Ninuk Herlina
Unknown Affiliation

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

GROWTH AND YIELD OF EGGPLANT (Solanum melongena L.) ON VARIOUS COMBINATIONS OF N-SOURCE AND NUMBER OF MAIN BRANCH Maghfoer, Mochmammad Dawam; Soelistyono, Roedy; Herlina, Ninuk
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 36, No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya and Indonesian Agronomic Assossiation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted to increase production of eggplants through combination of N-source and number of main branch has done onthe field of andosol in Poncokusumo - Malang, 600 m asl, pH 5.4, from August to December 2013. The experiment used a Randomized Complete Block Design with 2 factors and 3 replications. Factor 1 was proportion of inorganic - organic N fertilizer (138 kg N ha-1): 100% Urea, 75% Urea + 25% goat manure, 50% Urea + 50% goat manure, and 25% Urea + 75% goat manure. Factor 2 was number of main branches: 1, 2 and 3 main branches. Results showed that there was no interaction effect between treatment combinations of organic-inorganic sources of N and the number of main branches to all observed variables. Treatment using the combination of 75% Urea + 25% goat manure increased the plant growth and gave the highest fruit yield (49.20 t ha-1) in comparison with combination using other fertilizers and 100% Urea. The lowest was derived from the application of 100% Urea, 35.61 t ha-1. Cultivation of eggplant with 3 main branches has resulted better growth and fruit yield than 1 and 2 main branches, 50.85, 47.91 and 30.79 t ha-1, respectively.Keywords: eggplant, goat manure, main branch, urea
GROWTH AND YIELD OF EGGPLANT (Solanum melongena L.) ON VARIOUS COMBINATIONS OF N-SOURCE AND NUMBER OF MAIN BRANCH Mochmammad Dawam Maghfoer; Roedy Soelistyono; Ninuk Herlina
AGRIVITA Journal of Agricultural Science Vol 36, No 3 (2014)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v36i3.428

Abstract

This research was conducted to increase production of eggplants through combination of N-source and number of main branch has done onthe field of andosol in Poncokusumo - Malang, 600 m asl, pH 5.4, from August to December 2013. The experiment used a Randomized Complete Block Design with 2 factors and 3 replications. Factor 1 was proportion of inorganic - organic N fertilizer (138 kg N ha-1): 100% Urea, 75% Urea + 25% goat manure, 50% Urea + 50% goat manure, and 25% Urea + 75% goat manure. Factor 2 was number of main branches: 1, 2 and 3 main branches. Results showed that there was no interaction effect between treatment combinations of organic-inorganic sources of N and the number of main branches to all observed variables. Treatment using the combination of 75% Urea + 25% goat manure increased the plant growth and gave the highest fruit yield (49.20 t ha-1) in comparison with combination using other fertilizers and 100% Urea. The lowest was derived from the application of 100% Urea, 35.61 t ha-1. Cultivation of eggplant with 3 main branches has resulted better growth and fruit yield than 1 and 2 main branches, 50.85, 47.91 and 30.79 t ha-1, respectively.Keywords: eggplant, goat manure, main branch, urea
Pengaruh Waktu Tanam Kubis (Brasssica oleraceae L. var capitata) dan Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Efisiensi Penggunaan Lahan Pada Sistem Tumpangsari Ninuk Herlina; Didik Hariyono; Dayu Tri Margawati
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol 8 No 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.625 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.111-119

