. Selain bernilai jual, komodifikasi dalam calengsai juga merupakan upaya mempertahankan kesenian tradisional. Metode yang diterapkan di dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan teori Komodifikasi dari Vincent Mosco.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipan dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah seberapa jauh komodifikasi yang terjadi dalam calengsai mempengaruhi perkembangan budaya Tionghoa yang akan ditulis dalam sebuah artikel jurnal. Kata kunci : komodifikasi, calengsai, kolaborasi, representasi, perubahan sosial budaya
Pemanfaatan Buklet Kesenian Alat Musik Bundengan Berbahasa Mandarin Di Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo ajeng dina triana; Nunung Supriadi
CHANGLUN: Chinese Language, Literature, Culture and Linguistic Vol 2 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Program Studi D3 Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.changlun.2023.2.1.7831

Abstract

Artikel ini berjudul “Pemanfaatan Buklet Kesenian Alat Musik Bundengan Berbahasa Mandarin di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”. Tujuan pembuatan artikel ini adalah mengikuti promosi dengan media cetak berupa buklet kesenian alat musik bundengan berbahasa Mandarin menggunakan metode komunikatif untuk memperkenalkan alat musik bundengan kepada wisatawan berbahasa Mandarin. Artikel ini dilatarbelakangi karena terdapat wisatawan berbahasa Mandarin yang berkunjung ke Wonosobo dan belum tersedia informasi terkait alat musik bundengan berbahasa Mandarin. Penulis menggunakan empat metode dalam pengumpulan data, yaitu metode observasi, wawancara, studi kepustakaan dan jelajah internet. Dalam menerjemahkan dokumen, penulis menggunakan metode komunikatif dan teknik deskripsi. Hasil dari penulisan artikel ini, yaitu upaya meningkatkan kunjungan wisatawan berbahasa Mandarin dengan mengenalkan kesenian alat musik bundengan berbahasa Mandarin untuk membantu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Wonosobo mengenalkan dan melestarikan kesenian alat musik bundengan yang hampir punah dan belum banyak diketahui oleh wisatawan berbahasa Mandarin. Selain itu juga dapat meningkatkan pelayanan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo terhadap wisatawan asing terutama wisatawan berbahasa Mandarin. Kata Kunci: penerjemahan, metode komunikatif, teknik deskripsi, dinas pariwisata dan kebudayaan, buklet This article is entitled "Utilization of the Bundengan Musical Instrument Art Booklet in Mandarin at the Tourism and Culture Office of Wonosobo Regency". The purpose of making this article is to participate in a promotion with print media in the form of a booklet on the art of the bundeng musical instrument in Mandarin using communicative methods to introduce the bundengan musical instrument to Chinese-speaking tourists. The background of this article is because there are Chinese-speaking tourists visiting Wonosobo and there is no information regarding the bundengan musical instrument in Mandarin. The author uses four methods in collecting data, namely observation, interviews, literature studies and internet surfing. In translating documents, the authors use communicative methods and descriptive techniques. The results of writing this article are efforts to increase Mandarin-speaking tourist visits by introducing the art of the bundeng musical instrument in Mandarin to help the Tourism and Culture Office of the Wonosobo district introduce and preserve the art of the bundeng musical instrument which is almost extinct and not widely known by Chinese-speaking tourists. Besides that, it can also improve the services of the Wonosobo Regency Tourism and Culture Office for foreign tourists, especially Mandarin-speaking tourists. Keywords: translation, communicative method, description technique, tourism and culture agency, booklet
AN ERROR ANALYSIS ON THE TIYAO WRITTEN BY THE STUDENTS OF THE MANDARIN 3-YEAR DIPLOMA STUDY PROGRAM OF UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Chendy A.P. Sulistyo; Nunung Supriadi
DIALEKTIKA: JURNAL BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA Vol. 8 No. 1 (2021): JUNI
Publisher : Prodi Sastra Inggris UKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/dia.v8i1.3107

Abstract

Abstrak Tiyao merupakan abstrak dari laporan tugas akhir yang ditulis oleh mahasiswa Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Penelitian deskriptif-kualitatif ini berfokus pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menulis laporan tugas akhir mereka. Peneliti mengamati dan menganalisis kesalahan yang ditemukan dalam kalimat dan faktor penyebab kesalahan tersebut. Selain itu, angket digunakan untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis tiyao mereka. Penelitian ini juga untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis tiyao dengan menggunakan bahasa baku tulisan Mandarin. Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan observasi dan wawancara baik dengan mahasiswa maupun dosen Program Studi D3 Bahasa Mandarin Universitas Jenderal Sudirman untuk mengungkap secara faktual kondisi pembelajaran bahasa Mandarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan mahasiswa Prodi D3 Mandarin dalam tiyaonya diklasifikasikan ke dalam tataran sintaksis, semantik, morfologi, dan wacana. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa dalam menulis tiyao mereka adalah pada tataran sintaksis, terutama dalam membentuk kalimat efektif. Kata kunci: kesalahan, menulis, tiyao, Mandarin Abstract Tiyao is the abstract of a final project report written by the students of Mandarin 3-Year Diploma Study Program of Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. This descriptive-qualitative research focused on the errors made by the students in writing the tiyao of their final project report. The researcher observed and analyzed the errors found in the sentences and the factors causing those errors. In addition, questionnaires were used to reveal the difficulties faced by the students in writing their tiyao. This research also aimed at improving the students' skills in writing tiyao using the Mandarin written standard language. In collecting the data, the researcher employed observation and interviews with both students and lecturers of the Mandarin 3-Year Diploma Study Program of Universitas Jenderal Soedirman to factually reveal the Mandarin learning conditions. The results showed that the Mandarin 3-Year Diploma Study Program students' errors in their tiyao were classified into syntactical, semantic, morphological, and discourse levels. Based on the research results, it was concluded that the most errors made by the students in writing their tiyao were at the syntactical level, especially in forming effective sentences. Keywords: error, writing, tiyao, Mandarin