Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Studi Proksemika dan Pengalaman Keruangan pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru, Studi Kasus: Penataan Interior Awor Coffee Yogyakarta Anugrah A Pratama; Suastiwi Triatmodjo; St. Sunardi
LINTAS RUANG: Jurnal Pengetahuan dan Perancangan Desain Interior Vol 9, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/lintas.v9i1.5812

Abstract

Di tengah naiknya pasar kedai kopi, pandemi COVID-19 melanda dan memaksa para pelanggan serta manajemen kafe untuk bertahan dalam situasi tersebut. Dampak pandemi juga dirasakan oleh Awor Coffee sebagai kafe yang cukup lama berdiri di Yogyakarta ini. Masa adaptasi kebiasaan baru yang diungkapkan oleh pemerintah memberikan sedikit jalan keluar bagi industri kafe. Diterbitkannya protokol kesehatan menjadi acuan untuk membiasakan diri dan membantu penekanan penyebaran COVID-19. Inti dari protokol kesehatan adalah pemberian jarak dan pembatasan jumlah tempat duduk. Penelitian ini menganalisa bagaimana sebuah kafe dapat berkompromi dengan protocol kesehatan serta menjabarkan pengalaman yang dirasakan pelanggan selama masa adaptasi kebiasaan baru. Metode kualitatif dan teknik deskripsi analitik digunakan untuk menganalisa permasalahan dengan pendekatan proksemika dan pengalaman keruangan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa untuk menerapkan protokol kesehatan pada sebuah kafe, diperlukan pengetahuan yang cukup terhadap pengguna ruang. Penerapan protokol tidak boleh semata-mata sebagai hal formalitas saja tetapi harus benar-benar dilakukan pendekatan yang tepat. Sehingga hal tersebut berdampak pada pengalaman pelanggannya yang pada akhirnya dapat menerima dan beradaptasi dengan kondisi masa adaptasi kebiasaan baru. Hasil ini dapat menjelaskan bahwa sebuah desain interior tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan perpaduan dengan aktivitas ruang sehingga dapat memberikan pengalaman dan menghidupkan suasana ruang interior.
Surplus Laporan, Defisit Perubahan: Dilema Perguruan Tinggi dalam Otoritarianisme Manajerial St. Sunardi
Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.129 KB) | DOI: 10.24071/ret.v4i1.170

Abstract

Surplus Laporan, Defisit Perubahan: Dilema Perguruan Tinggi dalam Otoritarianisme Manajerial
Pertukaran Nilai-nilai dalam Pasar Seni: Sebuah Sketsa Awal St. Sunardi
Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1110.892 KB) | DOI: 10.24071/ret.v4i2.419

Abstract

Artikel ini menguraikan mengenai berbagai nilai yang diperhitungkan dalam pasar seni.Hal itu menyangkut nilai-nilai yang ada dalam karya seni dan bagaimana nilai-nilai tersebut saling dipertukarkan dalam pasar seni.Ada empat perkara yang dibahas dalam artikel ini. Pertama, apa yang membuat suatu karya seni bernilai tinggi? Kedua, tiga kemungkinan sistem pertukaran nilai dalam balai lelang seni. Ketiga, topografi perjalanan karya seni dan implikasinya bagi perubahan nilai-nilai dalam karya seni. Keempat, berbagai jenis wacana yang mungkin muncul dari sistem pertukaran nilai-nilai dalam seni. Dalam seni diduga nilai utama berupa nilai tanda yang melamapaui nilai guna dan nilai tukar ekonomis. Logika itu yang memungkinkan karya seni dihargai dengan jumlah uang membubung tinggi tak terkendali maupun turun tak tertolong. Ini menunjukkan bahwa karya seni tidak bisa dihargai dengan uang. Karena nilai tukar ekonomis sudah kosong dan hanya menjadi nilai tukar tanda, maka naik turunnya uang akan ditentukan oleh naik turunnya karya seni sebagai nilai tanda.
SIGNIFIKANSI KAJIAN BUDAYA BAGI PENGEMBANGAN ILMU-ILMU HUMANIORA St. Sunardi
Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 10, No 2 (2011)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.476 KB) | DOI: 10.14421/ajbs.2011.10208