Abstract

ABSTRACT The aim of this research was to determine the effects of planting time of cabbage on the growth and yield of cabbage and chilli and to determine the value of Land Equivalent Ratio (LER) in intercropping. The research was carried out in Juni to November 2015 at the Ngoran village, Nglegok district, Blitar. The methods used a Randomized Block Design, with 7 levels of  planting time of cabbage, that is : P1 = Intercropping, cabbage planted 28 days before the chilli. P2 = Intercropping, cabbage planted 14 days before the chilli. P3 = Intercropping, cabbage and chilli are planted in the same time. P4 = Intercropping, cabbage planted 14 days after the chilli. P5 = Intercropping, cabbage planted 28 days after the chilli. P6 = cabbage monoculture and P7 = chilli monoculture.  The results showed the time of planting cabbage did not significantly affect to growth and yield of chilli. Intercropping with cabbage planted 14-28 days before and after the chilli and cabbage plants are grown alongside chilli were able to increase the productivity of land. The highest LER in the treatment cabbage planted 28 days before the chilli (1.91).Keywords : intercropping cabbage and chilli, land equivalent ratio and planting time ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mendapatkan waktu tanam kubis dan cabai yang tepat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kubis dan cabai dalam sistem tumpangsari serta menentukan nilai NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2015 di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 7 perlakuan waktu tanam kubis, yaitu: P1 = Tumpangsari, kubis ditanam 28 hari sebelum cabai, P2 = Tumpangsari, kubis ditanam 14 hari sebelum cabai, P3 = Tumpangsari, kubis ditanam bersamaan dengan cabai, P4 = Tumpangsari, kubis ditanam 14 hari setelah cabai, P5 = Tumpangsari, kubis ditanam 28 hari setelah cabai, P6 = Penanaman kubis monokultur dan P7 = Penanaman cabai monokultur. Hasil penelitian menunjukkan waktu tanam kubis tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Tumpangsari cabai dengan kubis yang ditanam 14-28 hari sebelum dan sesudah cabai serta kubis yang ditanam bersamaan dengan cabai mampu meningkatkan produktivitas lahan. NKL tertinggi terdapat pada perlakuan waktu tanam kubis 28 hari sebelum cabai, yaitu sebesar 1.91. Kata kunci: nisbah kesetaraan lahan (NKL), tumpangsari cabai dan kubis dan waktu tanam
Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) Widya Pinasthika; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stevia merupakan tanaman herba yang dapat digunakan sebagai pemanis alami yang aman dikonsumsi. Stevia memiliki kadar kemanisan 150 – 300 kali lebih tinggi dibandingkan gula tebu, namun rendah kalori (Hadiyana et al., 2015). Tanaman stevia berpotensi untuk dikembangkan sebagai pemanis alami yang sehat, namun budidaya tanaman stevia umumnya dilakukan di dataran tinggi dengan jenis tanah andosol. Sedangkan, persebaran tanah andosol di dataran menengah dan rendah hanya sedikit (Dairiah dan Sukarman, 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbandingan komposisi media tanam berupa bahan organik agar tanaman stevia dapat tumbuh dan dibudidayakan di daerah dataran menengah dan dataran rendah. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret – Juni 2020 di lahan tegalan BPTP Jawa Timur dengan ketinggian 550 mdpl. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu M1 : Tanah (1), M2 : Kompos (1), M3 : Cocopeat (1), M4 : Tanah + Kompos (1 : 1), M5 : Tanah + Cocopeat (1 : 1), M6 : Kompos + Cocopeat (1 : 1), M7 : Tanah + Kompos + Cocopeat (1 : 1 : 1).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah menghasilkan jumlah daun, bobot segar, kering total tanaman, dan luas daun yang terbaik dibandingkan komposisi media tanam lainnya. Komposisi media tanam kompos menghasilkan bobot segar dan kering batang yang tidak berbeda nyata dengan komposisi media tanam tanah. Komposisi media tanam tanah + cocopeat menghasilkan bobot segar dan kering akar tanaman yang tertinggi.
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Umur Panen Pertama Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni.) Risma Kris Hendrawati; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 8 No. 12 (2020)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stevia merupakan pemanis alami yang berasal dari tanaman (Stevia rebaudiana Bertoni.) dimana tanaman ini dapat dijadikan sebagai alternatif pendamping gula tebu dalam menghasilkan pemanis alami. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas bagi tanaman stevia. Selain dengan penyiraman yang rutin, diperlukan pula struktur tanah yang baik yang dapat menyimpan air lebih lama. Pupuk kandang sapi merupakan salah satu pupuk yang dapat menyediakan unsur hara, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kemampuan daya serap air. Umur panen berhubungan dengan produksi dan kandungan yang ada pada tanaman. Pemanenan yang dilakukan setelah melewati masa berbunga dapat menurunkan kandungan kadar gula total pada daun stevia. Saat yang tepat untuk panen pertama yaitu mendekati fase pembungaan pada tanaman yang telah berumur antara 40-60 hari.  Penelitian dilaksanakan di Lahan BPTP, Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian tempat ± 550 mdpl. Penelitian ini di laksanakan bulan Maret - Mei 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu RAK yang terdiri dari 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor I dosis pupuk kandang sapi yang terdiri dari 0 ton ha-1 (D1), 6 ton ha-1 (D2) dan 12 ton ha-1 (D3). Faktor II umur panen pertama yang terdiri dari 40 HST (P1), 50 HST (P2) dan 60 HST (P3). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA, dan dilanjutkan dengan BNJ 5 %. Hasil penelitian menunjukkan dosis pupuk kandang sapi dan umur panen pertama tidak menunjukkan interaksi yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman stevia. Dosis pupuk kandang sapi 6 ton ha-1 menghasilkan jumlah daun, bobot segar akar, bobot segar total tanaman, bobot kering batang dan bobot kering total tanaman lebih tinggi dibandingkan tanpa diberikan pupuk kandang sapi. Sedangkan umur panen pertama 60 HST menghasilkan bobot segar daun tertinggi dibandingkan perlakuan umur panen lainnya.
