Harijanto, Eddy
Departemen Anestesiologi Dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Perbandingan Efektivitas Penggunaan Vibration Anesthesia Device (VAD) dengan Krim Campuran Eutektik (EMLA) dalam Mengurangi Nyeri Pemasangan Peripheral Intravenous Catheter (PIVC) Anas Alatas; Irfan Meison Hadi; Eddy Harijanto
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 39 No 2 (2021): Juni
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.777 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v39i2.225

Abstract

Latar Belakang: Pemasangan Peripheral Intravenous Catheter (PIVC) merupakan salah satu prosedur invasif terbanyak yang dilakukan di rumah sakit dan sering menyebabkan rasa nyeri pada pasien. Berbagai cara diterapkan dalam mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan saat pemasangan PIVC, antara lain dengan penggunaan Vibration Anesthesia Device (VAD) dan krim campuran eutektik (EMLA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas VAD dibandingkan dengan pemberian EMLA untuk mengurangi nyeri pada saat pemasangan PIVC. Metode: Penelitian ini adalah uji eksperimental tidak tersamar pada pasien yang akan direncanakan menjalani pembedahan mata di kamar operasi Kirana RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo selama bulan September – Oktober 2018. Sebanyak 56 subjek diambil dengan metode consecutive sampling dan dibagi ke dalam 2 kelompok. Pasien secara acak dilakukan pemasangan PIVC dengan bantuan Vibration Anesthesia Device (VAD) atau dengan krim campuran eutektik (EMLA). Keefektifan akan dinilai dari skala nyeri visual analog scale (VAS) dan perbedaan frekuensi nadi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Analisis data dilakukan dengan uji T dan Mann Whitney. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam skala VAS yang dilaporkan oleh subjek dari kelompok VAD 13.65 (10.25 -18.17) dan EMLA 12.57 (8.97 – 17.61) dengan nilai p=0.706. Perubahan frekuensi nadi antara kedua kelompok tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p=0,557). Didapatkan peningkatan frekuensi nadi yang lebih tinggi pada kelompok VAD 2 (-3 – 19) dibandingkan kelompok EMLA 2 (-3 – 16). Simpulan: VAD sama efektif dibandingkan dengan EMLA dalam mengurangi nyeri pada pemasangan Peripheral Intravenous Catheter (PIVC).
Rotasi Kepala dan Posisi Tubuh Mengubah Tekanan Balon Pipa Endotrakeal Soenarto, Ratna Farida; Harijanto, Eddy; Pramodana, Bintang; Prima, Kustenti
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 40 No 1 (2022): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.904 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v40i1.236

Abstract

Latar Belakang : Intubasi endotrakeal merupakan salah satu upaya dalam menjaga patensi jalan napas disertai dengan pengendalian oksigenasi dan ventilasi. Intubasi endotrakeal menggunakan sebuah pipa endotrakeal yang dilengkapi dengan balon yang berfungsi sebagai alat fiksasi dan mencegah terjadinya aspirasi jalan napas. Balon pipa endotrakeal dikembangkan umumnya berkisar 20-30 cmH2O sesuai rekomendasi. Tekanan ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti diameter balon, daya regang, edema pada mukosa trakea, serta perubahan posisi kepala pasien. Perubahan tekanan endotrakeal ini dapat menyebabkan komplikasi mulai dari ringan hingga berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbedaan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal pada beberapa posisi sehingga dapat meminimalisasi komplikasi. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis dilakukan di RSCM dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 pada total 36 subjek yang menjalani anestesia umum dan diintubasi. Tekanan balon pipa endotrakeal ditentukan sebesar 25 cmH2O, pada posisi supinasi dan kepala lurus. Dilakukan perubahan posisi dari supinasi ke lateral dekubitus serta rotasi kepala 15°, 45° dan 60° dari garis tengah. Kemudian dilakukan pengukuran kembali tekanan balon pipa endotrakeal setelah perubahan posisi kepala dan tubuh pasien. Analisis dilakukan dengan melakukan uji komparatif Friedman dan hasil dianggap bermakna jika nilai p 0,05. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna tekanan bola pipa endotrakeal antara posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan lateral dekubitus kanan secara statistik. (p<0,001) Namun secara klinis, didapatkan bahwa hanya posisi lateral dekubitus kanan yang memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai perbedaan tekanan 7 (2 - 25) mmH2O. Simpulan: Perubahan posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan posisi lateral dekubitus kanan menyebabkan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal. Posisi lateral dekubitus kanan memiliki perbedaan tekanan bola pipa endotrakeal yang bermakna secara klinis.