Abstract

Cultural studies in the development of humanities studies is now in a problematic position, if not the opposite. While cultural studies pivot on the practice of meaning in the context of change, humanities sciences nowadays dwell on the mastery of knowledge and skills. It tends to forget its original purpose as studies that aim to humanize humans. To resolve this problem so that both have creative power, the humanities studies must have the courage to present the studies in three-channel mode, namely political, textual and post-disciplinary. Meanwhile, to preserve its anticipatory power, cultural studies must no longer shy to enter the territory of aesthetics and ethics in its studies. 
Strategi Menggerakkan Festival Warga Studi Kasus Penyelenggaraan Layang Lakbok Art and Culture Festival Asep Zery Kusmaya; Aton Rustandi Mulyana; St. Sunardi
Jurnal Kajian Seni Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Kajian Seni Vol 7 No 2 April 2021
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3516.514 KB) | DOI: 10.22146/jksks.63262

Abstract

ABSTRACTA festival is a cultural event that all cultural communities in the world have. One of the festival's functions is to improve the life energy of the cultural community that organizes it. Layang Lakbok Art and Culture Festival is a festival organized by Lakbok residents, Ciamis Regency, West Java. This festival stems from the spirit of a group of young people who are members of the Pematang Sawah Association to develop the post-harvest celebration of Lakbok residents into a bigger event. This idea and spirit then invite all citizens to be involved in the festival production process. The process of spreading ideas, spirit, and the festival production is carried out using the social capital owned by the youth, in particular, and in general by all citizens. The social capital used covers all aspects that are owned by citizens, starting from kinship relations, friendship, habits, actions, conflict management, arts, culinary, and many others. Thus, Layang Lakbok Art and Culture can be said to be a citizen festival that is owned and produced independently by them. The citizen participation aspect is the key to organizing this festival. This research is an attempt to interpret the practices that the author has alone experienced, together with the residents, to be precise in the production process of the Layang Lakbok Art and Culture Festival. For this reason, the research method used was the action research method where the author is directly involved in the process of procuring the Layang Lakbok Festival. This paper is expected to reveal the various participation done by the residents in organizing Layang Lakbok so that how the Layang Lakbok Festival is developed can be better known. ABSTRAKFestival merupakan sebuah peristiwa budaya, yang dimiliki oleh seluruh komunitas budaya di dunia. Salah satu dari fungsi festival adalah memperbaiki energi kehidupan dari komunitas budaya yang menyelenggarakannya. Layang Lakbok Art and Culture Festival adalah Sebuah festival yang diselenggarakan oleh warga Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Festival ini berangkat dari semangat sekelompok anak-anak muda yang tergabung dalam Paguyuban Pematang Sawah dalam mengemas ulang perayaan pasca panen warga Lakbok menjadi eventyang lebih besar. Ide dan semangat ini kemudian dibagikan kepada seluruh warga untuk ikut terlibat dalam proses produksi festival. Proses penyebaran ide, semangat hingga proses produksi festival dilakukan dengan menggunakan modal sosial yang dimiliki oleh anak-anak muda tersebut pada khususnya dan pada umumnya oleh seluruh warga. Modal sosial yang digunakan mencakup seluruh aspek yang dimiliki oleh warga yaitu mulai dari relasi kekerabatan, pertemanan, kebiasaan, tindakan, manajemen konflik, kesenian, kuliner dan lain sebagainya. Jadi Layang Lakbok Art and Culture merupakan sebuah festival warga, yang dimiliki oleh warga dan diproduksi secara mandiri oleh warga. Aspek partisipasi warga menjadi kunci dalam penyelenggaraan festival ini. Penelitian ini adalah upaya memaknai praktik yang telah dialami sendiri oleh penulis bersama warga dalam proses pewujudan Layang Lakbok Art and Culture Festival. Jadi metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian bertindak, di mana penulis terlibat langsung dalam proses pewujudan Layang Lakbok Festival. Lalu tulisan ini diharapkan dapat meraba lapis-lapis partisipasi warga dalam penyelenggaraan Layang Lakbok sehingga dapat dilihat bagaimana sesungguhnya Layang Lakbok Festival digerakkan. 
Menemukan Kembali Resonansi Sunardi, St.
Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora Vol 13, No 1 (2025): "Menemukan Kembali Resonansi": Peringatan 25 Tahun Kajian Budaya di Sanata Dhar
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/ret.v13i1.12865

Abstract

Stanislaus Sunardi is a key figure in the establishment of the Graduate Program in Cultural Studies at Sanata Dharma University. He is also the initiator of this journal, Retorik: Jurnal Ilmu Humaniora. In this editorial, Sunardi conveys his reflections on USD Cultural Studies and the journal Retorik, and introduces the articles published in this special edition celebrating twenty-five years of Cultural Studies at USD.