Uji Kemampuan Penyerapan CO2 dan Penurunan Suhu Udara Ambien Dua Taman Kota di Kediri Mochamad Bayu Aji; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 2 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Kediri merupakan kota terbesar ke tiga di Jawa Timur dengan luasan 63,40 Km2 yang secara administratif kota Kediri terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mojoroto, Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren. Perkembangan perkotaan selain menghasilkan dampak positif ternyata juga menghasilkan dampak negatif, salah satunya terhadap aspek lingkungan kota. Masalah lingkungan seperti pencemaran udara oleh material berbahaya yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan peningkatan suhu udara. Gas CO2 memberi kontribusi terbesar dalam pemanasan global sebesar 50%.  Oleh karena itu, dalam pengembangan kawasan perkotaan, diperlukan keseimbangan antara Ruang Terbuka Non Hijau seperti kawasan industri dan perumahan dengan Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Taman Kota untuk menurunkan konsentrasi CO2 dan suhu udara ambien dua Taman Kota di Kediri  Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan September 2020 di Kediri yang difokuskan pada dua taman yaitu Taman Hutan Joyoboyo dan Taman Hijau Simpang Lima Gumul. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CO2 meter,  Thermohygrometer digital, Peta kedua taman dari citra Google Earth, aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS), alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang dijadikan objek penelitian adalah data suhu udara, konsentrasi CO2 dan vegetasi (Jenis dan kerapatan vegetasi) Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi langsung secara deskripstif yaitu dengan mengumpulkan data secara langsung di lapang. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari pada pukul 04.00 WIB dan 13.00 WIB. Pengukuran pada pukul 04.00 WIB berfungsi sebagai kontrol yaitu pada saat suhu udara minimum dan CO2. Sedangkan pada pukul 13.00 WIB dimana suhu udara maksimum dan CO2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan penyerapan CO2 dan penurunan suhu udara ambient di kedua taman pada pukul 04.00 WIB dan 13.00 WIB maka dianalisis menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Hutan Joyoboyo yang memiliki kerapatan tajuk 88,42% mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam penyerapan CO2 dan menurunkan suhu udara dibandingkan dengan Taman Hijau Simpang Lima Gumul yang memiliki kerapatan tajuk 43,24%.
Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Hutan Kota Dan Taman Wilis Kota Batu Boy Nanto Sitanggang; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 5 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu lahan terbuka yang diisi oleh vegetasi dan memiliki fungsi ekologi, sosial budaya dan estetika. Pertambahan penduduk yang terjadi di kota Batu akan berpengaruh terhadap ketersediaan RTH. RTH cenderung mengalami konversi atau alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman dan perkantoran.  Berdasarkan pada Pasal 29 Ayat 2 UU No 26 tahun 2007, dinyatakan bahwa wilayah kabupaten atau perkotaan harus membuat rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH sebesar minimal 30% dari luas wilayah, sedangkan menurut data dari Bapeda Kota Surabaya (2011) dalam Subarudi (2014) besar luasan RTH di kota Batu dan Malang seluas 2.971,46 ha atau hanya sebesar 27%.  Ruang terbuka hijau secara langsung dapat mempengaruhi iklim mikro pada kawasan sekitar RTH itu berada. Keberadaan ruang terbuka hijau mampu memberikan kenyamanan pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat kenyamanan RTH pada Taman Hutan Kota dan Taman Wilis Kota Batu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2020 di Kota Batu yang difokuskan di Taman Hutan Kota Batu dan Taman Wilis Kota Batu. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CO2 meter, Thermohygrometer digital, Peta kedua taman dari citra Google Earth, aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS), alat tulis dan kamera. Bahan yang dijadikan obyek penelitian adalah data suhu udara, konsentrasi CO2 dan vegetasi (jenis vegetasi dan struktur vegetasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Wilis Kota Batu yang memiliki kerapatan tajuk 91,37% dan jumlah vegetasi yang lebih banyak mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Taman Hutan Kota Batu yang memiliki kerapatan tajuk 74,95% dan jumlah vegetasi yang lebih sedikit.
Pengaruh Suhu Dan Curah Hujan Terhadap Produktivitas Bawang Merah (Allium Ascolonicum L.) Di Sentra Produksi Kabupaten Nganjuk Mochammad Fahmi Susanto; Medha Baskara; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 9 No. 7 (2021)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim yang dimanfaatkan sebagai sayuran bumbu. Tanaman ini menjadi salah satu komoditas hortikultura yang sangat penting di Indonesia, karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas ini. Selain digunakan sebagai bahan bumbu masakan, dunia medis dan nutrisi diyakini bahwa bawang merah memiliki khasiat yang sangat baik bagi kesehatan antara lain membantu menurunkan kolesterol dalam darah. Sentra produksi bawang merah di Jawa Timur adalah kabupaten Nganjuk. Terdapat lima Kecamatan penghasil bawang merah di Kabupaten Nganjuk yaitu kecamatan Bagor, Sukomoro, Wilangan, Gondang, dan Rejoso. Cuaca di Indonesia akhir-akhir ini sulit diprediksi, pada saat musim kemarau suhu udara begitu tinggi, sedangkan pada musim hujan memiliki curah hujan sangat tinggi. Adanya perbedaan produksi pada musim kemarau dan musim penghujan, mengakibatkan fluktuasi produksi selalu terjadi pada usaha tani bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sawahan, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk Jawa Timur pada bulan November – Desember 2019. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan antara suhu dengan produktivitas bawang merah diberbagai dataran di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hasil dari uji korelasi antara Suhu dengan produktivitas dan Curah hujan dengan produktivitas Bawang merah. dihasilkan dari kecamatan Sawahan, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Sukomoro. Kecamatan Sawahan yang mempuyai pengaruh paling tinggi yaitu sebesar 97,9%, Kecamatan Bagor yaitu sebesar  55,4%,  sedangkan Kecamatan Sukomoro pengaruhnya rendah yaitu sebesar 32,1%.
Studi Tingkat Kenyamanan Pada Ruang Terbuka Hijau Imam Bonjol di Kota Padang Dendy Frisakti Arrestino; Ariffin; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 11 No. 6 (2023): Juni
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.protan.2023.011.06.04

Abstract

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan infrastruktur hijau di ruang terbuka yang berisi vegetasi dan fasilitas untuk mendukung fungsi dan manfaat dari ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau Imam Bonjol adalah salah satu ruang terbuka hijau di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menilai tingkat kenyamanan ruang terbuka hijau pada Ruang Terbuka Hijau Imam Bonjol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2022 pada RTH Imam Bonjol di Kota Padang. Alat dan bahan yang digunakan adalah thermohygrometer, lux meter, sound level meter, kuesioner, Laptop, kamera digital, alat tulis, Microsoft word 2010 dan Microsoft excel 2010. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan melakukan pengumpulan data suhu, kelembaban, kebisingan, intensitas radiasi matahari dan jenis vegetasi. Selain itu juga menggunakan metode kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengetahui persepsi mengenai parameter tingkat kenyamanan area RTH Imam Bonjol. Hasil penelitian menunjukkan parameter iklim mikro pada RTH Imam Bonjol termasuk kategori tidak nyaman, karena memiliki nilai THI (Thermal Index Humidity ) sebesar 26,41. Pada parameter kebisingan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebisingan di RTH Imam Bonjol telah melewati ambang batas kebisingan sebuah Ruang Terbuka Hijau yaitu sebesar 63,2 dB. Berdasarkan analisis kuesioner persepsi masyarakat dapat diartikan bahwa sebagian besar parameter tingkat kenyamanan berada pada kategori tidak nyaman. Diantaranya parameter iklim mikro, kebisingan, kondisi fasilitas dan tanaman, keamanan, kebersihan, keindahannya tergolong tidak nyaman dan untuk parameter kenyamanan akses masih dalam kategori nyaman.